Menurut beliau, sehebat-hebatnya pemuda yang telah sukses dan berhasil diperantauan, lebih hebat lagi kalau mau membangun desa sendiri, tanah tempat dilahirkan dan dibesarkan. Tidak ada gunanya Anda hebat diperantauan namun lupa pada kampung halaman sendiri.
Oleh karena itulah Umar Ismail berpesan kepada seluruh pemuda Peudaya agar selalu memiliki kepedulian terhadap kemajuan Peudaya, siapa lagi yang akan memimpin kalau bukan pemuda-pemudi yang ada sekarang.Â
Lalu kemudian Ustaz Umar Ismail menjelaskan apa subtansi halal bi halal yang sering diadakan oleh masyarakat muslim Indonesia setelah idul fitri. Menurut pihaknya esensi dari halal bi halal adalah ajang untuk saling merelakan kesalahan masing-masing. Dengan berkumpul secara massal seperti ini, maka setiap orang bisa saling memaafkan satu sama lain. Barangkali tidak mungkin mendatangi setiap rumah warga, maka inilah cara yang paling efektif untuk bertemu.Â
Sebab katanya ibadah puasa, shalat tarawih, tahajjud dan ibadah lainnya yang telah dilakukan selama bulan ramadan tidak akan diterima jika masih ada antar sesama manusia belum saling memaafkan atas segala dosa dan memutuskan tali silaturrahmi.Â
Jadi halal bi halal ini ibarat perangko yang digunakan untuk mengirimkan amalan ibadah puasa kita kepada Allah Swt. Dengan adanya perangko, maka surat akan sampai kepada alamat yang dituju atau dikirimkan yaitu kepada Allah Swt.Â
Kemudian Ustaz Umar Ismail mengutip sebuah surat dalam Al-Quran tentang betapa manusia harus selalu bersyukur kepada Allah Swt atas segala karunia yang telah diberikan termasuk mampu menyempurnakan ibadah puasa, terawih dan idul fitri kemudian dilanjutkan dengan halal bi halal.Â
Ada dua cara bentuk mensyukuri nikmat Allah Swt, pertama adalah dengan mendirikan shalat dan kedua adalah dengan melakukan qurban. Adapun qurban dimaksudkan sebagai bentuk sedeqah. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bersyukur dilakukan dengan shalat dan sedeqah. Demikian kata Ustaz Umar Ismail.Â
Acara ini berlangsung sedikit bergeser dari jadwal yang telah disusun panitia. Seharusnya dimulai pukul 21.00 Wib namun molor hingga 22.00 Wib. Perubahan ini disebabkan oleh karena keterlambatan kedatangan penceramah ke lokasi acara.Â
Namun secara keseluruhan halal bi halal kali ini terbilang sukses dan berakhir hingga pukul 24.00 Wib yang sekaligus ditutuo dengan pembacaan doa oleh sang penceramah. Setelah acara usai, masyarakat pun membubarkan diri dari halaman Mesjid Jami' Kemukiman Peudaya Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie, Aceh.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H