Mohon tunggu...
Candra Riya
Candra Riya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Produksi yang Baik dalam Pandangan Islam

24 Februari 2018   02:43 Diperbarui: 24 Februari 2018   04:44 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Produksi dalam bahasa arab adalah al-intaajdari akar kata nataja, tetapi dalam istilah fiqih lebih dikenal dengan kata tahsil,yaitu mengandung arti penghasilan atau menghasilkan sesuatu. Begitupun dengan Ibnu Khaldun, menggunakan kata tahsil untuk produksi ketika ia membahas pembagian spesialisasi tenaga kerja. Dalam kamuss bahasa Indonesia produksi berarti hasil atau penghasilan.  Produksi dapat digunakan manusia sebagai penghasilan utuk dirinya, oleh karena itu produksi sangatlah penting dalam kehidupan manusia sehingga dibahas dalam salah satu hadits berikut :

"Dari Jabir RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : barang siapa mempunyai sebidang tanah, maka hendaklah ia menanaminya. Jika ia tidak bisa bisa atau tidak mampu menanaminya, maka hendaklah ia serahkan kepada orang lain (untuk ditanami) dan janganlah menyewakannya "(HR. Muslim).

Dari hadist diatas Nabi Muhammad SAW telah menganjurkan bagi pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya untuk menanaminya (memanfaatkannya). Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia tidak diperkanankan menelantarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) sebagai hal yang tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan masyarakat umum.

Lahan yang kita miliki hendaknya di manfaatkan dengan menanami tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, atau bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal tersebut merupakan upaya menciptakan kemaslahatan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Dalam firman Allah SWT telah menyerukan untuk memanfaatkan segala hal yang Allah telah ciptakan di muka bumi.

Dalam ekonomi islam sendiri menjelaskan bahwa produksi untuk menciptakan manfaatn bukan untuk menciptakan materi. Berbagai sumber daya alam harus digunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran dan kemaslahatan masyarakat umum. 

Tanah atau lahan sendiri merupakan faktor produksi yang paling penting dari pada faktor produksi yang lainnya. Sebab, tanah dapat memenuhi kebutuhan pokok dan permanen mausia. Namun, permasalahan yang timbul akibat persoalan tanah juga sangatlah rumit. 

Konsep kepemilikan tanah dalam islam adalah apabilah tanah dibiarkan atau ditelantarkan selama tiga tahun maka tanah tersebut akan di cabut dan dibiarkan kepada orang lain. Seorang pemilik tanah diperkenankan menanami tanahnya dengan berbagai macam tumbuhan, serta diiperkenankan untuk memeliharanya dengan hewan,benih, dan juga pelengkap lainnya. Apabila pemilik tanah tidak mampu mengelolahnya, maka si pemilik tanah boleh megambil alihkan pada saudaranya atau tetangganya untuk untuk ditanami atau dimanfaatkan. Pemilik tanah memiliki hak terhadap tanah tersebut dan pemilik tanah tersebut juga memiliki kewajiban untuk memanfaatkan tanah dengan sebaik mungkin.

Rasulullah mengatakan bahwa pekerjaan menggunakan tangan sendiri seperti menulis, bertani merupakan bagian dari pross produksi dan merupakan mata pencaharian yang baik. Umar r.a berpendapat bahwa melakukan aktivitas produksi lebih baik daripada mengkhususkan waktu untuk ibadah-ibadah sunnah, dan menggantungkan manusia (orang lain) untuk mencukupi kebutuhannya. Seperti riwayat yang mengatakan, bahwa Umar r.a melihat tiga orang di masjid sedang tekun beribadah

maka bliau bertanya kepada salah satu diantara mereka, "dari mana kamu makan?" lalu ia menjawab " aku adalah hamba Allah, dan Ia mendatangkan rezekiku sebagaimana Ia menghendaki". Kemudian Umar meninggalkanya dan menuju ke orang keduanya dan menanyakan hal yang sama. Maka dia menjawab "aku memiliki saudara yang mencari kayu di gunung untuk dijual, lalu dia makan sebagian hasilnya, dan dia datang memenuhi kebutuhanku" maka Umar berkata, "saudaramu lebih beribadah daripada kamu". 

Dalam firman Allah SWT : 

"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan." (Q.S An-Nahl ayat 11 ).

Maksud dari ayat tersebut adalah Air yang diturunkan dari langit itu dapat menumbuhkan tanaman-tanaman yang menghasilkan biji- bijian, zaitun, kurma, anggur, dan jenis buah-buahan lainnya. Sesungguhnya di dalam penciptakan hal-hal di atas terdapat tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya dan selalu memikirkan kekuasaan pencipta-Nya.

Berikut beberapa etika produksi dalam ekonomi islam yaitu Nilai dan akhlak dalam ekonomi dan mu'amalah Islam, maka akan tampak secara jelas di hadapan kita empat nilai utama, yaitu: Rabbaniyah (Ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan dan Pertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi 

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kegiatan produksi merupakan kegiatan yang terikat antara manusia dan alam semesta, Allah menciptakan sumber daya yang ada di bumi dan disitu ada pelajaran bagi manusia, kemudian dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup selama di bumi. Kegiatan produksi harus beroperasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh manusia, bukan menciptakan barang-barang mewah yang tidak dibutuhkan oleh manusia. Diciptakan lahan untuk ditanami oleh manusia dan diambil manfaatnya, apabila tidak mampu mengelola lahan tersebut maka ambil alihkan kepada saudara atau tetangga agar manfaat tersebut dapat dirasakan oleh sesama. Bahkan dalam kajian ekonomi islam pun menjelaskan bahwa apa yang di ciptakan oleh Allah SWT terdapat hal-hal yang bermanfaat,  Orang yang beribadah siang dan malam tanpa bekerja untuk menafkahi dirinya dan menggantungkan hidupnya pada orang lain maka ibadahnya tidaklah berarti, daripada orang yang mau bekerja untuk menafkahi dirirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun