Mohon tunggu...
Candra Auliana
Candra Auliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif di UIN KHAS JEMBER Prodi Pendidikan Agama Islam

Seorang Perempuan berusia 19 tahun dan memiliki hobi dibidang seni

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transformasi Pendidikan dalam Kognitivisme: Mengintegrasikan Teori ke dalam Praktik

26 Mei 2024   00:50 Diperbarui: 26 Mei 2024   00:51 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori belajar kognitivisme merupakan suatu pendekatan yang menekankan pentingnya proses kognitif dalam belajar. Teori ini berasumsi bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam pikiran manusia melalui interaksi dengan lingkungan. Dalam konteks ini, struktur pengetahuan dan proses berpikir dinilai memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Kognitivisme berupaya memahami bagaimana individu memproses informasi, mengingat, dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh.

Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Dijelaskan oleh Baharuddin dkk. (2008:87) menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

Teori belajar kognitivisme memiliki kelebihan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mengaplikasikan materi pelajaran. Salah satu kelebihan utama adalah memudahkan siswa untuk memahami materi belajar, sehingga mereka dapat lebih efektif dalam mengintegrasikan informasi baru dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian, teori ini membantu siswa menjadi lebih mandiri dan kreatif dalam berpikir dan berinteraksi dengan lingkungan mereka  

dan Kekurangan teori belajar kognitivisme adalah bahwa tidak semua pendidikan sesuai dengan teori kognitif. Ada beberapa materi yang sulit dipahami jika menggunakan pembelajaran kognitif. Dalam hal ini, sebaiknya guru mengganti teori belajar kognitif dengan teori belajar lain yang berkaitan dengan materi dan tingkatan siswa. Guru harus mengulangi penjelasannya sampai siswa benar-benar memahami bagaimana proses atau alur pembelajaran yang dimaksud, sehingga pembelajaran berlangsung dengan baik dan efisien, menghasilkan apa yang diharapkan.

 Ciri-ciri aliran kognitivisme adalah sebagai berikut:

1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia:
Teori kognitivisme lebih menekankan pada belajar sebagai proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia, memfokuskan pada bagaimana individu memproses informasi dan mengembangkan pengetahuan.

2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian:
Kognitivisme memprioritaskan keseluruhan dari proses belajar, yaitu bagaimana individu memproses informasi dan mengembangkan pengetahuan secara utuh.

3.  Mementingkan peranan kognitif:
Kognitivisme memprioritaskan peranan kognitif dalam proses belajar, yaitu bagaimana individu memproses informasi dan mengembangkan pengetahuan melalui berbagai tahapan seperti asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi.

4.  Mementingkan kondisi waktu sekarang:
Teori kognitivisme memperhatikan kondisi waktu sekarang dalam proses belajar, yaitu bagaimana individu memproses informasi dan mengembangkan pengetahuan dalam situasi yang sedang terjadi.

5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif:
Kognitivisme memprioritaskan pembentukan struktur kognitif, yaitu bagaimana individu mengembangkan struktur mental yang memungkinkan mereka untuk memproses informasi dan mengembangkan pengetahuan.

6. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia:
Teori kognitivisme memperhatikan keseimbangan dalam diri manusia, yaitu bagaimana individu memproses informasi dan mengembangkan pengetahuan dengan cara yang seimbang dan harmonis.

7.  Mengutamakan insting atau pemahaman:
Kognitivisme memprioritaskan insting atau pemahaman, yaitu bagaimana individu memproses informasi dan mengembangkan pengetahuan dengan cara yang lebih alami dan spontan.

Menurut Robert. M. Gagne dalam bukunya The Conditioning of Learning mengemukakan bahwa, “Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth”. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.

Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang anak berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu, setiap anak harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalamanpengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang anak akan terbentuk dan selalu berkembang.

 Teori kognitivisme menurut Ausubel menggambarkan proses belajar sebagai interaksi antara informasi yang diterima dan struktur kognitif yang telah dibentuk sebelumnya. Ausubel memahami belajar sebagai proses yang berfokus pada bagaimana individu memproses informasi dan mengembangkan pengetahuan melalui berbagai tahapan seperti asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Dalam teori ini, Ausubel membedakan dua jenis belajar:
belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna terjadi ketika informasi baru dihubungkan dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya, sedangkan belajar menghafal terjadi ketika struktur kognitif cocok dengan fenomena baru namun belum ada makna, sehingga informasi baru itu harus dipelajari dengan cara dihafal

Bruner seorang tokoh ahli psikologi belajar kognitif , Bruner sebagai salah satu tokoh utama dalam revolusi kognitivisme dan eksistensinya bidang pendidikan berpengaruh besar pada proses pembelajaran, A Study In Thinking  adalah karya Bruner dalam mengawali kognitivisme. Menurut Bruner manusia sebagai pemikir, pemroses, dan pencipta informasi. Oleh karena itu, Bruner memusatkan perhatian pada sesuatu yang dilakukan manusia sesuai dengan informasi yang diterimanya untuk mencapai suatu pemahaman yang bermakna.  

Proses belajar terjadi berdasarkan konsep atau pola tahapan-tahapan perkembangan tertentu sesuai dengan usia siswa. Proses belajar terjadi melalui tahapan-tahapan diantaranya asimiliasi, akomodasi dan equilibrasi. Siswa mengalami peningkatan kemampuan dalam belajar dengan adanya kontak atau interaksi siswa dengan media belajar, Penerapan teori kognitivisme dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti mendorong siswa untuk berdiskusi terhadap materi yang telah disampaikan, meminta siswa untuk memberikan ide atau pendapat yang mereka miliki, dan menggunakan metode belajar seperti Flipped Learning untuk melatih kemandirian siswa.

Secara keseluruhan, teori belajar kognitivisme memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana seseorang belajar dan mengingat informasi. Teori ini menekankan pentingnya pemahaman konseptual dan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi informasi, serta bagaimana individu menggunakan pengetahuan tersebut untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun