Mohon tunggu...
Candra Permana
Candra Permana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa yang memiliki hobby music Freelance music/ drumer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Nyadran untuk Apa?

20 Mei 2023   13:50 Diperbarui: 20 Mei 2023   13:53 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyadran merupakan tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Jawa secara turun temurun menjelang bulan Ramadan.

 
Tradisi ini merupakan budaya Jawa dan Islam. Kata "Nyadran" berasal dari kata "Sraddha" yang berarti keyakinan. Dalam kalender Jawa bulan Ramadan disebut juga sebagai bulan Ruwah, sehingga acara Nyadran disebut juga sebagai acara Ruwah. Nyadran biasanya diadakan sebulan sebelum bulan puasa atau pada tanggal 10 Rajab, atau 15, 20, dan 23 Ruwah. Tujuan acara Nyadran adalah untuk menghormati para leluhur dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan.
 
Nyadran menjadi acara yang penting bagi masyarakat Jawa dan hampir tidak pernah terlewat. Acara Nyadran terdiri dari serangkaian kegiatan, yaitu upacara pembersihan makam, tabur bunga, dan acara selamatan atau bancakan. Masing-masing daerah memiliki cara yang berbeda dalam mengadakan acara Nyadran. Acara Nyadran diawali oleh kegiatan khas yaitu membersihkan makam para leluhur. Melalui kegiatan tersebut diharapkan rasa gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat akan semakin meningkat.
 
Di beberapa daerah, masyarakat membersihkan makam sambil membawa sadranan yang terdiri dari nasi, sayur, dan lauk pauk yang diletakkan dalam sebuah keranjang. Sadranan tersebut akan ditinggalkan di lokasi makam.
 
Melalui hal tersebut diharapkan manusia dapat semakin menyadari bahwa setiap manusia memiiki status yang sama di hadapan Tuhan.
 
Di daerah lain ada juga, masyarakat membersihkan makam tanpa membawa sadranan. Satu hari setelah pembersihan makam, masyarakat mengadakan doa bersama (tahlil) untuk mendoakan para leluhur yang telah berjuang sehingga dapat terbentuk pemukiman seperti saat ini.
 
Selanjutnya, masyarakat mengadakan acara makan bersama (kenduri) di desa. Kenduri merupakan hal yang paling ditunggu dalam acara Nyadran. Setiap keluarga membawa makanan khas tradisional seperti nasi tumpeng, sambal goreng kentang, perkedel, dan lain-lain.
Masyarakat membaur menikmati makanan yang dihidangkan menggunakan wadah berupa daun pisang, bahkan sesekali mereka saling menukarkan makanan.
 
Melalui acara tersebut, diharapkan rasa kekeluargaan dan kerukunan dalam masyarakat dapat semakin meningkat. Masyarakat pun berharap supaya acara Nyadran ini dapat terus dilestarikan turun temurun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun