Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Film

Mengintip Hal Baru tapi Lama Lewat Serial "Travel Nurse"

28 November 2024   16:05 Diperbarui: 28 November 2024   16:19 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel Nurse (gambar sepenuhnya milik TV Asahi)

 

Entah saya yang kurang update atau memang profesinya yang memang kurang lazim di Indonesia, puluhan tahun tumbuh dan berkembang sampai segede ini, saya baru ngeh akan adanya profesi "nurse practioner" yang konon lazim di Amerika Serikat sana, yang konon istilahnya dipadankan sebagai perawat praktik mandiri. 

Tidak seperti perawat pada umumnya, perawat praktik mandiri, diberi hak untuk mendiagnosis gangguan kesehatan pasien. mengecek gangguan fisik pasien, meminta dan menafsirkan hasil tes laboratorium dan sinar x, melakukan pemeriksaan ginekologi dan pap smear, membagikan edukasi kesehatan, bahkan meresepkan obat, satu hal yang tidak boleh dilakukan perawat biasa, meski untuk negara bagian tertentu meresepkan obat harus dilakukan di bawah pengawasan dan sepengetahuan dokter yang merawat pasien. 

Meski terkesan setidaknya mirip dokter umum, tugas dan kewenangan perawat praktik mandiri tidak seluas dokter pada umumnya lantaran meski tugas dan tanggung jawab  perawat paktik mandiri pada dasarnya 11-12 dengan dokter diberi hak untuk melakukan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan perawat praktik mandiri atau perawat umum yaitu, misalnya seperti memimpin dan melakukan operasi serta melakukan penelitian medis, terlepas perawat praktik mandiri punya spesialisasi sendiri seperti perawat mandri yang mengkhususkan diri untuk memberikan perawatan anastesi dan berbagai prosedur operasi, merawat anak bayi dan yang gedean dikit, merawat orang tua, merawat organ reproduksi, jantung dan sebagainya.  

Nggak heran, menurut mbak Carolyn Buppert yang rajin menulis serba-serbi nurse practioner lewat buku-bukunya,  perawat praktik mandiri ini dikenal dengan berbagai istilah di amrik sono seperti physician extender yang kurang lebih berarti perpanjangan tangan dokter, mid-level practioners, nonphysicians practioners, hingga advanced practice nurse yang memang dikhususkan untuk perawat praktik mandiri untuk bidang tertentu. 

Gambaran mengenai nurse practioner  di atas itulah yang coba diangkat serial "Travel Nurse" yang tumben-tumbenan diberi kesempatan untuk berlanjut ke musim kedua (nggak heran juga lantaran penonton jepang yang rata-rata sehat sampe sepuh  dan "masih nonton tv" memang doyan serial dokter-dokteran).  

Bahkan, profesi Nurse Practioner, yang organisasinya tergolong baru di Jepang dan negara-negara asia pada umumnya (berdiri tahun 2008) lebih banyak mengkhususkan diri merawat anak-anak dan orang tua (meski negara seperti Singapura dan Taiwan memulainya lima tahun lebih awal). 

Seperti halnya serial profesi jepang yang kadang menyentil secara halus sistem birokrasi profesi mereka sendiri, layaknya serial bertema polisi dan hukum yang kerap menyuarakan pentingnya pendampingan pengacara ketika tersangka tengah diinterogasi (atau setidaknya rekaman audio visual yang menjadi "hidangan" serial Kinkyu Torishirabe Shitsu {kintori} yang secara internasional dikenal dengan judul Emergency Interogation Room), serial Travel Nurse sedikit banyak membahas benturan yang terjadi antara dokter dan nurse practioner yang memang belum lazim di Jepang, terutama ketika Perawat lulusan S2 ini, dianggap tidak sopan, lantaran melangkahi tugas dan wewenang dokter.

Secara umum, para perawat konon boleh memberi masukan pada dokter lantaran mereka lebih banyak bersentuhan langsung dengan pasien. Pesan itulah yang berusaha disampaikan perawat kontrak profesional Nasuda Ayumi (diperankan oleh Okada Masaki yang dikenal di Indonesia berkat perannya di film "Drive My Car"), pesan yang sebenarnya bukan suara Nasuda-san seorang sebagai seorang perawat, tapi mewakili suara perawat secara umum, yang kadang sering dianggap kurang ajar dan memang digambarkan sebagai kesombongan Nasuda-san yang memang punya jam terbang tinggi, di berbagai negara, sebagai perawat praktik mandiri, bahkan oleh sesama sejawat.

Kesan kurang ajar tersebut makin kentara lantaran dalam rumah sakit yang sama, Nasuda-san bukan hanya bekerja dengan perawat dari rumah sakit itu sendiri, tetapi juga sesama perawat kontrak, Kuki shizuka, yang mewakili stereotipe para profesional yang lebih senior yang memang bijak, ramah, ngemong, ... (bisa isi sendiri) ... yang keliatan dari bahasa tubuh yang kalem tapi tetap cekatan, serta ekspresi wajah yang bisa kita kira-kira sendiri gimana tampilannya, meski sekalinya komen, meski kalem, kadang pedesnya ngalah-ngalahin kuliner pedes level dewa. 

Meski pedes, interaksi keduanya yang bak Tom and Jerry ini bikin cerita serial ini lebih dinamis, dengan bumbu komedik yang terasa sedap tanpa menggurui dan mendominasi. 

Jujur, meski menarik, bagi penikmat serial medis tempo doeloe, serial "Travel Nurse" ini bukan serial yang mencerahkan khas drama medis jepang, entah itu lewat interaksi antartokoh layaknya code blue atau lewat penggambaran wawasan medis layaknya serial Mas Dokter Koto atau serial awal Takei Emi, Clinic on The Sea, yang bikin penonton sedikit lebih pinter lewat wawasan medis aplikatif-nya. 

Meski begitu ciri khas drama medis jepang, yang memberi ruang bagi para karakter para perawat yang beraneka ragam, dari yang kalem hingga judes (tapi tetap peduli dan profesional), tetap bisa nikmati, terutama di musim awal, yang benang merahnya bisa kita nikmati di musim berikutnya, lantaran beberapa karakter, terutama para karakter perawatnya yang kini beralih menjadi perawat kontrak masih sama, berikut penekanan perlunya sikap rendah hati sebagai perawat, meski yang bersangkutan memang memang mampu dan sama (bahkan lebih) cekatan dari dokter di rumah sakit tempat para perawat ini bekerja, dengan beberapa istilah medis, sesekali menyeruak di episode-episode tertentu, tanpa mengganggu kenikmatan menonton, seperti istilah "malingering" atau mungkin "quack" yang berarti "bukan dokter betulan" yang bisa kita temukan di banyak serial medis lain. 

Drama medis Jepang belakangan memang serasa makin ringan. Makin ke sini makin jarang drama medis jepang yang memberikan wawasan medis yang entah gimana bisa terasa amat ngepop atau kearifan lokal yang bikin drama jepang tetap mengundang senyum, meski tanpa sosok antagonis atau adegan-adegan remeh tapi ngena dan nagih. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun