Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Peran Bank Indonesia dalam Upaya Menjaga Stabilitas Moneter

8 Mei 2018   22:02 Diperbarui: 9 Mei 2018   11:01 4520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Undang-undang No. 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia secara tegas disebutkan bahwa tugas utama peran Bank Indonesia (BI) adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, membuat kebijakan moneter dan sistem pembayaran. 

Dalam bidang kebijakan moneter, tugas BI adalah menjaga nilai mata uang rupiah. Fokus kebijakan moneter pada inflasi dengan instrumen suku bunga.  Namun dengan semakin terbukanya sistem keuangan dunia, perhatian BI sebagai bank sentral pada inflasi semata tidak memadai lagi. Mengapa demikian? 

Karena nilai aset terutama di pasar modal dan obligasi memiliki pengaruh yang sangat besar pada harga, terutama nilai rupiah.  Fenomena yang seringkali dialami bahwa secara fundamental ekonomi cukup  baik, terutama dilihat pada neraca pembayaran, namun nilai uang melemah karena penarikan dana dari pasar modal dan obligasi. 

Memang tidak mudah bagi BI dalam perannya sebagai bank sentral menjaga stabilitas moneter apalagi dalam situasi ekonomi terbuka seperti halnya sistem ekonomi Indonesia yang sudah terkoneksi secara global.  

Namun biasanya BI menfokuskan kebijakan moneternya pada inflation targetting dengan memainkan instrumen suku bunga untuk mengendalikan laju inflasi. Dengan menetapkan BI rate, bank sentral mengharapkan suku bunga jangka pendek mengikutinya. 

Tapi faktanya meskipun BI rate turun, suku bunga kredit pada bank umum sulit diturunkan. 

Kebijakan suku bunga akan berpengaruh kepada kuantitas uang. Artinya jumlah uang beredar menjadi alat mengendalikan dan menjaga stabilitas ekonomi. 

Melemahnya kurs rupiah terhadap US Dollar beberapa hari ini secara eksternal dipengaruhi oleh kebijakan moneter bank sentral US Amerika. Namun dari pasar modal juga terjadi aksi investor yang memindahkan asetnya keluar.

Pada saat harga aset di pasar modal dan obligasi di negara lain lebih menarik, kemungkinan dana jangka pendek ini akan mengalir ke negara tersebut. 

Begitu sebaliknya, pada saat aset di Indonesia dinilai cukup menarik bagi investor asing. Maka aliran dana jangka pendek akan deras mengalir masuk ke Indonesia dan memperkuat nilai rupiah. 

Simpulan

Atas dasar tersebut di atas, maka BI tidak cukup hanya memberi perhatian pada inflasi saja, namun perlu juga memperhatikan pasar modal di mana rentan terjadi hot money yang dapat mempengaruhi stabilitas keuangan Indonesia. 

Pelajaran penting bagi Indonesia adalah bagaimana krisis keuangan global yang memberikan dampak buruk bagi perekonomian Indonesia yang pernah terjadi dan tidak terulang kembali. 

Sebab itu pentingnya bank sentral menjaga ketahanan sistem keuangan yang lebih kokoh. Karena tidak ada satu pun jaminan bahwa negara ini akan aman dari krisis jika tidak pernah memperhatikan kestabilan sistem keuangan itu sendiri. 

Menjaga kestabilan nilai rupiah bukan hanya persoalan ekonomi bagi Bangsa Indonesia namun juga bagian dari gerakan mencintai rupiah dan harga diri NKRI. []

Referensi: Era Baru Transformasi Bank Sentral (2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun