Kembali ke Shin Tae-Yong, di era inilah sebijaknya kita memang sudah harus Move On terhadap kejadian yang menimpa Luis Milla. Setidaknya hingga gelaran AFF Suzuki Cup 2020 di Singapura yang sedang bergulir saat ini, jika dilihat dari catatan pertandaingan yang telah dijalani Timnas bersama Tae-Yong, dalam laga resminya (hingga 24 Desember 2021), Timnas Senior sudah mencatatkan 6 kemenangan, 2 seri, dan 4 kekalahan.
Tentunya tidak fair jika kita melihat Polesan Tae-Yong hanya dari catatan tersebut. Secara pragmatis tujuan sepak bola memanglah kemenangan, tapi apakah kita lupa bahwa dalam mencapai sebuah kemenangan perlu banyak hal yang harus dilakukan?
Bahkan untuk kasus Timnas kita, Shin sendiri menyatakan keprihatinannya di awal-awal bergabungnya ia dengan Timnas. Bisa diartikan bahwa akan sangat banyak PR untuk Shin, bahkan setelah gelaran AFF Suzuki Cup 2020 usia. Yang berarti lagi bahwa untuk mencapai Kemenangan demi kemenangan, perlu dilakukan banyak hal untuk membangun performa Timnas agar selalu meningkat dan konsisten.
Kita, publik sepakbola Indonesia, tentunya ingin kemenangan-kemenangan Timnas diraih dengan "indah" dan dalam performa yang sangat baik serta konsisten. Tentunya itu semua harus dilalui dengan berbagai proses, padahal kita sendiri sama-sama tahu bagaimana performa Timnas sebelum Shin "hadir".
Secara teknis, jika kita mau melihat permainan dan filosofi yang diterapkan Tae-Yong, Timnas sedang ada dalam perkembangan ke arah positif. Permainan menekan di segala lini yang diterapkan Tae-Yong tentunya membutuhkan dukungan stamina yang kuat dari para pemain.
Padahal jika kita melihat permainan Timnas sebelumnya, stamina adalah salah satu hambatan bagi performa para pemain kita. Hal ini bisa kita dapatkan di pertandingan-pertandingan Timnas dan Petandingan-pertandingan kompetisi Liga 1, bagaimana kebanyakan pemain seperti kehabisan tenaga, setidaknya di menit 70 ke atas atau di penghujung babak ke dua. Terlihat dari banyaknya gol yang terjadi, baik di klub ataupun di timnas sering terlihat "kecolongan" dalam pertandingan di babak ke dua.
Jika anda ingat statemen Tae-Yong di awal kepelatihannya di Timnas, bahwa pemain kita punya masalah dalam stamina, bagaimana secara fisik pemain kita masih lemah, sehingga pemain-pemain kita kesulitan untuk memanage staminanya di lapangan.
Kita bisa lihat di Level Asia Tenggara, Timnas kita secara fisik dan stamina masih ada di bawah Vietnam dan Thailand, meskipun kemudian terlihat lebih membaik dan berprogres di gelaran AFF Suzuki Cup 2020 saat ini. Jika bicara performa Timnas sebelum AFF Suzuki Cup 2020, para pemain kita sering anti-klimaks dalam banyak pertandingan, terutama di penghujung babak ke dua walaupun dalam posisi unggul secara skor dari lawan.
Dengan kondisi fisik yang prima dan stabil, serta konsisten dalam tiap pertandingannya, Shin mengharapkan gaya permainan menekan yang ia terapkan, akan mampu diaplikasikan oleh pemain di lapangan. Tak hanya soal menekan, shin juga mengharapkan pemain kita mampu bermain cepat, terutama dalam hal Transisi pemain, baik saat bertahan atau menyerang.
Di saat kita punya kesempatan untuk menyerang balik lewat ruang-ruang kosong yang ditinggalkan pemain lawan, baik di area garis pertahanan dan tengahdari lawan, pemain kita diharapkan mampu dengan cepat memanfaatkan momen-momen tersebut. Tentunya sekali lagi, pemain dituntut untuk kuat secara fisik dan stamina, serta punya kecepatan diatas rata-rata pemain lawan.
Dan dalam posisi diserang balik pun, gelandang bertahan dan stopper kita, atau pemain-pemain kita yang terdekat dengan garis pertahanan sendiri, dituntut untuk bergerak lebih cepat guna memutus counter attack dan menghalau pergerakan yang sedang dibangun lawan.