Corona Virus disease 2019, merupakan infeksi yang menyerang sistem pernapasan. Covid-19 disebabkan oleh virus Corona yang telah disimpulkan sebagai Corona jenis baru dan diberi nama SARS-Cov-2 oleh komite internasional yang berkaitan dengan taksonomi virus.
Penularan virus Corona melalui droplet (percikan) dan bersifat airborne yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi, ketika bersin atau batuk yang kemudian masuk ke tubuh manusia lainnya lewat mata, mulut ataupun hidung.Â
Kejadian covid-19 pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina pada akhir 2019 yang kemudian menyebar keseluruh dunia sehingga ditetapkan sebagai pandemi. Sars-Cov-2 yang saat ini menyebar, memiliki kesamaan hampir 96 % dengan Coronavirus yang ada pada kelelawar sehingga dicurigai sebagai penyakit zoonosis yang ditularkan pertamakali oleh kelelawar yang ada diwilayah kota Wuhan.
Tanda dan gejala yang muncul pada orang yang terpapar virus corona adalah mengalami pernapasan yang ringan maupun berat. Pada orang yang memiliki kemampuan imun, usia yang muda atau tidak memiliki penyakit paling sering hanya akan merasakan gejala seperti flu biasa bahkan tidak memiliki gejala sama sekali dan mampu sembuh dengan sendirinya. Namun, bagi mereka yang memiliki penyakit seperti diabetes, masalah kardiovaskuler, atau penyakit pernapasan bahkan kanker kemungkinan mengalami perkembangan penyakit yang serius.Â
Ketika virus mampu berkembang atau bereplikasi dengan baik didalam tubuh maka kejadian terparah adalah mengalami pneumonia, gangguan pencernaan, penurunan sistem imun, gagal ginjal bahkan kematian.
PERSEPSI SEHAT-SAKIT
Kemampuan replikasi dan inkubasi virus corona yang sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti sistem imun, usia dan keberadaan penyakit lain didalam tubuh sehingga tingkat perkembangan dan keparahan virus pada masing-masing orang sangat berbeda. Hal ini tentu akan menjadi kesulitan dalam rangka memberikan edukasi pada masyarakat tentang bahaya virus.Â
Seperti yang diketahui dalam budaya orang Indonesia, persepsi sehat-sakit sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan dan pengalaman masa lalu. Persepsi tentang sehat-sakit orang Indonesia lebih banyak berkutat pada keadaan fisik seseorang, sehingga muncul pandangan bahwa orang akan disebut sakit apabila sudah tidak mampu menjalankan atau melakukan aktivitas sehari-hari.Â
Pada saat pandemi ini, sering sekali ditemukan atau disaksikan baik secara langsung atau dari media yang menggambarkan banyak sekali terjadi perselisihan antara mereka yang terindikasi terinfeksi virus corona dengan petugas kesehatan, bahkan sering diberitakan pasien atau orang yang dikarantina kabur dari rumah sakit.Â
Perselisihan yang terjadi merupakan akibat dari persepsi masyarakat bahwa tubuhnya tidak terjadi apa-apa sehingga dia tidak butuh pengobatan dan karantina seperti yang diwajibkan pada masa pandemi.
Pada masa pandemi selain ketersedian sumber daya manusia dan juga sarana prasarana, membentuk persepsi masyarakat juga menjadi bagian penting bahkan vital pada saat pandemi ini karena pada dasarnya masyarakatlah yang merupakan "garda terdepan" untuk meredam bahkan melewati masa pandemi Covid-19 ini. Persepsi dan pemahaman masyarakat yang baik akan sangat meringankan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan.Â
Pencegahan atau prevensi masalah kesehatan saat ini tidak hanya berfokus pada saat munculnya penyakit namun pencegahan dimulai dari menghilangkan atau menekan munculnya faktor resiko. Upaya-upaya preventif atau pencegahan Covid-19 dapat dilakukan sebagai berikut :
- Primordial prevention
Upaya pencegahan yang dilakukan untuk mecegah munculnya faktor resiko penyakit. Pada kasus Covid-19, upaya yang dapat dilakukan adalah :
Mencuci tangan
Menghindari kerumunan dan menjaga jarak (2 meter)
Berolahraga/aktivitas fisik
Menjaga asupan makanan sesuai dengan panduan gizi seimbang (PGS)
- Primary Prevention
Langkah pencegahan ini ditujukan agar orang yang memiliki faktor resiko tidak terserang, terpajan atau terinfeksi virus Corona. Langkah yang dapat dilakukan dapat berupa promosi kesehatan dengan isi konten seputar covid-19 seperti definisi, cara penyebaran, faktor resiko, tanda gejala dan pencegahanya.Â
Selain promosi kesehatan, melakukan perlindungan yang spesifik juga harus dilakukan seperti memakai masker (Surgical mask) dengan benar, telah menjalani imunisasi dasar, tidak menyentuh area terbuka tubuh seperti mata, hidung dan mulut serta konsumsi multivitamin dan tetap menjaga jarak.
Langkah-langkah diatas juga menjadi bagian penting dalam meredam atau menghentikan penyebaran virus Corona, bahkan jika penyebaran dan hasil penyelidikan epidemiologi pada suatu wilayah menunjukkan adanya transmisi lokal maka wajib dilakukan isolasi wilayah total sampai hasil tracing menunjukkan tidak ada penambahan kasus dalam kurun waktu empat belas hari sejak kasus terakhir ditemukan.Â
Keberhasilan dari upaya pencegahan ini sangat tergantung pada persepsi dan juga pengetahuan masyarakat terhadap Covid-19, sehingga edukasi dan promosi kesehatan harus genjar dan menggunakan media yang mudah dijangkau dan dipahami serta memanfaatkan atau bekerjasama dengan tokoh masyarakat ditiap daerah atau wilayah terkecil dari lapisan masyarakat.
- Secondary Prevention
Pada tahap pencegahan sekunder upaya yang dilakukan adalah mendeteksi ada atau tidaknya virus yang masuk kedalam tubuh dan mencegah inkubasi virus yang menyebabkan orang yang terinfeksi merasakan tanda dan gejala Covid-19. Upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Tatalaksana dan pengendalian infeksi yang tepat dengan melakukan deteksi dini.
Deteksi dini dilakukan dengan test PCR pada sampel swab orang yang terindikasi melakukan kontak dengan sumber infeksi.
Penelusuran/tracing
Upaya ini sangat penting untuk mempersempit penyebaran virus dan sedini mungkin mengetahui suspek covid-19 agar dapat segera dilakukan tindakan pengobatan sebelum merasakan atau mencegah tanda dan gejala (terjadinya infeksi).Â
Upaya penelusuran juga dilakukan tes massal pada daerah yang terindikasi atau berpotensi menjadi kluster penyebaran virus. Apabila hasil test terkonfirmasi positif terpapar virus corona langkah yang dilakukan adalah isolasi diri (mandiri atau di rumah sakit), menjaga kekebalan tubuh baik dengan berolahraga, istirahat cukup, konsumsi makanan bergizi dan multivitmain.
- Tertiary Prevention
Upaya tersier pada kasus Covid-19 adalah mengatasi keterbatasan atau ketidakmampuan atau cacat yang terjadi akibat dari Covid-19 atau selama pengobatan untuk mengurangi dampak atau keganasan penyakit. Selain itu, upaya pencegahan juga dilakukan agar tidak muncul penyakit penyerta yang dapat berakibat fatal.Â
Pada umumnya, kasus covid-19 mengharuskan pasien untuk melakukan isolasi diri, sehingga yang harus diperhatikan adalah kesehatan mental atau psikologis pasien harus tetap pada kondisi yang baik sehingga terbentuknya coping yang adaptif dan pada akhirnya adalah bagaimana menjaga kualitas hidup pasien selama melakukan perawatan.
Referensi
- Pasarella R, Amalia E, Septadina IS, Ubaya H, Prasetyo APP, Exaudi K, Malik RF. Kumpulan Ide Desain Menghadapi Virus Corona. Palembang: Unsri Press; 2020.
- Pratiwi AR, Al-Baarii AN, Hasdar M, Nurrahman, Nurhidajah, Rohadi, Sumardi. Pangan Untuk Sistem Imun. Semarang: SCU Knowledge Media; 2020.
- Syarifuddin. Imunologi Dasar: Prinsip Dasar Sistem Kekebalan Tubuh. Â Yogyakarta: Klinik Cendekia. 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H