Pada umumnya makanan pokok masyarakat Indonesia adalah beras, terutama masyarakat yang berada di kawasan barat Indonesia mulai dari Aceh hingga Pulau Jawa.Â
Sedangkan sebagian masyarakat Indonesia Timur ada yang menjadikan makanan pokoknya sagu atau jagung dan juga beras. Bahkan ada yang mengkonsumsi ubi kayu atau ketela sebagai pangan utama.Â
Kebutuhan beras di Indonesia sangat tinggi, setiap tahun permintaan terhadap komoditas beras selalu meningkat seiring dengan bertambahnya populasi penduduk Indonesia. Beras telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan orang Indonesia.Â
Bagi pemerintah Indonesia beras bukan hanya sekedar bahan pangan rakyatnya namun melebihi daripada itu. Beras telah menjadi komoditas strategis dan ekonomis bagi ketahanan nasional.Â
Bahkan dalam beberapa dekade pemerintahan yang pernah memegang kekuasaan di Indonesia beras telah menjadi komoditas politik yang dapat mempengaruhi kebijakan penguasa atau menentukan elektabilitas mereka.Â
Karena begitu strategisnya komoditas beras dalam pusaran politik negara, maka ketersediaan dan kecukupan beras bagi kebutuhan pangan rakyat harus terjamin baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.Â
Jika rakyat sulit memperoleh beras apalagi harganya juga mahal, bisa saja kondisi tersebut dapat memicu terjadinya gejolak sosial yang berujung kepada menurunnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.Â
Sehingga bisa mengarahkan munculnya gerakan politik untuk menurunkan penguasa oleh rakyat yang mengalami kelaparan. Tentu saja kondisi dan situasi tersebut tidak diinginkan oleh siapapun.Â
Salah satu cara agar persoalan beras tidak menjadi pemicu "konflik" sosial antara rakyat dengan pemerintah adalah bagaimana komoditas ini bisa tersedia selalu di pasar dengan harga terjangkau sehingga rakyat mudah memperolehnya.
Oleh sebab itu pemerintah perlu menyusun strategi yang tepat dalam mengelola beras kebutuhan rakyat tersebut dengan mengatur tata niaga beras secara adil dan memberikan keuntungan bagi semua. Baik produsen, pedagang dan juga komsumen.Â
Di Aceh, salah seorang pengusaha perberasan mencoba membuat inovasi dengan mengeluarkan beras dalam ukuran mini. Dengan karung mini berat 5 kg agar konsumen dengan pendapatan rendah dapat membeli pangan sehari-hari.Â
Ternyata strategi pemasaran dengan karung mini mendapatkan perhatian konsumen. Banyak pembeli sangat menyukai beras dengan ukuran sak mini, apalagi harga yang ditawarkan juga tidak mahal, hanya Rp45.000 per karung.Â
Fajar (21) tahun, yang masih duduk dibangku kuliah, sehari-hari di waktu selanya mencoba mengembangkan usaha penjualan beras ukuran mini tersebut ternyata menurutnya sangat prospek.
Banyak pelanggan yang menelpon minta diantar ke tempat atau menanyakan dimana mereka bisa membelinya. Memang Fajar selalu mempromosikan bisnisnya itu di media sosial seperti WA, Facebook dan lain-lain.Â
Selain karena harganya yang tidak mahal, alasan pelanggan menyukai beras dengan ukuran karung mini ini adalah masa konsumsi tidak terlalu lama, konsumen lebih senang membeli beras yang dapat dikonsumsi dalam waktu relatif cepat habis sehingga beras tidak perlu disimpan dalam waktu lama.Â
Alasan konsumen itulah yang ditangkap sebagai peluang bisnis oleh Fajar dan pengusaha kilang padi dikawasan Aceh Besar. Dan kini mereka berusaha mengais rezeki dari bisnis beras yang mereka jalankan.Â
Sementara itu juga, beras yang selama ini dijual dipasaran yang ada hanya ukuran 10 kg dan 15 kg. Jadi dengan adanya kemasan mini, maka konsumen memiliki pilihan yang lebih banyak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H