Â
Entah saya yang kurang update atau memang profesinya yang memang kurang lazim di Indonesia, puluhan tahun tumbuh dan berkembang sampai segede ini, saya baru ngeh akan adanya profesi "nurse practioner" yang konon lazim di Amerika Serikat sana, yang konon istilahnya dipadankan sebagai perawat praktik mandiri.Â
Tidak seperti perawat pada umumnya, perawat praktik mandiri, diberi hak untuk mendiagnosis gangguan kesehatan pasien. mengecek gangguan fisik pasien, meminta dan menafsirkan hasil tes laboratorium dan sinar x, melakukan pemeriksaan ginekologi dan pap smear, membagikan edukasi kesehatan, bahkan meresepkan obat, satu hal yang tidak boleh dilakukan perawat biasa, meski untuk negara bagian tertentu meresepkan obat harus dilakukan di bawah pengawasan dan sepengetahuan dokter yang merawat pasien.Â
Meski terkesan setidaknya mirip dokter umum, tugas dan kewenangan perawat praktik mandiri tidak seluas dokter pada umumnya lantaran meski tugas dan tanggung jawab  perawat paktik mandiri pada dasarnya 11-12 dengan dokter diberi hak untuk melakukan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan perawat praktik mandiri atau perawat umum yaitu, misalnya seperti memimpin dan melakukan operasi serta melakukan penelitian medis, terlepas perawat praktik mandiri punya spesialisasi sendiri seperti perawat mandri yang mengkhususkan diri untuk memberikan perawatan anastesi dan berbagai prosedur operasi, merawat anak bayi dan yang gedean dikit, merawat orang tua, merawat organ reproduksi, jantung dan sebagainya. Â
Nggak heran, menurut mbak Carolyn Buppert yang rajin menulis serba-serbi nurse practioner lewat buku-bukunya, Â perawat praktik mandiri ini dikenal dengan berbagai istilah di amrik sono seperti physician extender yang kurang lebih berarti perpanjangan tangan dokter, mid-level practioners, nonphysicians practioners, hingga advanced practice nurse yang memang dikhususkan untuk perawat praktik mandiri untuk bidang tertentu.Â
Gambaran mengenai nurse practioner di atas itulah yang coba diangkat serial "Travel Nurse" yang tumben-tumbenan diberi kesempatan untuk berlanjut ke musim kedua (nggak heran juga lantaran penonton jepang yang rata-rata sehat sampe sepuh  dan "masih nonton tv" memang doyan serial dokter-dokteran). Â
Bahkan, profesi Nurse Practioner, yang organisasinya tergolong baru di Jepang dan negara-negara asia pada umumnya (berdiri tahun 2008) lebih banyak mengkhususkan diri merawat anak-anak dan orang tua (meski negara seperti Singapura dan Taiwan memulainya lima tahun lebih awal).Â
Seperti halnya serial profesi jepang yang kadang menyentil secara halus sistem birokrasi profesi mereka sendiri, layaknya serial bertema polisi dan hukum yang kerap menyuarakan pentingnya pendampingan pengacara ketika tersangka tengah diinterogasi (atau setidaknya rekaman audio visual yang menjadi "hidangan" serial Kinkyu Torishirabe Shitsu {kintori} yang secara internasional dikenal dengan judul Emergency Interogation Room), serial Travel Nurse sedikit banyak membahas benturan yang terjadi antara dokter dan nurse practioner yang memang belum lazim di Jepang, terutama ketika Perawat lulusan S2 ini, dianggap tidak sopan, lantaran melangkahi tugas dan wewenang dokter.
Secara umum, para perawat konon boleh memberi masukan pada dokter lantaran mereka lebih banyak bersentuhan langsung dengan pasien. Pesan itulah yang berusaha disampaikan perawat kontrak profesional Nasuda Ayumi (diperankan oleh Okada Masaki yang dikenal di Indonesia berkat perannya di film "Drive My Car"), pesan yang sebenarnya bukan suara Nasuda-san seorang sebagai seorang perawat, tapi mewakili suara perawat secara umum, yang kadang sering dianggap kurang ajar dan memang digambarkan sebagai kesombongan Nasuda-san yang memang punya jam terbang tinggi, di berbagai negara, sebagai perawat praktik mandiri, bahkan oleh sesama sejawat.
Kesan kurang ajar tersebut makin kentara lantaran dalam rumah sakit yang sama, Nasuda-san bukan hanya bekerja dengan perawat dari rumah sakit itu sendiri, tetapi juga sesama perawat kontrak, Kuki shizuka, yang mewakili stereotipe para profesional yang lebih senior yang memang bijak, ramah, ngemong, ... (bisa isi sendiri) ... yang keliatan dari bahasa tubuh yang kalem tapi tetap cekatan, serta ekspresi wajah yang bisa kita kira-kira sendiri gimana tampilannya, meski sekalinya komen, meski kalem, kadang pedesnya ngalah-ngalahin kuliner pedes level dewa.Â