Mohon tunggu...
Sang Pengelana
Sang Pengelana Mohon Tunggu... Freelancer - Teknik

Pemikir Visioner Ramah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Mulia Tuan Codot

14 September 2024   18:05 Diperbarui: 14 September 2024   18:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang lelaki yang setiap hari pergi keladang milik tuan tanah yang kaya raya, selalu giat dan tekun melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Berangkat pagi dan pulang pada sore harinya,tidak lupa pula dia membawa bekal untuk nanti dimakan jika waktunya telah tiba, kehidupannya hampir monoton seperti itu setiap hari.

Di ladang tempat ia bekerja, ada sebuah pohon mangga besar. Pohon buah mangga ini selalu berbuah tanpa mengenal musim, bahkan hampir setiap hari tumbuh benih buah yag baru, selalu ada tanpa terputus.

Setiap pagi lelaki ini selalu saja menemukan buah mangga yang terjatuh, buahnya tak pernah ada yang utuh, selalu saja rusak dan sebagian sisi buah mangga seperti ada yang habis memakannya. Dia tahu bahwa buah mangga yang terjatuh itu adalah ulah dari salah satu hewan.

Hewan ini suka sekali memakan mangga yang sudah ranum dan kemudian dia cicipi barang sedikit, tentu saja yag rasanya manis. Setelah itu apabila bagian yag manis menurutnya sudah tidak ada dan tinggal rasa masamnya maka, buah mangga tersebut akan dijatuhkan oleh hewan itu ketanah, sehingga buahnya akan hacur dan buah itu tak bisa menuntut ganti rugi. Hewan ini tak lain yang bernama Codot.

Ya, begitulah memang adanya. Dia akan menikmati yang manis apabila sudah sepah, maka akan di buangnya. 

Namun pemuda ini tak terlalu ambil pusing dengan keadaan yang seperti itu, meskipun tak jarang juga dia yang membersihkan buah mangga dari sisa Codot tersebut. Dia kumpulkan kemudian dia tempatkan di satu tempat agar buah yang sudah rusak tersebut bisa di terima bumi untuk di daur ulang dan bisa menjadi bermanfaat bagi kesuburan tanah. Apa yag dilakukan oleh pemuda itu tak pernah ada yang tahu, bahkan buah mangga yang sudah diterima bumi untuk di daur ulangpun tak pernah mengetahui bahwa; karena si pemuda itulah mereka dikumpulkan menjadi satu dan bisa menjadi sebuah pupuk organik yang bermanfaat bagi tanah dan kehidupan di bumi sekitarnya.

Pada suatu ketika rupanya pemuda ini juga ingin merasakan buah mangga yang setiap hari di lihatnya, ada banyak buah pada pohon besar itu maka tahap awal dia mencoba melihat-lihat beberapa buah mangga yang menurutnya merupakan buah yang bagus, dia jaga agar tidak di dahului oleh Codot-Codot yang tak memiliki perasaan.

Beberapa hari di pastikan bahwa mangga bidikannya masih ada sampai nanti menunggu dia petik sendiri. Seperti biasa pada sore hari pemuda pulang ke rumah singgahnya untuk istirahat agar esok bisa lebih segar dan semangat untuk bekerja. Mataharipun sudah menampakkan wajahnya lagi. 

Pagi yang cerah, sang pemuda berjalan ke ladang tempat dia bekerja. Sesampainya di ladang betapa kagetnya pemuda ini, semua buah mangga telah jatuh ketanah dalam kondisi rusak dan tak bisa di apa-apakan lagi. Bahkan, mangga yang dibidiknya juga terjatuh dan tak bisa dimakan. Lagipula siapa yang mau memakan buah yang habis dimakan codot, betapa hina jika aku memakan sesuatu bekas hewan, begitu hatinya bicara.

Dengan hati yang dongkol diapun berkata kepada Codot; 

Dasar codot sialan.

Dia yang makan enaknya aku yag mengumpulkan sisanya, memang aku babumu apa.

Ow dasar YANG MULIA TUAN CODOT, jika ketemu akan kubunuh kau. Seenaknya saja merusak sesuatu kemudian pergi tanpa bersalah apapun, lhah aku ini apa memangnya.

Haripun berganti, kemarahan yang tinggi lambat laun sudah mereda. Namun ada yang aneh dengan pohon mangga di ladang, setelah kejadian tempo hari, kini pohonnya sangat jarang berbuah, dan buahnyapun tak seperti awalnya. Berminggu-minggu, berbulan-bulan tak kunjung ada buah yang tumbuh. 

Pada suatu hari, ketika sebelumnya pada malam harinya, pemuda itu sangat sibuk dengan beberapa urusan sehingga harus istirahat larut malam. Sang pemuda itupun terbangun kesiangan. Dengan terburu-buru dia berangkat ke ladang untuk melakukan tugasnya. Karena apabila dia absen kerja maka dia tidak akan mendapatkan upah untuk hari itu dan sudah barang pasti untuk makanpun tidak ada. 

Sesampainya di ladang dia baru tersadar bahwa tak membawa bekal untuk di makan pada siang hari, diapun langsung bekerja untuk menunaikan kewajibannya. Waktu makan siang haripun akhirnya datang, karena tak membawa bekal diapun memutar otak agar perutnya bisa terisi dan bisa melanjutkan perkerjaan dengan semangat.

Hatinyapun berbicara :

Bukankah ada buah mangga, pohon mangga di ladangkan selalu berbuah. Ya memang sih berbulan-bulan ini tak pernah berbuah lagi tapi coba saja di lihat dulu siapa tahu ada buahnya. Dengan segera sang pemuda berjalan bergegas menuju pohon mangga. Dia amati bagian atas pohon yang biasanya tempat buah mangga tumbuh. Dia perhatikan setiap sudut dan celah batang pohon, setelah beberapa lama memastikan di dapatilah bahwa tidak ada buah sama sekali. Perut semakin lapar dan waktu istirahat segera habis.

''Aduh bagaimana ini sebentar lagi sudah waktunya bekerja lagi, sementara perutku lapar, aku akan lemas jika tidak makan; gumannya dalam hati."

Sejurus kemudian ada secercah harapan. Di suduh tanah di bawah pohon mangga agak jauh, terlihat tergeletak buah mangga dengan ukuran yang sepertinya lumayan besar, dan nampak dari kejauhan terlihat kulitnya halus dan utuh. Segera tanpa aba-aba di datangi dan diambillah buah mangga tersebut. Dengan gembira diapun memegang buah mangga tersebut, namun alangkah terkejutnya ternyata buah mangga satu-satunya yag mampu menolongnya untuk melanjutkan kewajiban ternyata juga sudah dinikmati Codot, satu sisi mangga itu sudah habis, sang pemuda kecewa.

Namun karena kondisi yang tidak memungkinkan sang pemuda memberanikan diri untuk memakan sebagian dari sisa Codot tersebut.

Dengan mengucapkan Bismillah hirrahman nirrahim kuikat kau untuk kumakan, semoga ALLAH memberikan keberkahan kepadamu buah mangga dan memberikan keberkahan pula kepadaku dengan memakanmu ini.

Tak lama kemudian buah itupun dimakan. Rasanya sudah sangat masam, tak enak di lidah bahkan masih banyak getahnya. Kulitnya keras dan tebal namun daginnya sedikit. Bijinya sudah mulai lapuk dan menunjukkan tanda-tanda adanya jamur dan penyakit lainnya. Daging buahnya berwarna putih sngat kontras dengan yang sudah dimakan codot warnanya kuning madu, dan berbau harum namun apa mau di kata yang bagian manis sudah tak tersisa karena sudah dimakan Codot.

Setelah makan, Sang pemuda melanjutkan pekerjaannya kembali. Sampai di rumah perutnya terasa tidak enak, sakit, mulas, dan terasa sangat perih. Menginjak malam hari, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Diminumlah sebuah obat, tetapi tetap tak bisa reda, di periksakan ke dokter ternyata dokter mengatakan bahwa sakitna tak ada obatnya.

Sang pemuda menderita penyakit yang tak tampak oleh makhluk apapun. Sang pemuda mengetahui secara pasti dia sakit apa, apa penyebabnya dan apa obatnya, dia tahu ini semua karena ''YANG MULIA TUAN CODOT,'' yang membuatnya menderita kesakitan tiada tara, sehingga tak ada satupun obat di dunia ini yang mampu menyembuhkannya. Lambat laun penyakitnya semakin menjadi

Sang pemuda seolah sampai seperti mayat hidup. Hidup tak merasakan apapun, hanya berpasrah melakoni jalan cerita yang sudah di buatkan untuknya, dengan keikhlasan di akhir hayat sang pemuda yang sakit hanya menunggu waktu hingga ajalnya mejemput sehingga dia akan terbebas dari penyakitnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun