Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Adat Makan dan Mengundang Makan dalam Masyarakat Aceh

18 November 2018   11:17 Diperbarui: 18 November 2018   12:14 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para tamu undangan keluarga dekat sedang menikmati hidangan kenduri yang disajika oleh tuan rumah pada acara makan untuk kenduri perwakinan anak mereka/dokumentasi pribadi

Soal makan memang selalu menarik untuk dibahas, karena dalam sejarah manusia pada zaman apapun, soal makan-makan pasti menjadi bagian dari peradaban masa itu. Misalnya pada zaman manusia purba, makanan merupakan harta yang paling tinggi nilainya. Sehingga siapa saja yang memiliki banyak makanan, maka dianggap suku paling kaya dan makmur.

Begitu pula pada zaman modern sekarang ini. Berbagai macam jenis makanan pun tersedia. Termasuk bila memiliki banyak jenis makanan, maka dianggap pula bahwa bangsa tersebut memiliki kekayaan budaya. Intinya, makanan dan budaya sebagai sebuah peradaban.

Dalam masyarakat Aceh soal makanan memang sangat bernilai. Makanan bagi masyarakat yang berada diujung pulau Sumatera tersebut merupakan sesuatu yang dijadikan sebagai sedekah. Membagikan makanan kepada setiap orang yang membutuhkan sudah menjadi bagian dari adat yang hidup dalam masyarakat.

Contohnya pada setiap bulan maulid (12 Rabiul awal), ummat Islam Aceh selalu membuat makanan dirumah dalam jumlah banyak lalu diantar ke surau atau masjid untuk dikendurikan (dibagikan) kepada warga dan tamu dari desa lain yang diundang. Bahkan pada waktu khusus setiap warga pun secara sendiri-sendiri, mengundang orang lain untuk makan dirumah mereka. Adat itu sudah berlangsung secara turun temurun.

Dalam mengundang makan tentu ada tata caranya, termasuk memperhatikan sopan santun, etika, dan tata krama makan kenduri. Cara bagaimana seseorang makan atau cara ia mengundang makan orang lain memperlihatkan pula ada tidaknya ia memperhatikan sopan santun.

Dalam masyarakat Aceh sopan santun dalam makan dan mengajak orang makan merupakan sesuatu yang telah menjadi adat. Kebiasaan makan dengan penuh sopan santun merupakan kebiasaan yang diajarkan dalam Islam.

Adat makan

Diantara sopan santun yang sangat diperhatikan dalam hubungan dengan makan, ialah mengenai berpakaian dan cara duduk ketika akan makan. Artinya berpakaian yang sopan dan menutupi aurat, serta duduk dengan sopan, baik kalau makan pada meja makan, maupun kalau makan dengan duduk bersila di lantai beralaskan tikar.

Selain itu juga selalu mengucapkan doa makan atau sekurang-kurangnya membaca basmallah ketika memulai makan dan mengucapkan syukur (alhamdulillah) setelah makan dan dirasa kenyang.

Kalau nasi sudah dihidangkan, misalnya acara perkawinan atau maulid, maka dipandang sopan apabila memperhatikan hal-hal berikut,

Makan setelah dipersilakan, dan memulainya dengan membaca doa atau basmallah, serta mengucapkan alhamdulillah setelah selesai makan, tetapi tidak dengan suara keras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun