Namun Asisten Deputi Komunikasi Kementerian Lingkungan Hidup, Siti Aini Hanun menyatakan tingkat pemahaman masyarakat menjaga lingkungan sebenarnya relatif baik. Benarkah?
Menurut Pande Made K, Wakil Direktur Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada rendahnya indeks peduli lingkungan masyarakat Indonesia tentunya didorong oleh beberapa indikator. Secara umum adalah persoalan tentang lingkungan yang menyangkut energi, sampah, dan lain-lainnya.
Tentang Sampah.Â
Persoalan sampah di Indonesia hingga saat ini sebenarnya bukan lagi masalah biasa dan sederhana. Melainkan sudah menjadi persoalan yang sangat komplek, rumit dan tidak terkendali.
Sampah yang dihasilkan pun beragam bentuk, mulai dari sampah organik sampai dengan sampah kimia, sampah pabrikasi atau sampah non organik yang sangat berbahaya bagi lingkungan.
Seperti telah diketahui bersama, sampah yang terbuat dari proses kimiawi seperti palstik, styrofoam, botol minuman plastik, dan berbagai bungkus kemasan produk, tidak mampu terurai dalam jangka waktu lama bahkan bisa ratusan tahun lamanya.Â
Namun semua sampah itu, kini dibuang dan tersebar begitu saja pada hampir setiap jengkal tanah Indonesia. Bahkan jika kita menggali setiap jengkal tanah itu, pasti kita dapati puluhan kilogram sampah plastik yang sudah tertanam dan terkubur sejak lama.
Kerap ditemukan bungkus shampoo, kemasan deterjen pencuci pakaian, bungkus plastik kemasan sabun cuci piring, kemasan pembalut wanita, pembalut bayi, botol minuman plastik, baik yang berbentuk gelas maupun botol sedang hingga berukuran besar. Belum lagi plastik kresek belanja, dan sampah lainnya yang berbentuk racun, yang berefek buruk bagi lingkungan hidup dan manusia.
Itulah jenis sampah yang mendominasi tanah tumpah darah Indonesia. Dan sampah yang tergolong dalam daftar paling berbahaya tersebut dihasilkan oleh industri. Berbagai perusahaan sangat produktif menghasilkan sampah plastik dalam jumlah besar.Â
Dengan dalih ekonomis dan efesien, perusahaan tidak segan-segan mendistribusikan ribuan ton sampah plastik setiap tahunnya ke tengah-tengah masyarakat (konsumen).
Sayangnya, industri hanya memikirkan keuntungan bagi mereka sendiri, seakan triliunan rupiah modal yang mereka miliki menjadi senjata untuk menghancurkan lingkungan melalui sampah plastiknya. (Meskipun apa yang saya katakan ini kurang tepat, namun faktanya begitulah yang ada ditengah-tengah masyarakat).