Apalagi ketika mereka sudah sah menjadi warga pondok, rasanya kemerdekaan hidup secara bebas tidak ada lagi. Yang ada hanyalah mereka seperti berada di sebuah camp pelatihan yang semuanya diatur oleh sang pelatih. Waktu makan, mereka harus benar-benar menggunakan waktunya untuk makan, jika lalai maka jatah makan pun terlewatkan. Tidak ada istilah menunggu santri untuk mereka makan. Namun sebaliknya, santri harus makan tepat pada waktu yang telah diatur.
Begitu pula waktu bangun pagi. Tepat pukul 05.00 wib atau menjelang waktu subuh semua santri dibangunkan oleh ustaz/guru. Ada yang langsung menggunakan alarm atau bell dan ada juga yang diketuk pintu kamar setiap santri.Â
Setelah semua santri bangun, mereka segera siap-siap untuk melakukan shalat subuh berjamaah. Dan tidak boleh ada yang bolos atau coba-coba sembunyi. Pastinya para guru sudah menghafal setiap santri yang ada.
Mandiri
Hidup menjadi santri dan belajar di pesantren baik dayah modern maupun pesantren tradisional sebetulnya banyak manfaatnya. Bukan hanya dari segi ilmu agama yang bakal diperoleh. Tetapi ada keuntungan lainnya yaitu mendidik mereka hidup mandiri.
Dalam keseharian mereka selama di pondok, mereka ditempa untuk menjadi pribadi yang tangguh, tidak cengeng, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik. Para santri diarahkan untuk mampu menjadi orang yang dapat bertanggung jawab terutama pada dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga mereka bisa hidup mandiri dan bertanggung jawab di kemudian hari.
Hidup mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain. Namun bagaimana mereka dapat membangun hubungan atau relasi yang baik antar sesama mereka sehingga satu sama lain dapat memperoleh manfaat secara pribadi, dan karena itu mendukung kehidupan pribadi mereka.
Misalnya bagaimana mereka diajarkan untuk mematuhi aturan di pesantren, menjaga barang-barang pribadi milik mereka, mencuci piring sehabis makan, mencuci pakaian yang kotor, membersihkan kamar, dan hal lainnya yang membuat mereka menyadari bahwa kemandirian itu sangat penting.
Teman adalah segala-galanya
Meskipun di pesantren terdapat banyak guru atau ustaz. Keberadaan teman sesama santri sangat tidak boleh diabaikan sebagai orang terdekat dalam kehidupan santri. Kenapa demikian? Karena peran teman dapat menggantikan orang tua mana kala seorang santri sakit atau butuh yang menjaganya saat sakit.
Teman mereka sendirilah yang membantu mengurus mengambil nasi di dapur umum atau ruang makan, mengingatkan untuk minum obat, dan merawat selama di dayah atau pesantren. Tentu jika itu sakitnya tidak parah atau berat. Kalau sakitnya parah berarti ya dijemput keluarganya.