Aku mengambil hp yang sedari tadi tersimpan di saku baju. Sebuah ponsel pintar keluaran terbaru yang baru saja ku tebus. Sementara ponsel pintarku dulu yang kini sudah tampak usang, resmi ku jual kepada temanku. Aku memang seorang penggila gadget.
Tak perlu waktu lama selepas aku membuka password hp milikku, langsung saja ku buka sebuah aplikasi. Ku arahkan ponselku ke setiap sudut jalanan. Layar itu masih tampak kosong. Sambil terfokus menatap ke arah layar handphone, aku mulai hilang konsentrasi. Pikiranku terguncang. Emosi oleh karena wanita yang tadi ku jumpai kembali menghampiri.
“SARAAA..”
Aku teriak sangat kancang yang tentu saja memecah keheningan sepanjang jalan. Emosiku mencapai puncaknya ketika mengingat wanita itu. Sara, seorang gadis yang membuat aku marah begitu luar biasa. Nama gadis itu begitu indah, namun bersebrangan dengan apa yang ia lakukan padaku. Dialah gadis yang ku kenal sejak aku kecil. Sedari dulu sifatnya tak pernah berubah kepadaku.
Aku begitu marah oleh karena kepelitannya. Sudah berulang kali kupinta padanya monster pokemon, tapi ia tak mau memberi kepadaku. Padahal ia sudah berhasil mengumpulkan banyak monster. Sangat berbeda dengan diriku. Tidak pernah sekalipun aku menemukan monster mungil itu mampir pada layar ponselku.
Sara, kenapa kamu begitu pelit. Kau sangat yakin bahwa pokemon tak sepantasnya diberikan. Sementara tidak denganku. Itu hanyalah permainan. Soal memberi adalah hal yang sangat wajar, Sara.
Dasar kau, SARA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H