Biasanya setiap hari Aminah mendapatkan rezeki Rp 50.000 dari hasil kerja kerasnya. Dari uang yang diperolehnya itu ia gunakan untuk membeli sekilo beras, kebutuhan dapur, dan sedikit jajan bagi anak-anaknya yang masih duduk di bangku SD. Uang sebesar itu memang tidak cukup, namun Aminah tidak mau mengeluh.
Meski demikian, Aminah tak mau menyerah dengan beban berat hidup yang ia pikul. Baginya, akan terasa lebih berat jika dia tidak mampu menanggung beban hidupnya untuk menyekolahkan anak-anak demi masa depannya.Â
Buktinya, sejak pagi hari ketika orang-orang sibuk berangkat ke kantornya, Aminah telah berada di tepian sungai menantang dinginnya air laut. "saya pergi dari rumah jam 07.00 Wib pagi setelah anak-anak berangkat ke sekolah, dan pulang sore hari menjelang petang." paparnya.Â
Begitulah kerasnya kehidupan yang harus dijalani oleh Aminah, demi berjuang untuk masa depan anak-anaknya, ia rela merendam seharian di dalam air untuk mencari tiram yang dapat ia jual untuk mendapatkan sejumlah uang.Â
Meskipun seluruh badannya sakit, terasa remuk sehabis bekerja. Namun profesinya itu tetap ia jalani dengan penuh kesabaran, semangat dan tidak berprasangka buruk kepada siapapun. Hebatnya lagi, Aminah tidak pernah mau menjadi pengemis dan peminta-minta.Â
Bagi Aminah menjaga kehormatan adalah yang paling utama. Biar kita miskin, tetapi memiliki harga diri. Begitu semboyan hidup yang ia pegang.Â
Semoga kisah ini ada manfaatnya. Salam
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H