Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Melihat Lebih Dekat Kehidupan Santri di Pesantren

6 November 2018   14:34 Diperbarui: 7 November 2018   07:14 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri sedang mendengarkan bimbingan para guru dan ustaz/dokumentasi pribadi

Berdasarkan Undang-undang Pendidikan Nasional, pendidikan di Indonesia tidak ada lagi dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama berbasis pesantren. 

Kedua model pendidikan tersebut diakui keberadaannya di tanah air. Sehingga pesantren-pesantren di seluruh pelosok nusantara bisa menyelenggarakan pendidikan tanpa perlu merasa kuatir atau takut, sepanjang tidak menyimpang dengan agama dan konstitusi negara.

Pendidikan berbasis pesantren atau di beberapa tempat disebut juga dayah, kini mulai sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Tak jarang para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka di pesantren atau dayah. 

Jumlah pesantren atau dayah pun sangat banyak, meskipun saya belum memiliki data rill, tetapi saya memperkirakan jumlah dayah atau pesantren di Indonesia mencapai ratusan ribu unit.

Menempuh pendidikan di dayah memang tidak sama dengan bersekolah di pendidikan umum. Selain dari sisi kurikulumnya, juga sistem kedua jenis pendidikan tersebut berbeda. Biasanya sistem pendidikan di pesantren atau dayah menerapkan sistem boarding school.

Adanya asrama bagi para santri (siswa dayah/pesantren) merupakan ciri khas dari sistem pesantren. Masyarakat Indonesia biasanya menyebutnya dengan istilah 'mondok' atau tinggal di pondok pesantren. Seluruh santri baik laki-laki maupun perempuan disediakan tempat tinggal berupa bilik/kamar yang diatur sedemikian rupa.

Suasana belajar di sini sangat identik dengan kebersamaan. Lingkungan pendidikan pun menyatu dengan sistem sosial para santri. Mereka hidup bersama, belajar bersama bahkan susah senang bersama. Ikatan emosional sesama santri sangat kuat. Solidaritas diantara mereka terbangun karena mereka sama-sama berjuang dalam meraih keberhasilan pendidikan mereka.

Sejak usia sekolah dasar

Pada umumnya para santri di banyak pesantren dimulai sejak usia sekolah dasar atau berkisar 12 tahun. Kelompok ini memasuki tahun pertama pada pendidikan tsanawiyah di pesantren.

Para orang tua mengantar anak-anak mereka menjadi santri setelah lulus dari pendidikan dasar. Memang berat melepaskan anak-anak berusia SD untuk hidup sendiri secara mandiri diantara ratusan anak-anak seusianya yang lain yang memiliki karakter berbeda-beda.

Namun pada sebuah pesantren atau dayah yang memiliki sistem pendidikan yang baik, kekuatiran apapun yang dirasakan oleh orang tua dapat diatasi dengan baik. Hal yang paling ditakuti oleh wali santri diantaranya, takut anak-anak mereka tidak terurus, mengalami kekerasan dan pelecehan, sakit, dan mengalami stres yang berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun