Masa krisis awal tahun 1998 di negara Indonesia menjadi bukti bahwa sektor pertanian mempunyai pertumbuhan konsisten positif, sehingga sektor ini lebih tangguh bertahan dan mampu cepat pulih dibanding sektor lainnya. Kenyataan tersebut wajar karena Indonesia memiliki kekayaan alam dan potensi hasil pertanian yang luar biasa dibanding negara lainnya, bahkan menurut sejarah alasan terkuat kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia pada jaman penjajahan adalah ambisi menguasai hasil pertanian terutama komoditi rempah.
Kini setelah 21 tahun kiris 1998, perlu dipertanyakan lagi apakah sektor pertanian sudah berkembang kearah yang lebih baik. Kabar gembiranya adalah dalam 4 tahun terakhir, Kementerian Pertanian sudah berhasil menurunkan inflasi bahan makanan, mendongkrak ekspor pertanian, meningkatkan investasi pertanian dari deregulasi, produksi pertanian juga mendongkrak PDB sektor pertanian, daya beli petani menguat dengan NTUP dan NTP naik, pertanian juga mengentaskan masyarakat dari kemiskinan perdesaan, serta revolusi mental reformasi birokrasi dengan penghargaan anti gratifikasi dari KPK.Â
Hal ini tentunya cukup untuk dijadikan persiapan awal untuk menjawab tantangan yang akan dihadapi kedepannya, terlebih sektor ini mempunyai banyak tantangan seperti masalah kepimilakan lahan, regenerasi petani, keterbatasan pengetahuan teknologi, dan akses permodalan. Masalah ini menyebabkan kualitas dan kuantitas yang dihasilkan menjadi cukup rendah, sehingga pada akhirnya menyebabkan sektor ini kurang berkembang atau hanya dapat dinikmati oleh segelintir kelompok orang saja.
Penulis ingin menyapaikan ide untuk menjawab tantangan diatas dengan cara yaitu diferiensi produk pertanian dengan fokus untuk tujuan ekspor, karena menurut penulis kunci dari masalah sektor pertanian sekarang adalah kurangnya profit yang dihasilkan dari usaha di sektor ini. Produk yang dihasilkan kurang mempunyai nilai jual, kalaupun mempunyai nilai jual biasanya tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.Â
Dilain sisi era globalisasi perdagangan dunia sekarang menjadikan peranan ekspor suatu negara dapat berperan besar dalam menentukan perekonomian suatu negara karena selain mendatangkan devisa dapat juga untuk mensejahterakan rakyat secara merata, hal ini tentu saja sesuai dengan amat UUD 1945.
Sejauh ini ekspor Indonesia berfokus pada komoditas, padahal peluang mengangkat produk lokal ke internasional harusnya dengan mengubah komoditas menjadi produk sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tahun 2019 ini kementrian pertanian membuat terobosan dengan membentuk petani milenial dengan jumlah anggota kurang lebih satu juta petani milenial yang tergabung dalam 40.000 kelompok petani.Â
Penulis berpendapat bahwa gerakan ini difokuskan saja untuk menciptakan produk pertanian yang terdiferensiasi sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah dibandingkan dengan komoditas yang hanya biasanya hanya digunakan sebagai bahan baku industri saja.
Diferensi produk pertanian tidak selalu menggunakan teknologi yang modern atau modal besar, bisa saja dari aspek budaya yang ada di daerah tersebut. Sebagai contoh kopi lokal "Java Coffe" nilai dari produk tersebut adalah proses tradisional pengolahan dan nilai budaya yang dikemas sedimikian rupa, sehingga produk tersebut terlihat menarik dibanding kopi dari tempat lain.Â
Indonesia mempunyai keberagaman karakteristik SDA dan SDM dari sabang sampai merauke, hal ini tentunya modal yang kuat untuk mendeferensi produk yang berkualitas dan unik.Â
Tugas pemerintah selanjutnya menjembatani antara kelompok pertanian dengan pasar dengan cara memperkuat akses permodalan koperasi dan standardisasi produk sehingga kualitas, koordinasi, dan pasokan produk dapat dikontrol dengan baik.Â
Apabila hal tersebut dapat berjalan dengan baik, penulis yakin banyak orang yang akan terjun di sektor pertanian ini, sehingga sektor ini akan lebih kompetitif dan berkembang dengan pesat yang pada akhirnya kembali lagi pada kesejahteraan rakyat itu sendiri karena mereka berubah menjadi masyarakat yang lebih mandiri.Â
Perlu diingat selain untuk kegiatan ekspor, ide ini juga cocok diterapkan untuk pasar lokal salah satunya dipadukan dengan konsep marketing "Michi No Eki" dari jepang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H