Mohon tunggu...
Candra D Adam
Candra D Adam Mohon Tunggu... Lainnya - The Man From Nowhere

Pecinta Sepak Bola - Penulis (ke)Lepas(an)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar Sepak Bola Bersama "Ssaem" Shin Tae-Yong

25 Desember 2021   16:33 Diperbarui: 28 Januari 2022   04:03 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shin Tae-Yong saat masih berseragam Seongnam Ilhwa. (Dok. inews.id)

(Baca juga: "Paradoks" Belanda dalam Sejarah Sepak Bola Indonesia)

Dan dari sekian banyak pelatih asing yang pernah menangani Timnas Indonesia, tercatat baru Antun Pogacnik dari Kroasia yang memiliki kontrak terlama bersama PSSI, yaitu dari Tahun 1954 hingga 1963. Kemudian sejak era 2000-an, kebanyakan pelatih Timnas Indonesia hanya mendapatkan kontrak yang singkat-singkat, sehingga sulit bagi Timnas untuk berkembang dan mendapatkan program jangka Panjang dari pelatih.

Selanjutnya sejak era 2000-an, tercatat ada nama-nama seperti Ivan Venkov Kolev (Bulgaria), Peter White (Inggris), Alfred Riedl (Austria), Wim Rijsbergen (Belanda), Luis Blanco (Argentina), Jacksen Tiago (Brazil), Luis Milla (Spanyol), dan terakhir Simon McMenemy (Inggris).

Dari semua Pelatih Asing sejak era 2000-an ini, secara capaian, Timnas Indonesia di Kompetisi Level AFF dan AFC tak mampu bicara banyak. Di AFC Cup Timnas kita hanya mampu bersaing di babak grup Piala Asia 2007, di bawah arahan Ivan Kolev. Dan di AFF Cup Timnas 3 kali jadi Runner UP di bawah asuhan Ivan Kolev pada 2002, sementara pada 2010 dan 2016  dibawah asuhan Alfred Riedl.

Bagaimana dengan era Luis Milla?

Di era kepelatihan mantan pemain Real Madrid dan Barcelona ini, secara capaian, Milla hanya mampu membawa Timnas sampai di perempat final Asian Games 2018, dan Peringkat ketiga SEA Games 2019.

Bagi publik sepak bola di Indonesia, mungkin Luis Milla-lah yang di era modern, secara taktik dan filosofi mampu membuat publik sepak bola Indonesia berharap banyak. Gaya permaianan pelatih asal Spanyol ini, serta filosofi sepak bola yang dibawanya, banyak menuai pujian dan harapan dari para pandit dan pemerhati sepak bola di Indonesia.

Seperti Umumnya pelatih asal spanyol, "demam" Tiki-taka coba dibawa Milla agar menular ke permainan Timnas Indonesia. Hasilnya? Jika diukur secara prestasi tentu tidak lah fair, Milla Resmi melatih Timnas Indonesia di Tahun 2018 dan putus kontraknya dengan PSSI di Tahun 2019. Seyogyanya, memang butuh waktu lebih untuk bisa menilai kinerja Pelatih dalam melatih Tim sekelas Timnas Indonesia dari segi permainan dan prestasi.

Turunnya Milla dari Kursi Kepelatihan Timnas Indonesia waktu itu menuai banyak respon dari publik sepak bola Indonesia, dan kebanyakan adalah respon Negatif. Itupun ditujukan kepada para pemegang "kekuasaan" di PSSI. Publik menyoroti hal ini sebagai sebuah Trend Negatif nan De Javu, PSSI dinilai terlalu pragmatis dalam mengelola masa depan Timnas, karena terlalu sering dan singkatnya Timnas gonta-ganti pelatih, jika dirasa gagal membawa Timnas Juara.

(Baca juga: "Duri dalam Daging" dan "Kambing Hitam" Timnas Indonesia)

Publik bahkan menuduh PSSI hanya mau instan terhadap pencapaian Timnas, tanpa mau berpikir lebih panjang dalam proses pengembangan secara keseluruhan. Tuduhan demi tuduhan di layangkan, terutama di media sosial, tak sedikit yang mengkritik para punggawa di elit PSSI yang dianggap punya Orientasi terhadap Politik Praktis dan Bisnis Semata. Para Elit ini dinilai menjadikan Sepak Bola hanya sebagai Tools mereka dalam rangka "memuluskan"kepentingan bisnis dan politik secara pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun