Miris sekali mendengar kekerasan seksual yang terjadi akhir-akhir ini. Apalagi jika korbannya anak-anak. Sungguh benar-benar biadab para pelaku yang seolah sudah hilang rasa kemanusiaannya.
Oleh karena itulah, saya berusaha berpikir jalan apa yang bisa ditempuh orang tua untuk melindungi anak-anaknya. Setidaknya sebagai upaya pencegahan agar kekerasan seksual tidak terjadi pada anak-anak kita.
Di bawah ini 9 poin yang menurut saya bisa dijadikan upaya untuk mencegah terjadi kekerasan seksual pada anak-anak kita. 9 poin ini sudah saya tuliskan di blog saya dengan judul yang sama, yaitu 9 Langkah Cegah Kekerasan Seksual Anak Sejak Dini :
1. Mengenalkan pada anak mengenai batasan-batasan aurat.
Hal ini berlaku pula pada anak lelaki maupun perempuan. Sebaiknya sedini mungkin anak diberi pengetahuan mengenai tubuh dan fungsi tubuhnya sesuai dengan perkembangan usia. Katakanlah, bagian-bagian aurat tidak boleh disentuh oleh siapapun, kecuali orangtua, dokter yang direkomendasikan oleh orangtua, namun untuk guru, oranglain [sebagai penolong] dalam keadaan darurat (kecelakaan atau musibah) baru diperbolehkan.
2. Akibat yang ditimbulkan jika batasan-batasan aurat itu dilanggar
Jangan hanya sekali saja untuk mengenalkan anak mengenai batasan-batan aurat ini, ingatkan secara periodik, sembari akibat-akibat yang ditimbulkan jika hal itu dilanggar, tentu dengan bijak, sesuai dengan usia dan bukan bermaksud menakut-nakuti atau mengancam. Anak agar waspada sampai ia dewasa dan bisa punya pengetahuan apabila ada yang akan bersikap buruk padanya
3. Waspada terhadap orang terdekat!
Tidak bisa dipungkiri saat ini, orang-orang terdekatlah sekarang yang bisa leluasa dan tega melakukan hal kekerasan seksual pada anak, padahal mereka seharuasnya sebagai pihak yang melindungi. Orang terdekat itu bisa paman, tetangga, ayah tiri bahkan gurunya sendiri. Waspada disini bukan bermaksud mencurigai namun sebagai pertahanan dan penjagaan terhadap anak [baik lelaki maupun perempuan], agar mereka tidak dengan leluasa tanpa batas bermain dengan anak-anak kita.
4. Hati-hati membiarkan anak pergi atau berjalan sendiri.
Bukan bermaksud melarang atau membatasi secara ketat anak, namun memang kecenderungan anak yang berjalan sendiri pada lingkungan tertentu akan lebih riskan mengundang bahaya kejahatan seksual.
5. Dampingi anak saat di Toilet umum.
Sekarang ini toilet umum adalah salah satu tempat yang sangat rawan terjadinya kejahatan, entah pencurian, penjambretan, kejahatan seksual sampai pembunuhan. Walau disekitar Mall, pasar, Stasiun, Bandara dan lain sebagainya, upayakan dampingi anak.
6. Ajarkan anak untuk tidak diam saja saat kejahatan dinilai akan terjadi.
Anak diajarkan berani untuk melawan dengan kekuatannya, semisal mendorong, berteriak, berlari, melaporkan kejadian yang menimpanya. Ada sebuah kisah menarik di Amerika saat orangtua mengajarkan pada anaknya untuk ‘melawan’ saat ia mendapatkan kekerasan seksual atau korban penculikan, yakni dengan berteriak, membuat gaduh dan berlari sekencang-kencangnya. Dan ternyata hal demikian kebetulan benar-benar menimpa anak mereka, yang akhirnya selamat setelah menuruti nasehat orangtuanya padahal sudah disekap didalam mobil.
7. Ajarkan anak untuk tidak langsung percaya pada orang yang belum dikenal.
Hal ini memang perlu, karena jika ada modus orang tak dikenal dipinggir jalan meminta anak untuk menunjukan salah satu tempat tertentu akan sangat berisiko terjadinya kejahatan seksual pada anak.
8. Batasi penggunaan Gadget dan internet secara bijak.
Salah satu dampak negatif dari kecanggihan teknologi salah satunya adalah anak dengan mudahnya membuka situs porno. Dalam hal ini anak bisa menjadi pelaku sekaligus mudah dijerumuskan kedalam kejahatan seksusal setelah terbiasa menonton tayangan yang sangat tidak mendidik.
9. Peran Orangtua, guru, aparat masyarakat dan alim ulama juga pemerintah adalah utama!
Jangan hanya menyalahkan pelaku saja jika kekerasan pada anak adalah cerminan kegagalan kita dalam menerapkan akhlak, budi pekerti, tingkah laku dan payung hukum yang adil. Orangtua terutama sebagai garda terdepan dalam mendidik anak, seharusnya memang memberi masukan dan nasehat berharga pada anak, bagaimana mereka berpakaian, berperilaku juga berperan dalam melindungi dan mengawasi anak secara lebih ketat.
Itulah sembilan poin hasil pemikiran saya, yang tentu banyak kekurangannya. Maka, untuk kompasiner lainnya bisa melengkapi dan menyempurnakannya.
Harapan kita bersama tentu untuk melindungi buah hati kita dari tindak kejahatan apapun bentuknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H