Kemudian narasumber yang diundangpun orangnya itu-itu saja, yang kapasitas dan kecenderungannya sudah diketahui publik. Sudah pasti tidak kredibel dan tidak berintegritas. Bahkan menghadirkan kelompok fanatik tertentu yang membabi buta membela kelompoknya walaupun salah.
Sajian acara dengan model narasumber seperti itu, menurut saya jelas tidak profesional, pandangannya penuh unsur subjektif. Pemikiran mereka tidak dapat dijadikan referensi dan rujukan bagi pengembangan wawasan masyarakat. Yang ada malah memperkeruh suasana dalam sosial masyarakat. Karena pernyataannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Apalagi masa menjelang pemilu seperti sekarang. Televisi sangat gencar menciptakan program acara talkshow yang berbau politik. Lalu dihadirkan para politisi dari kubu-kubu yang saling berseberangan. Kemudian dibahas satu topik tertentu yang kontroversial.Â
Selanjutnya para host atau pembawa acara yang merangkap moderator mulai mengaduk-ngaduk suasana menjadi panas dan berujung pada saling serang antar kubu. Celakanya diskusi tersebut berakhir tanpa kesimpulan. Kadang hanya bentuk pelampiasan kemarahan saja. Apakah diskusi semacam ini layak disajikan ke publik Indonesia? Apakah mencerahkan?
Jadi sungguh sangat membosankan televisi Indonesia, selain tidak berkualitas dalam menyajikan konten. Juga bekerja atau karyanya dihasilkan berdasarkan "pesanan".Â
Maksud saya, beberapa televisi memang bekerja untuk kepentingan politik kelompok tertentu saja. Mungkin ini adalah sinyalemen atau dugaan belaka. Namun hipotesa tersebut hampir-hampir terbukti jika kita mau memperhatikan cara kerja media televisi di tanah air.
Belum lagi jenis program acara hiburan. Ntah itu acara musik, sinentron, sampai reality show, semua bagaikan tontonan sampah. Sedikit sekali terdapat unsur pendidikan publik. Bahkan hanya sebagai ajang eksploitasi tubuh wanita, nasib orang miskin, dan pertunjukan kemewahan.Â
Hanya itu isi dari tontonan yang disajikan. Sedangkan promosi nilai-nilai kemanusiaan, ketuhanan, lingkungan hanya kamuflase saja. Tak ubahnya sebagai pemanis sebuah drama saja.
Kapankah televisi di Indonesia menyuguhkan tontonan yang benar-benar memenuhi ekspektasi publik? Menjadi media televisi sebagai saluran yang mencerdaskan bangsa, menjunjung tinggi netralitas, dan kritis terhadap kebijakan yang salah. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H