Layanan yang buruk biasanya sangat berhubungan dengan biaya murah atau pun harga murah. Ditengah persaingan yang sangat ketat dalam industri penerbangan di tanah air, Lion Air dikenal sebagai salah satu maskapai penerbangan dengan harga murah. Sebelumnya pernah ada juga maskapai murah seperti Adam Air, Batavia Air yang juga sering menerbangkan penumpang menemui ajalnya.
Ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah masyarakat berpendapatan kelas menengah di Indonesia. Mereka seperti orang kaya baru yang ingin naik pesawat namun dengan harga yang paling murah, (saya juga begitu). Akhirnya Lion Air pun menemukan segmen pasarnya, yaitu kelas menengah ke bawah yang berada di kelas ekonomi.
Nah, karena permintaan pasar terus meningkat, maka strategi pemasaran yang diunggulkan oleh Lion Air adalah harga murah untuk memenangkan persaingan industri. Akibatnya secara bisnis mereka tentu harus sangat efesien agar potensi laba dapat diraih.
Barangkali, premis yang mengatakan harga murah tanpa layanan berkualitas terjadi pada maskapai Lion Air. Sehingga penerapan efesiensi yang ketat berimbas pada sistim pemeliharaan armada dan kapasitas SDM. Dampak buruknya adalah terjadi kecelakaan, failed, kegagalan sistem secara keseluruhan. Termasuk sistim keamanan dan kenyamanan penumpang.
Saya sendiri termasuk orang yang sering menggunakan penerbangan Lion Air. Setiap mau berangkat pasti tingkat stres saya meningkat. Karena memang armada Lion Air sering tidak membuat saya nyaman ketika terbang. Apalagi jika kondisi cuaca buruk, pasti saya selalu berkeringat dingin didalam pesawat. Sehingga saya selalu berharap agar perjalanannya cepat sampai tujuan. Tidak ingin berlama-lama.
Memang pilihan terbang bersama Lion Air karena faktor harga yang relatif murah. Kita sudah tahu jika pelayanan mereka tidak sebaik maskapai lain yang lebih ramah, tepat waktu, aman dan nyaman. Artinya kadang kita mempertaruhkan nyawa kita demi harga tiket murah.
Akan tetapi setelah melihat begitu banyak fakta yang terjadi di sekitar maskapai Lion Air. Kini saya sudah jarang, bahkan tidak lagi memilih terbang bersama Lion Air, meskipun murah. Demi keamanan, kenyamanan, dan keselamatan diri, saya beralih ke maskapai lain yang lebih baik meskipun harga tiket sedikit lebih mahal.
Maka hari ini apakah industri lebih mementingkan strategi pemasarannya yang murah agar dapat memenangkan persaingan atau mempertimbangkan harga nyawa manusia yang menjadi penumpang mereka? Pilih mana?
(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H