Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahaya Perundungan bagi Korban dan Mohon Aku Tidak Dirundung

31 Oktober 2018   12:42 Diperbarui: 2 November 2018   18:29 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan kondisi ketidaknyamanan terjadi dimana-mana. Diruang publik sekalipun. Dalam bahasa sehari-hari, salah satu disebabkan oleh bullying. Bully bisa dikatakan sebagai sikap menghina orang lain baik langsung maupun tidak langsung, secara verbal atau non-verbal.

Tindakan bullying dewasa ini bahkan telah dilakukan oleh anak-anak sekolah dasar pula. Mereka kerab melecehkan temannya sendiri dengan menghina, mengejek dan perilaku menyakiti lainnya. Pelakunya bisa berkelompok dan invidu. Jika berkelompok biasanya ada yang paling dominan sebagai otak pelaku.

Perilaku mem-bully bukan hanya bersifat kata-kata atau memarahi, menghina, membentak, berbicara kasar, namun juga bersifat fisik seperti memukul, menganiaya, dan kekerasan secara wujud.

Bully memberi pengaruh buruk terhadap korban, tidak peduli apakah korbannya orang dewasa apalagi anak-anak yang belum mampu mengendalikan emosi dengan baik. Dan hampir tidak ditemukan keuntungan yang bersifat positif sedikit pun dari perilaku bully terutama bagi orang yang kena bully.

Diantara dampak buruk bagi korban bullying adalah mereka akan mengalami tekanan batin yang luar biasa--bahkan hingga menjadi depresi dan mengalami kecemasan yang menakutkan. Korban akan merasa sedih, suka sendirian, dan menjauh dari pergaulan dengan orang lain. Bullying telah menghancurkan rasa percaya diri dan harga diri korban, sehingga ia akan merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri.

Pada tahapan paling ekstrem, si korban mungkin akan melakukan jalan yang menurut ia dapat menyelesaikan masalahnnya. Menurut riset yang dilakukan di USA, jumlah korban bully yang bunuh diri terus meningkat sampai 30 persen dari tahun ke tahun dalam beberapa dekade terakhir.

Bahaya yang ditimbulkan oleh bully sangat berdampak pada psikologis korban. Mereka bisa menderita sepanjang hidup. Rasa trauma yang sulit disembuhkan, bahkan dalam beberapa kasus, korban yang pernah mengalami bullying menjadi carier (pembawa perilaku). Dengan kata lain bakal menjadi pelaku bully juga.

Penyebab seseorang menjadi pem-bully memang dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain karena karakter yang melekat pada pribadi yang dibawa sejak ia lahir, namun dapat juga disebabkan oleh faktor lingkungan atau ia pernah menjadi korban sebelumnya.

Lingkungan yang dimaksud dapat berupa kondisi masyarakat/sosial di mana mereka hidup dan bergaul, dan bisa juga dimulai dari lingkungan keluarga. Pelaku bully yang dikarenakan oleh faktor keluarga misalnya ia selalu mendapatkan perlakuan buruk dari orang-orang dekat mereka di rumah termasuk orang tua (ayah/ibu).

Sehingga kebiasaan buruk yang mereka terima tersebut dapat berubah menjadi karakter. Pada akhirnya standar perilaku mereka menjadi seperti yang biasa dilakukannya di rumah. Inilah yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Artinya jika seseorang suka berprilaku mem-bully, patut diduga ia sebagai orang yang memiliki masalah dalam kepribadian atau karakter.

Secara umum tentu siapapun tidak ingin di-bully meskipun kita adalah orang yang katakanlah sangat hina dimata dunia. Seburuk-buruknya seseorang, pasti ia memandang dirinya sebagai orang yang memiliki harga diri dan etika. Begitulah setiap orang memandang dirinya. Maka, apa yang terjadi jika seseorang mem-bully orang lain?

Jawabnya, tentu saja orang yang telah mendapatkan bully akan merespon dengan bereaksi yang sama pula. Sehingga dampak negatif lainnya dari perilaku bully-mem-bully adalah bukan hanya akan merugikan korban tetapi juga pelaku itu sendiri. Para pelaku tersebut akan terbentuk menjadi pribadi yang kasar, suka meremehkan orang lain, memandang rendah siapapun, dan barang kali akan menjadi sosok yang angkuh dan tinggi hati.

Jika  bully dikaitkan dengan kondisi politik saat ini. Masing-masing kubu dan para pendukung calon/kandidat, dalam komunikasi politik terlihat lebih sering melakukan tindakan bully. Atau dapat dikategorikan sebagai perbuatan bully. Nah fenomena tersebut menggambarkan bagaimana karakter politisi kita dewasa ini.

Praktik seperti ini secara tidak langsung membawa dampak buruk bukan hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi partai, politisi, dan para kandidat yang mereka usung. Bagi masyarakat melihat mereka sebagai politisi yang kekanak-kanakan, tidak beretika, dan kurang bijak, sehingga mereka tidak memiliki persepsi yang bagus dari pandangan publik.

Jadi bully itu banyak kerugiannya. Oleh sebab itu mulai sekarang berhentilah mem-bully siapapun, termasuk orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Karena efeknya bukan hanya untuk orang lain namun juga buat diri sendiri. Begitulah, mohon aku jangan di-bully.

Salam***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun