Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Melihat Lebih Dekat Kehidupan Santri di Pesantren

6 November 2018   14:34 Diperbarui: 7 November 2018   07:14 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri sedang mendengarkan bimbingan para guru dan ustaz/dokumentasi pribadi

Diantara yang saya sebutkan diatas memang kerap terjadi dan dialami oleh para santri. Anak-anak sering di bully oleh teman-teman mereka bahkan seniornya di pesantren. Akan tetapi pada dayah atau pesantren yang menerapkan standar pendidikan dan pelayanan yang baku, hal seperti itu dapat dihindari. Para santri diperlakukan secara baik, dan dilayani segala kebutuhan mereka oleh para ustaz/ah yang ditugaskan oleh pimpinan pesantren.

Mengapa usia sekolah dasar? Ternyata menurut sebagian besar para guru/ustaz di pesantren mengatakan pada usia tersebut anak-anak masih potensial untuk dididik menjadi santri yang berkualitas sesuai dengan minat dan bakatnya. Usia ini bagaikan anak tangga pertama menuju manusia paripurna dengan tuntunan agama.

Sehingga berhasil atau tidaknya seorang guru/ustaz mendidik dan membentuk karakter santri dimulai pada fase tersebut. Namun disisi lain, menggembleng mereka yang masih anak-anak tentu membutuhkan kerja keras tersendiri. Termasuk pendekatan-pendekatan yang digunakan juga harus tepat untuk seusia mereka. Jika ini salah, maka resiko gagal sangat besar. Gagal artinya para santri tidak dapat dibawa pada arah dan kualitas yang diharapkan.

Hidup bersama

Budaya hidup di pesantren sangat identik dengan hidup bersama. Seperti telah saya jelaskan diatas, kebersamaan di pesantren sangat dominan. Indikasi ini bisa kita lihat ketika mereka beraktivitas, baik di dalam pesantren maupun diluar pesantren.

Kebiasaan seperti ini memang sengaja dibentuk oleh pesantren. Konsep berjamaah adalah bagaimana menciptakan kebersamaan. Sehingga apapun aktivitas di dayah adalah menjunjung tinggi kebersamaan.

Mari kita perhatikan saat mereka shalat lima waktu misalnya. Para guru selalu menekankan dan membimbing santri untuk melakukan shalat secara bersama-sama atau jamaah. Bahkan, jika didapati santri yang dengan sengaja mangkir dari shalat berjamaah, maka sanksi pasti menunggu. Hukumannya pun bukan hanya untuk satu orang namun semua santri.

Sikap berjamaah menjadi identitas para santri di pesantren manapun. Dampak positifnya adalah mereka selalu terbiasa untuk melakukan sebuah aktivitas atau pekerjaan secara bersama-sama atau team work.

Disiplin waktu

Harus kita akui bahwa membentuk mental disiplin bukan perkara mudah, termasuk saya sendiri pun belum mampu menerapkan disiplin dengan baik. Namun di pesantren, para guru dan ustaz berusaha menciptakan budaya hidup disiplin di kalangan para santri.

Cara hidup disiplin mulai ditanamkan sejak mereka mendaftar menjadi santri di sebuah pondok pesantren. Semua aktivitas diatur secara ketat dan terjadwal. Mulai dari urusan belajar, ibadah, bermain dan olah raga, bangun tidur, hingga aktivitas yang bersifat pribadi, misalnya menelpon orang tua, belanja kebutuhan pribadi, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun