"Pemasaran adalah aktivitas, serangkaian institusi, dan proses menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan dan mempertukarkan tawaran (offering) yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra dan masyarakat umum" ( American Marketing Association, 2007).
Tetiba penulis mendapatkan inspirasi dari sosok Presiden Indonesia Bapak Joko Widodo. Bagaimana tidak, semenjak beliau menduduki berbagai jabatan di pemerintahan di negeri ini telah memunculkan berbagai perbincangan di kalangan masyarakat Indonesia.Â
Ada yang melihat Joko Widodo dari sudut pandang fisik tubuhnya yang agak kurus, dan sebagian masyarakat lainnya berbicara tentang gaya bicaranya yang pelan dan berjeda lama, bahkan tidak sedikit yang menyoroti Joko Widodo sebagai sosok "dewa" yang dapat membawa bangsa ini terbang ke langit kemajuan.Â
Bagi mereka para jurnalis dan penulis pun ketiban banyak bahan tulisan dan berita yang dapat diolah sesuai selera pasar dan para pembaca setia mereka. Tidak hanya media cetak, elektronik bahkan media online tidak henti-hentinya merilis tentang Joko Widodo.Â
Begitu pula halnya penulis saat ini pun sangat berminat untuk menuliskan tentang Joko Widodo namun dalam konteks bukan politik, hoax atau kontroversi apapun. Tetapi sudut pandang ekonomi, lebih tepatnya dalam perspektif ilmu pemasaran.Â
Memang semenjak Joko Widodo menjadi Walikota Solo, perhatian media telah mulai muncul, berita yang disiarkan pun lebih banyak tentang Joko Widodo sebagai sosok sederhana, humanis dan dekat dengan rakyat. Keberhasilan Joko Widodo menata pedagang K5 dengan pendekatan yang sangat arif tanpa kekerasan menjadi headline media massa.Â
Pola kepemimpinan seperti itu memang sangat jarang didapatkan pada pemimpin lainnya kala itu, para penguasa lebih banyak berprilaku arogan dan tidak peduli pada rakyat kecil telah melekat pada sosok mereka.Â
Sehingga kehadiran Joko Widodo dengan model yang berbeda tentu saja menjadi trending topic dan mendapatkan perhatian masyarakat luas. Apalagi dibantu oleh media mainstream yang mendukung Joko Widodo.Â
Kemampuan Joko Widodo dalam menempatkan diri dan sekaligus "mendesain" dirinya sesuai selera dan keinginan pasar itulah substansi dari aplikasi ilmu pemasaran.Â
Setelah menjabat dua periode sebagai Walikota Solo, kemudian Joko Widodo mengincar karir yang lebih tinggi, posisi Gubernur Jakarta. Dengan melakukan ekspansi pasar dengan coverage area yang lebih luas. Target market-nya adalah warga ibukota Jakarta. Â
Sebagai produk baru namun barang yang telah ada sebelumnya di Solo, Joko Widodo tentu perlu membangun strategi lain untuk bisa menerobos pasar baru Jakarta. Konon tingkat persaingan sangat tinggi, melawan produk lama yang sudah di kenal pasar ibukota.Â
Tim pemasaran Joko Widodo pun berhasil menciptakan isu unik dan citra yang berbeda juga dari sebelumnya. Kemasan ditata sedemikian rupa. Joko Widodo tetap dipertahankan sebagai sosok yang sederhana dan merakyat agar brand image-nya tetap terjaga.Â
Dalam waktu singkat Joko Widodo berhasil terjual di pasar, dengan bahan kempanye kemeja kotak-kotak menjadi ciri khas kemasan produk. Para pendukung ramai-ramai membeli kemeja kotak-kotak dan menggunakannya setiap saat, kemana pun mereka pergi.Â
Berbagai lembaga survei pasar pun mengeluarkan data dan hasil risetnya. Hasilnya sangat wow... Joko Widodo mendapatkan persentase tinggi dalam perolehan suara bayangan sebagai calon Gubernur Jakarta paling diminati oleh masyarakat Jakarta waktu itu.Â
Rangkaian kegiatan tersebut mulai dari pengenalan produk sampai menjual secara ke pasar dengan menggunakan berbagai saluran dan platform yang ada adalah proses pemasaran dalam konteks bisnis. Apakah dalam politik juga mengenal teknik pemasaran? Akhirnya Joko Widodo terpilih menjadi Gubernur Jakarta.
Motor Choopper, Denims dan Jaket BomberÂ
Dalam tiga bulan terakhir, warga net juga ramai membicarakan strategi pemasaran konsep unik yang diluncurkan Joko Widodo bersama tim penjualannya. Dengan pengalaman saat Pilpres periode pertama dan kontestasi pada Pilkada Jakarta, Joko Widodo muncul dengan konsep baru untuk menggarap pasar millennial.
Segmen pasar millennials merupakan pembeli pemula dan memiliki karakter berbeda dengan segmen pasar yang telah ada sebelumnya. Tim marketing Joko Widodo cermat mempelajari perilaku konsumen pasar millennials. Alhasil gaya "dilan" pun dimainkan untuk menarik perhatian pasar dan mendekatkan mereka dengan brand produk.Â
Layaknya biker profesional, Joko Widodo memperlihatkan betapa keren dirinya dengan menggunakan jaket denims bergambarkan peta Indonesia didadanya. Dengan penuh percaya diri Joko Widodo mulai menjajakan barang dagangannya dengan pameran gaya.Â
Dampaknya luar biasa, Joko Widodo menjadi bintang media (media darling) bahkan mampu mengalahkan ratingnya dilan 1990 yang sepi penonton. Di media sosial tepasang foto-foto Joko Widodo dengan berbagai caption dari para pemujanya.Â
Sesi pertama uji pasar dan publisitas pun sukses serta mendapatkan poin besar dalam positioning produk. Keyakinan untuk menjual dirinya dengan mudah pun mulai timbul. Maka tak heran, saat ini produk dibanjiri dengan kemasan jaket bomber dan atribut lainnya.Â
Singkatnya, kita bisa belajar lebih banyak dari Presiden Joko Widodo tentang pemasaran dan bagaimana strategi membangun citra pasar dengan tepat. Aplikasi pemasaran beliau sangat mumpuni. Terbukti mampu menjual berbagai isu dengan cara yang sederhana ke pasar meskipun mungkin berbiaya tinggi juga.Â
Terakhir sebagai konsumen tentu perlu membuat pilihan dalam membeli. Konsep Smart Consumer barangkali perlu diamalkan sehingga tidak kecewa setelah produk di beli namun tidak bisa digunakan. Jangan tergiur oleh iklan dan publisitas palsu.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H