Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan sebagai Bulan Pendidikan bagi Hawa Nafsu

18 Mei 2018   14:44 Diperbarui: 19 Mei 2018   11:59 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: riaumandiri.co

Sesungguhnya apapun ibadah yang diperintahkan Allah kepada hambaNya semua mengandung kebaikan. Salah besar jika kita berprasangka bahwa Tuhan terlalu membebankan berbagai perintah kepada manusia. 

Melalui perintah ibadah, Allah menguji ketaqwaan setiap hambaNya. Siapa diantara mereka yang benar-benar patuh dan taat kepada sang pencipta alam semesta dengan menjalankan ibadah sebagaimana yang telah digariskan. 

Ibadah yang dikerjakan oleh setiap orang yang beriman memiliki dimensi ketauhidan didalamnya. Artinya bahwa ibadah tersebut dilakukan semata-mata karena Allah Swt. Bukan karena mengharapkan pujian manusia. 

Dengan ibadah sebagai bentuk pengabdian seorang hamba yang beriman kepada Tuhannya, maka ibadah seperti itu menghasilkan amal sholeh yang berkualitas. 

Salah satu ibadah yang diperintahkan Allah kepada setiap orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan adalah berpuasa di bulan ramadan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Firman Allah surat Al-baqarah yang artinya kira-kira 'hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana kaum-kaum sebelum kamu. '

Dari ayat diatas jelas bahwa ibadah puasa hukumnya adalah wajib, artinya berdosa jika tidak dilaksanakan. Adapun puasa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah puasa ramadan. 

Hadist Abdullah bin Umar R.A, sesungguhnya Rasulullah Saw menyinggung tentang ramadan, dan beliau bersabda "janganlah kalian berpuasa sebelum kalian melihat tanggal, dan janganlah berbuka sebelum kalian melihatnya dan jika kalian tertutup oleh awan maka perkirakanlah."

Atau dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassallam, "jika kalian telah melihat tanggal, maka berpuasalah."

Dari kedua hadits tersebut dapatlah disimpulkan bahwa berpuasa di bulan ramadan itu wajib bagi setiap orang beriman. Sementara berpuasa di luar ramadan tentu sangat dianjurkan sebagai sunnah rasul. 

Melalui puasa ramadan juga banyak mengandung nilai-nilai pendidikan (tazkiyah), pendidikan sosial, kepribadian hingga pendidikan kesabaran dalam pengendalian emosi. 

Apa saja hikmah puasa ramadan?

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A, Rasulullah Saw bersabda, "ketika datang bulan ramadan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahannam ditutup, dan setan-setan dibelenggu."

Karena begitu bernilainya puasa ramadan di sisi Allah, maka syariat ramadan ini juga diberikan kepada ummat Islam. Itulah makna dibukanya pintu-pintu langit, agar ummat Islam bisa memperoleh hikmah yang besar sebagaimana Nabi Adam. AS dan ummat Nasrani serta ummat Yahudi yang dulu juga diperintahkan berpuasa. 

Puasa ramadan dengan segala ketentuan pelaksanaannya sebagai syariat ibadah, bukan hanya bertujuan dalam aspek ilahiyah saja namun juga mengandung nilai-nilai insaniyah dalam konteks sosial. 

Banyak unsur pendidikan yang Allah dan Rasul Nya ajarkan dalam hikmah ramadan. Perintah menahan diri dari makan dan minum, secara filosofis mengandung makna ketaatan ummat Islam terhadap perintah larangan Allah. Jika Allah mengatakan jangan kerjakan, maka tidak dikerjakan.

Dalam konteks sosial, puasa ramadan mendidik ummat Islam agar memperhatikan soal pelarangan makan dan minum. Tidak boleh mengambil makanan dan minuman yang bukan milik kita, itulah makna menahan diri dari makan dan minum secara hikmah. 

Bila kita lihat dari sudut pandang kesehatan, ternyata konsep puasa ini menghasilkan kesehatan bagi tubuh. Dengan jeda makan dan minum hanya 8-10 jam per hari mampu meremajakan kembali daya kerja pencernaan dan usus. Di mana sebelum ramadan lambung terus bekerja memproses makan yang masuk. 

Selain itu, sebagai makhluk sosial, manusia diajarkan melalui puasa ramadan agar peka terhadap kondisi orang lain (saudaranya). Bagaimana rasanya kalau kita makan dan minum sehari saja, sungguh sangat tidak nyaman hidup ini. Nah, bayangkan orang fakir yang tidak makan berhari-hari. Oleh sebab itu, jika kita memiliki kelebihan makanan (harta), maka berbagilah dengan orang-orang fakir/miskin yang kekurangan makanan. 

Sangat banyak hikmah puasa ramadan lainnya yang diberikan Allah Swt. Bahkan bukan hanya hikmah secara fisik atau materi namun secara batiniah juga puasa ramadan mengajarkan manusia untuk menjaga hati, menjaga lisan dari perkataan yang dapat menyakiti saudaranya, hingga hikmah kesabaran yang sangat luar biasa. 

Intinya bahwa puasa ramadan mendidik ummat Islam untuk menjadi manusia yang paripurna, seimbang lahir dan batin. Sehat secara fisik juga sehat secara batin. Tidak ada iri, dengki dan sifat-sifat licik lainnya sebagai penyakit hati yang sangat ganas. 

Menjadi orang yang peka terhadap keadaan masyarakat disekelilingnya, senang membantu antar sesama, menjaga aib saudaranya dengan lidah dan perkataan. Itulah sebagian kepribadian yang diharapkan dimiliki oleh ummat Islam paska ramadan. 

Memang diakui bahwa ibadah puasa adalah ibadah yang berat. Tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik, apalagi jika tidak ada keikhlasan dalam mengerjakannya, maka semakin terasa sangat berat. 

Ibadah puasa sangat berkaitan dengan fisik, tidak makan dan minum tentu saja membuat kondisi tubuh semakin lemah. Namun itulah subtansi pendidikan puasa ramadan. Dengan tidak makan dan minumlah hawa nafsu dapat dikendalikan. Berat memang, maka inti dari puasa adalah pengendalian hawa nafsu. 

Bicara tentang hawa nafsu. Banyak orang terjerumus oleh hawa nafsunya sendiri, karena nafsu tersebut cenderung ke kiri (mengikuti syaitan). Mengapa ada bom Surabaya? Karena ada hawa nafsu pelakunya yang tidak terkendali. Mengapa ada korupsi? Karena hawa nafsu ingin cepat kaya, dll. 

Sebagai manusia tentu saja tidak bisa terlepaskan dengan nafsu, beda halnya dengan para malaikat yang tidak dibekali dengan hawa nafsu. Akan tetapi bukan berarti nafsu itu dibiarkan begitu saja seperti hawa nafsu hewan atau disalurkan secara sembarangan layaknya binatang. Tidak! 

Nafsu manusia perlu dikendalikan dan diarahkan kepada ketundukan kepada pemilik nafsu itu sendiri yakni Allah Swt, bagaimanapun hawa nafsu itu adalah ciptaan Allah, hamba Allah, maka tidak boleh nafsu itu mendorong manusia untuk berbuat maksiat dan kerusakan di bumi Allah. 

Oleh sebab itu dengan puasa ramadanlah jalan bagi Allah untuk mendidik manusia terutama ummat Islam yang beriman agar hawa nafsu yang sudah Allah berikan kepada mereka dapat arahkan kepada jalan yang lurus, menyalurkan hawa nafsu tersebut dengan kebaikan dan ketakwaan kepada Nya. 

Marilah kita ambil hikmah puasa ramadan ini dengan memperbanyak amalan kebaikan, paksakan hawa nafsu kita untuk tunduk kepada ketentuan Allah dalam berpuasa. Inilah pendidikan ramadan. Semoga ada manfaatnya. Sekian Wassalam.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun