Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Acara Televisi di Indonesia Semakin Membosankan

6 September 2018   08:27 Diperbarui: 1 April 2019   09:57 5424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda merasakan ingin segera pulang dari kantor untuk menonton sebuah acara di televisi? Jawabannya mungkin pernah ya. Lalu, masih ingatkah Anda acara televisi terakhir yang Anda tonton? Hiburan, politik, ataukah iklan produk tertentu? 

Memang menonton televisi bagi beberapa orang adalah hal yang sangat menyenangkan. Bagi mereka yang penting bisa duduk manis di depan televisi dan melahap semua acara yang disajikan. Tak peduli apakah acara tersebut relevan atau tidak. Kelompok pemirsa golongan ini hampir tidak ada filterisasi dalam memilih acara televisi.

Jika saat-saat seperti sekarang ini banyak televisi yang menyajikan isu-isu politik, maka kelompok pertama tadi juga ikut menyaksikan. Ataupun sebaliknya, ditayangkan acara hiburan, apalagi.

Namun lain halnya dengan saya. Sebuah acara televisi yang akan saya tonton mesti sesuai atau relevan dengan kebutuhan, dan materinya memiliki kontekstual dengan kondisi rill. Artinya saya cenderung memilih dan memilah setiap program acara yang disajikan oleh media televisi.

Adakalanya saya suka menonton acara musik, maka saya pun akan mencari channel televisi yang sedang tayang acara musik. Begitu pula ketika ingin mengikuti perkembangan sebuah isu atau kasus dalam jagad ekonomi maupun politik terkini, maka saya pun berusaha mencari saluran televisi berita dimaksud.

Namun belakangan ini, banyak program acara di televisi hampir-hampir mirip bahkan bisa dikatakan sama antara satu stasiun televisi dengan stasiun televisi sebelah. Jika televisi A menayangkan program acara gosip artis, maka di televisi yang lain juga mengikuti program acara seperti televisi A.

Begitu juga dari segi segmen materi atau konten program acara televisi tertentu yang menjadi ciri khas. Televisi bergenre berita contohnya, di Indonesia sudah terdapat beberapa stasiun televisi yang bergenre berita. 

Anda pasti tahu. Juga cenderung membuat program acara yang sama. Kalau televisi anu menayangkan talkshow politik, maka televisi anu yang lain pasti membuat program acara yang sama. Bedanya hanya narasumber yang diundang.

Bagi saya, kondisi seperti itu sangat membosankan. Saya katakan hampir tidak ada kreativitas para pekerja media televisi bergenre berita untuk menciptakan satu program acara yang benar-benar beda dan menarik. Mereka hanya saling 'copy paste' program.

Kreativitas yang saya maksud adalah seni dan kemampuan menciptakan sebuah program acara yang dikemas benar-benar beda dan memiliki ciri khas yang unik. Program berita contohnya, hampir semua televisi juga menyajikan dengan cara yang sama, mana berita dan gambarnya (visual) juga sama persis, kayak dikerjakan oleh satu orang reporter dan kameraman saja. Bosan tahu!

Yang lebih boring lagi adalah ketika media televisi itu saling membela kubu masing-masing. Berbagai framing dilakukan untuk membentuk opini dan persepsi publik yang menguntungkan kelompoknya.  Kurang ajar bukan? Masa iya, menggunakan saluran publik tetapi untuk kepentingan sekelompok orang? Tidak adilkan?

Kemudian narasumber yang diundangpun orangnya itu-itu saja, yang kapasitas dan kecenderungannya sudah diketahui publik. Sudah pasti tidak kredibel dan tidak berintegritas. Bahkan menghadirkan kelompok fanatik tertentu yang membabi buta membela kelompoknya walaupun salah.

Sajian acara dengan model narasumber seperti itu, menurut saya jelas tidak profesional, pandangannya penuh unsur subjektif. Pemikiran mereka tidak dapat dijadikan referensi dan rujukan bagi pengembangan wawasan masyarakat. Yang ada malah memperkeruh suasana dalam sosial masyarakat. Karena pernyataannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Apalagi masa menjelang pemilu seperti sekarang. Televisi sangat gencar menciptakan program acara talkshow yang berbau politik. Lalu dihadirkan para politisi dari kubu-kubu yang saling berseberangan. Kemudian dibahas satu topik tertentu yang kontroversial. 

Selanjutnya para host atau pembawa acara yang merangkap moderator mulai mengaduk-ngaduk suasana menjadi panas dan berujung pada saling serang antar kubu. Celakanya diskusi tersebut berakhir tanpa kesimpulan. Kadang hanya bentuk pelampiasan kemarahan saja. Apakah diskusi semacam ini layak disajikan ke publik Indonesia? Apakah mencerahkan?

Jadi sungguh sangat membosankan televisi Indonesia, selain tidak berkualitas dalam menyajikan konten. Juga bekerja atau karyanya dihasilkan berdasarkan "pesanan". 

Maksud saya, beberapa televisi memang bekerja untuk kepentingan politik kelompok tertentu saja. Mungkin ini adalah sinyalemen atau dugaan belaka. Namun hipotesa tersebut hampir-hampir terbukti jika kita mau memperhatikan cara kerja media televisi di tanah air.

Belum lagi jenis program acara hiburan. Ntah itu acara musik, sinentron, sampai reality show, semua bagaikan tontonan sampah. Sedikit sekali terdapat unsur pendidikan publik. Bahkan hanya sebagai ajang eksploitasi tubuh wanita, nasib orang miskin, dan pertunjukan kemewahan. 

Hanya itu isi dari tontonan yang disajikan. Sedangkan promosi nilai-nilai kemanusiaan, ketuhanan, lingkungan hanya kamuflase saja. Tak ubahnya sebagai pemanis sebuah drama saja.

Kapankah televisi di Indonesia menyuguhkan tontonan yang benar-benar memenuhi ekspektasi publik? Menjadi media televisi sebagai saluran yang mencerdaskan bangsa, menjunjung tinggi netralitas, dan kritis terhadap kebijakan yang salah. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun