Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengapa Tidak Peduli Lingkungan dan Buang Sampah Sembarangan?

26 Agustus 2018   15:14 Diperbarui: 28 Agustus 2018   22:31 9597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disisi lain, sangat sedikit atau bahkan hampir tidak ada upaya pihak industri untuk menciptakan semacam gerakan peduli lingkungan yang bebas dari sampah plastik. Indikasi ini dapat dilihat dari kurangnya program kerja atau mungkin anggaran industri terhadap peduli lingkungan. Kalaupun ada, hanya terbatas di kota-kota besar saja dan sebagai kegiatan public relation perusahaan, lalu diliput media untuk pencitraan.

Namun nan dijauh disana, di desa-desa, kota kecamatan, kota kabupaten, sampai ibu kota provinsi di berbagai daerah, hampir tidak terdengar nama industri dan perusahaan-perusahaan besar yang secara aktif dan kontinyu menjalankan program-program peduli lingkungan. 

Terkadang justru sebaliknya, karena jauh dari pantauan pemerintah, perusahaan melakukan berbagai kecurangan, penyimpangan, dan pelanggaran terhadap undang-undang tentang lingkungan hidup. Misalnya membuang limbah industri sembarangan, melakukan proses produksi yang tidak ramah lingkungan.

Selain karena sampah, faktor lain yang membuat lingkungan menjadi buruk adalah soal sanitasi. Buruknya sanitasi di Indonesia diakui oleh Menteri Kesehatan, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Saat ini masih banyak masyarakat yang belum memiliki fasilitas sanitasi yang baik dan memenuhi standar. 

Untuk urusan buang air besar atau kecil saja, masih ada ditempat-tempat terbuka. Belum lagi kesadaran mencuci tangan menggunakan sabun dikalangan masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah.

Menurut laporan Riskesdas, hanya 59,8 rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang sesuai standard. Selain itu, pola atau kebiasaan higienitas yang baik seperti sikat gigi dan cuci tangan juga masih belum dilakukan seluruh masyarakat Indonesia.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang masih minim ikut berkontribusi semakin buruknya sanitasi dan pola hidup sehat. Bahkan masih banyak rumah-rumah warga yang belum ada jamban (tempat buang air besar), yang semestinya terdapat pada setiap rumah atau minimal dalam satu pemukiman terdapat jamban umum dengan rasio cukup.

Begitu juga dengan sarana tempat penampungan sampah. Tidak semua desa atau RW memiliki tempat penampungan sampah rumah tangga atau warga. Sehingga sampah yang terkumpul, akhirnya dibuang begitu saja, dan sebagian yang membuangnya ke sungai, pinggir jalan, dan dimana saja mereka suka.

Petugas yang menangani persoalan sampah juga tidak ditunjuk secara khusus, mulai dari desa, RT dan RW. Padahal keberadaan para petugas sangat membantu dalam memberikan layanan bagi para warga atau masyarakat yang ingin mengelola sampah dengan baik dan benar.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa selain industri, perusahaan, bahkan penghasil sampah terbaik juga termasuk rumah tangga. Rumah tangga dapat dikatakan sebagai produsen sampah disisi hilir. Sedangkan sisi hulu adalah industri tadi.

Mestinya rumah tangga juga ikut lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Buang sampah pada tempatnya, mengelompokkan jenis sampah sesuai golongan sebelum dibuang, mengurangi penggunaan sampah plastik dan sampah nonol organik lainnya yang sangat berbahaya bagi lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun