Mohon tunggu...
Candra D Adam
Candra D Adam Mohon Tunggu... Lainnya - The Man From Nowhere

Pecinta Sepak Bola - Penulis (ke)Lepas(an)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar Sepak Bola Bersama "Ssaem" Shin Tae-Yong

25 Desember 2021   16:33 Diperbarui: 28 Januari 2022   04:03 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun apa yang diterapkan Tae-Yong untuk pemain False Nine-nya memang belum sesuai harapan. Kerja Ezra, Yudho, Dedik, dan Hanis yang bergantian mengisisi posisi striker Tunggal di Timnas, belum kita rasakan sepenuhnya efektif. Ezra seperti sering terlihat kwalahan mengikuti gaya permainan cepat dan menekan kawan-kawan di belakangnya. Sedangkan Yudho dan Dedik, yang dianggap cocok dengan gaya main Tae-Yong yang cepat dan bertekanan tinggi, terkesan tidak tampil dalam performa terbaiknya seperti yang mereka suguhkan setidaknya ketika membela Arema Malang.

Dan untuk Hanis, meskipun belum diberikan waktu bermain yang cukup, dan lebih banyak bermain dari bench, dalam beberapa kesempatan, pergerakan dan visi bermainnya sebenarnya patut kita apresiasi dan harapkan.

Di luar peran False Nine yang belum teraplikasi dengan baik, dalam permainan Timnas Indonesia di  gelaran AFF 2020 ini, kita masih belum bisa untuk benar-benar melihat peran lebih dari para Full Back-nya. Peran Asnawi Bahar di kanan, dan Pratama Arhan, masih harus dimaksimalkan dengan lebih baik. Terlepas dari Assist-nya saat melawan Singapura, Asnawi belum benar-benar ada dalam perorma terbaiknya. Terbukti ketika melawan Vietnam, pos yang ditempatinya bahkan menjadi bulan-bulanan winger dan gelandang Vietnam.

Begitupun dengan Arho (Pratama Arhan), terlepas dari performa terbaiknya saat melawan Malaysia, kontribusinya di sisi kiri pertahanan Timnas masih harus ia perbaiki dan tingkatkan. Arho masih sering melakukan kesalahan dalam kontrol bola dan umpan-umpannya, ia bersama Asnawai yang sering overlap ke depan dan meninggalkan posnya, beberapa kali menjadi celah untuk lawan dalam membuat jalur untuk serangan balik, walaupun pada akhirnya bisa dinetralisir juga oleh Defender-defender kita yang lain.

Terlepas dari pujian yang saya lemparkan, masih banyak PR -jika tidak bisa dikatakan sebagai kritik- untuk Shin dengan para pemain mudanya di Timnas Indonesia. Passing, sebagai Teknik dasar permainan sepak bola, yang sempat Tae-Yong kritik dan keluhkan dari awal, adalah juga PR besar bagi para punggawa Timnas saat ini. Soal Passing yang jelek, beberapa pemain asing yang pernah atau sedang merumput  di Liga Indonesia, pun mengeluhkan hal yang senada dengan Tae-Yong.

Banyak pemain ekspatriat yang mengeluhkan bagaiaman capek-nya bermain di Liga Indonesia, pemain dituntut untuk harus berlari-lari demi mengambil bola dari passing yang tak akurat. Terutama ketika harus dihadapkan dengan umpan lambung, umpan lambung yang terlalu melenceng lebar dari target, tentu akan menyulitkan si penerima umpan, karena harus mengejar dan mengambil bola dari umpan yang tak akurat, dan ini butuh tenaga lebih. Setidaknya itu jadi gambaran kecil dari kualitas Sepak Bola kita selama ini.

Soal efektivitas permainan, memang jadi salah satu yang Tae-Yong tekankan kepada para pemain Timnas. Umpan yang tidak efektif hanya akan menyulitkan rekan sendiri, dan bisa jadi merusak pola permainan yang akan dan sedang dibangun.

Di luar beberapa masalah teknis tadi, ada beberapa faktor non-teknis yang juga jadi pekerjaan rumah Tae-Yong. Masalah Mental. Mungkin di gelaran AFF Suzuki Cup 2020 ini  -setidaknya hingga fase Semifinal- kita belum melihat bagaimana mental yang "ngedrop" hadir dalam diri punggawa Timnas secara keselururhan.

Padahal dahulu hal ini seperti sebuah "kebiasaan" bagi pemain kita, mental yang gampang jatuh. Lawan Vietnam, meskipun Tae-Yong dikritik juga karena dianggap menerapkan sepak bola Bertahan, namun secara mental pemain-pemain kita teruji selama 90 menit.

Bagaimanapun, mental yang spartan dari para punggawa Timnas masih rentan untuk jatuh, apalagi dilihat dari segi Usia rata- rata punggawa Timnas Indonesia yang tergolong muda di gelaran AFF Cup 2020 ini, yaitu 23,8 tahun, menjadikan Timnas kita sebagai Tim dengan usia rata-rata termuda ke empat dengan Timor Leste sebagai yang pertama yaitu 21,3 tahun. Mental spartan yang ditunjukkan para garuda muda ini tentunya harus tetap dirawat dan dipupuk.

Bicara soal usia,  kenapa Tae-Yong justru mengisi skuad Timnas Indonesia Senior saat ini, dengan mayoritas Pemain Mudanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun