Aneh tapi nyata, barangkali itulah kalimat yang tepat untuk menyatakan suatu keadaan yang sangat bertolak belakang.
Bagaimana mungkin ditengah semangat membangun literasi baca tulis yang membara, namun buku bacaan yang dibutuhkan justeru tidak tersedia.
Sedih bin kecewa begitulah perasaan yang dialami oleh salah seorang murid sebuah Sekolah Dasar (SD) yang sudah lelah mencari buku pelajaran sekolah tempat ia belajar.
Hampir seluruh toko yang menjual buku-buku sekolah ia datangi namun hasilnya nihil. Penjual selalu menjawab bila buku yang ia cari sudah habis, belum masuk, mengapa bukan buku lain saja, dan berbagai jawaban klise lainnya.
Hingga ia pun bertanya, kemana harus kita cari lagi buku tersebut? Haruskah ke Penerbitnya langsung? Sekali lagi aneh memang negeri ini. Untuk mengurusi buku pelajaran sekolah SD saja tidak becus.
Jika keadaan seperti ini terus berlangsung bagaimana pendidikan di negara ini bisa maju? Atau apakah ada kesalahan lain yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menentukan jenis buku pelajaran yang digunakan?
Dari banyak toko yang dikunjungi memang banyak buku yang tersedia. Namun dengan judul buku dan penerbit yang telah ditentukan tidak ada buku yang dicarinya. Sebenarnya siapakah yang menentukan buku mana yang dipakai? Pihak sekolah atau Dinas Pendidikan?
Persoalan teknis seperti ini harus jelas dan pasti. Karena belajar tanpa buku membuat tidak produktif. Lagi pula pemerintah telah menyediakan dana BOS mengapa tidak digunakan untuk pengadaan buku?
Dengan adanya buku yang dibeli oleh sekolah, maka murid dapat menggunakannya saat dibutuhkan seperti halnya tahun ajaran baru atau setiap pergantian semester.
Sehingga tidak mengalami keadaan sebagaimana yang dirasakan oleh salah seorang murid sekolah dasar tadi yang telah disebutkan.
Kini ia tidak tahu kapan akan memperoleh buku pelajarannya, sementara itu guru bidang studi yang mengampu mata pelajaran tersebut terus mendesak murid agar membawa buku pada saat jam belajar atau saat bersekolah.
Kedepan pemerintah perlu memikirkan kondisi ini dan berupaya mencari solusi terbaik jika menginginkan prestasi anak-anak Indonesia usia sekolah meningkat. Atau bila ingin membiarkan saja, dan menganggap masalah ini sebagai urusan murid bersama orang tua mereka, maka kesulitan mendapatkan buku pelajaran sudah dapat dipastikan akan terjadi.
Semoga tulisan singkat ini dapat tersampaikan ke pihak berkepentingan dan lakukan sesuatu untuk merubah keadaan ini menjadi lebih baik.
Salam.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H