Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tarian "Peumulia Jamee" Cara Masyarakat Aceh Menyambut Tamu

20 November 2018   07:55 Diperbarui: 20 November 2018   18:27 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para penari terdiri dari lima gadis cantik dan diiring pemain musik sedang mempertunjukkan Tarian Ranup Lampuan saat menyambut tamu terhormat sebelum menyajikan sirih sebagai tanda mulia/dokumentasi pribadi

Dalam adat dan kebiasaan masyarakat Aceh menyambut dan menerima tamu yang datang berkunjung adalah hal yang sangat penting. Kenapa penting? Karena tamu bagi masyarakat Aceh adalah "raja" yang harus dimuliakan.

Disebut raja, sebab dalam ajaran Islam wajib bagi tuan rumah untuk menerima kedatangan tamu dengan hati gembira. Karenanya tuan rumah harus melayani tamunya dengan baik, memuliakannya dan ramah terhadap mereka.

Cara menyambut tamu seperti itu sudah menjadi reusam yang turun temurun dari sejak dulu.

Pada zaman dulu ketika tamu datang, tuan rumah selalu menyuguhkan sirih saat sang tamu baru masuk diruang tamu. Sambil berbincang-bincang sirih pun disajikan. Makna sirih tersebut sebagai bentuk memuliakan dan keakraban.

Hingga saat ini tradisi tersebut tetap dipertahankan, meskipun hari ini sudah memasuki era milenium namun adat peumulia jamee masih tetap hidup dalam budaya masyarakat Aceh.

Bahkan dalam acara-acara serimonial pun tarian peumulia jamee 'ranup lampuan' selalu dimainkan saat penyambutan tamu.

Biasanya ketika orang-orang penting, atau pejabat-pejabat negara datang berkunjung ke suatu daerah, ketika baru tiba maka iringan tarian 'ranup lampuan' yang dimainkan oleh anak-anak gadis pun dimainkan.

Sebelumnya tentu sudah dilakukan pengalungan bunga ucapan selamat datang.

Tarian Ranup Lampuan adalah tarian etnik yang dimainkan oleh 5-7 gadis-gadis cantik berpakaian adat Aceh dengan sangat indah yang mengangkat cerita tentang sirih sebagai adat menyambut tamu.

Ranup lampuan artinya daun sirih yang sudah dibuat khusus disajikan bagi sang tamu yang sedang ditunggu-tunggu. Filosofinya memuliakan tamu seperti seorang raja.

Wikipedia menuliskan Tari Ranup Lampuan adalah sebuah tarian tradisional suku Aceh yang berasal dari wilayah Banda Aceh.

Tari ini diciptakan oleh Yuslizar pada tahun 1959 berdasarkan adat istiadat yang ada di Aceh, terutama adat menyambut dan menghormati tamu. Tamu biasanya disambut dengan penuh kehormatan dalam sebuah rumah dengan menyajikan sirih.

Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Ranup Lampuan telah mengalami perjalanan beberapa perubahan hingga menjadi seperti bentuk yang sekarang ini.

Tarian ini awalnya dibawakan oleh beberapa penari wanita dengan diiringi musik orkestra atau band. Pada tahun 1959 Tari Ranup Lampuan dimodifikasi dengan menambahkan 3 orang penari pria, yang terdiri dari 2 orang pengawal menggunakan pedang dan satu orang pemegang vandel.

Kini Tarian Lampuan ini telah berkembang sedemikian rupa, telah pula diberikan kreasi baru dalam gerakan dan kostum penarinya yang disesuaikan dengan zaman. Dimainkannya pun sudah lebih luas, termasuk pada acara penyambutan pengantin saat pesta perkawinan.

Bagi tamu yang disambut dengan tarian ini, mereka sangat gembira dan bahagia. Karena dengan diiringi musik khas Aceh dan para penari yang cantik-cantik membuat para tamu senang.

Ketika tarian sudah selesai disajikan maka sirih juga dihidangkan. Tamu yang datang harus mengambil sirih yang ditawarkan tersebut meskipun hanya satu atau sedikit saja.

Jika tamu berkenan boleh juga mereka untuk memberikan 'angpao' berupa sedikit uang yang sudah ditaruh dalam amplop kepada sang penari. Jumlahnya tidak dibatasi dan ini sifatnya hanya untuk menyenangkan hati anak-anak gadis yang tadi sudah menari untuk mereka.

Dengan mau mengambil sirih dari penari berarti tamu sudah menghargai tuan rumah yang sudah memuliakannya.

Sedangkan bagi tamu, maka ia sudah diterima dengan baik si rumah atau tempat tersebut. Sehingga ini sebagai tanda bahwa hubungan tuan rumah dan tamu sudah saling silaturrahim.

Selain pada acara penyambutan tamu Tari Ranup Lampuan ini juga masih sering ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya, dan promosi pariwisata.

Hal ini dilakukan sebagai usaha pelestarian dan memperkenalkan kepada generasi muda maupun masyarakat luas akan Tari Ranup Lampuan ini.

Selamat datang di Aceh, Neu Piyoh, neu pajoh peu mantong yang kamoe sedia. (selamat datang di Aceh, selamat menikmati apa yang kami sediakan).(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun