Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Bola

Potensi Tersembunyi Wajah-Wajah Lama di Musim Baru

22 Oktober 2024   19:55 Diperbarui: 28 Oktober 2024   19:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel bikinan sendiri (abal-abal.com): komposisi pemain Charlotte Hornets (nba.com) 


Klo ngga salah NBA musim baru bakal resmi dimulai besok pagi. Bersamaan dengan itu situs yang demen membahas tentang olahraga, termasuk basket, berlomba-lomba menjabarkan secara singkat kiprah dan peluang tiap tim berdasarkan komposisi pemain, pencapaian musim sebelumnya, usia, gaji, postur, kebugaran pemain, skill, serta kepaduan lima pemain yang bermain di lapangan, berikut para pemain rotasinya.

Jika dilihat dari komposisi pemain lima atau enam tahun belakangan terdapat aturan tidak tertulis yang seolah menjadi resep jitu sebuah tim bisa berkembang menjadi tim yang matang, yang dimulai dari kesiapan para untuk bisa bermain setidaknya 65 (dari 82 games) musim reguler pada tiap musimnya, jumlah pertandingan yang cukup murah hati sebenarnya mengingat di era 1990-an para pemain, di masa puncak, termasuk Michael Jordan, rata-rata hanya absen empat hingga lima game per musim.

Selain jumlah games per musim, ada beberapa poin tidak tertulis terukur lainnya, yang bisa jadi makin ke mari statistiknya bisa meningkat perlahan tapi pasti.

Jika dilihat dari posisi pemain dari posisi 1 (point guard/playmaker) hingga 5 (center, pemain yang secara umum paling jangkung di lapangan), sejak era keemasan Golden State Warriors di tahun 2015, terdapat beberapa keterampilan, berikut statistik, dan juga postur yang perlu dikuasai pemain yang bersangkutan untuk bisa senantiasa beradaptasi dengan gaya permainan NBA yang makin mengandalkan perpaduan antara kekuatan fisik dan kecepatan yang lazim disebut dengan ketangkasan.

Tabel bikinan sendiri (abal-abal.com): komposisi pemain Charlotte Hornets (nba.com) 
Tabel bikinan sendiri (abal-abal.com): komposisi pemain Charlotte Hornets (nba.com) 

Beberapa musim ke belakang, postur para point guard cenderung makin meninggi, dari minimal 183 cm bahkan kurang, playmaker sekarang setidaknya rata-rata bertinggi setidaknya antara 198 cm hingga 201 cm, dengan visi bagus dan kemampuan menyelesaikan serangan di bawah jaring di bawah kawalan pemain lawan.

Di era permainan tiga angka seperti sekarang, sebagai bonus, mereka diharapkan setidaknya JUGA mampu melepas setidaknya lima hingga tujuh tembakan tiga angka per game dengan akurasi 34 persen per game. Sebuah statistik non baku yang boleh jadi menjadi alasan kenapa para rookie point guard musim ini tidak diproyeksikan menjadi pemain kunci.

Jika pun tidak memenuhi "standar" postur atau statistik umum tersebut, pemain yang bersangkutan biasanya tetap bisa beradaptasi dengan iklim NBA terkini selama pemain yang bersangkutan punya skill defense mumpuni, termasuk bersedia jatuh bangun merebut bola serta memotong umpan pemain lawan, yang biasa tercermin dari prestasi pribadi entah itu masuk daftar All NBA team seperti Jalen Bruson (183 cm, 2023-204) atau All Defensive Team seperti duo Boston Celtics Jrue Holiday (2022-2023) dan Derrick White (2023-2023) yang sama-sama cuma bertinggi 193 cm, setidaknya dalam tiga sampai lima musim ke belakang, lantaran beberapa pemain mungil yang sempat masuk dalam all defensive team biasanya cenderung menurun seiring meningkatnya skill dan ketangkasan pemain yang mereka jaga, layaknya Chris Paul (CP3) guard mungil (193 cm) yang langganan masuk all defensive team dari tahun 2007 hingga 2017.

Posisi pemain berikutnya adalah center atau big man. Tanpa bermaksud melewatkan posisi pemain sesuai urutan angka, posisi 5 atau center perlu didahulukan mengingat bersama point guard, big man adalah pemain yang membentuk rangka sebuah tim, terutama berkat kemampuannya mencetak dan menjaga bawah jaring, mulai dari area tiga angka, dengan postur minimal antara 208 cm-211 cm, dan berat badan mendekati 120 kg, yang menariknya angka tersebut perlu mendapat revisi mengingat para rookie terkini yang berposisi sebagai center seperti Zach Edey dan Donovan Clingan yang bertinggi di atas 218 cm, dengan skill finishing di bawah jaring yang cukup terasah, serta tembakan tiga angka yang terbilang lumayan, kurang lebih 18% untuk ukuran center, keterampilan yang boleh jadi bisa jadi keuntungan atau justru kerugian tersendiri, terutama apabila tidak ada pemain yang menjaga bawah jaring ketika mereka hendak menembak atau baru saja mencetak angka di bawah jaring.

Dengan postur yang makin meninggi untuk posisi big man, menjadi PR tersendiri bagi center utama Atlanta Hawks, Clint Capella yang dikenal menjadi salah satu pelopor big man yang mampu meredam pergerakan para penembak jitu pemain lawan serta center jago ngeblok Brooklyn Net, Nic Claxton, yang meski sama-sama lincah bertinggi kurang dari 212 cm dengan berat badan kurang dari 118 kg, untuk bisa beradaptasi dengan gaya permainan NBA musim-musim ke depan. 

Yang menjadi menarik adalah para pemain yang diapit dua penjaga rangka permainan sebuah tim tersebut yaitu pemain dengan posisi 2 (shooting guard) yang secara tradional menjadi pemain paling produktif di lapangan (22 ppg++), posisi 3 (defender merangkap penembak jitu yang lazim disebut posisi 3 and D, dengan rataan 3-5 3PA, dengan akurasi setidaknya 34%), serta pemain pada posisi 4 (power forward) yang punya midrange mematikan, layaknya Tim Duncan.

Meski ketiga posisi pemain tersebut punya peran spesifik, makin ke sini, peran tersebut makin tidak penting lantaran di era sekarang, para pemain yang berposisi sebagai forward tersebut setidaknya dituntut jago defense dengan tinggi badan setidaknya antara 201 hingga 203 cm, klopun postur mereka kurang dari itu, setidaknya berat badan mereka mendekati 100 kg, dengan akurasi tembakan sekitar 37%, dengan rataan 3 hingga 5 tembakan per game, jika memang tim tersebut memang mengandalkan permainan tiga angka atau pergerakan tanpa bola yang luwes layaknya Golden State Warriors, yang justru tidak seperti diperkuat forward dengan akurasi tembakan tiga angka menonjol seperti layaknya para guard mereka seperti Steph Curry (9,2 3PA, 42,6 3P%) atau pemain baru mereka Buddy Hield (7,6 3PA, 40,0 3P% yang diplot mengisi peran penembak jitu Klay Thompson yang hijrah ke Dallas Mavericks berkat akurasi tembakan tiga angka dan kemampuan mengatur serangannya, meski dari sisi defense tidak setangguh Klay, atau dua pemain baru mereka lainnya D'anthony Melton atau Kyle Anderson yang selama pramusim bermain layaknya Draymond Green, lewat umpan dan pergerakan tanpa bolanya.

nba.com
nba.com

#Keterangan warna hijau: bermain dari awal bersama tim bersangkutan, oranye:pemain baru, biru: bisa jd playmaker, merah: main kurang dari 65 games

Di atas lapangan, selama pemain yang bersangkutan punya postur dan skill yang dibutuhkan untuk bermain di posisi yang berbeda, pemain bisa bermain di berbagai posisi layaknya Victor Wembanyama yang bisa bermain di lima posisi sekaligus atau  power forward Aaron Gordon (Denver Nuggets, yang dipercaya menjadi center berkat postur dan gaya bermain yang bertenaga atau bahkan playmaker bersama dengan Nikola Jokic dan Jamal Muray berkat dribble dan tusukan ke bawah jaring yang bertenaga.  

Pemain baru New Orleans Pelicans, DeJounte Murray yang bisa berperan sebagai playmaker bersamaan dengan para starter beda postur seperti Zion Williamson, penembak jitu mungil CJ McCollum, serta pemain serbabisa ceking Brandon Ingram.

Meski kualifikasi tidak ditulis secara gamblang, poin-poin yang dijabarkan di atas turut menjadi variabel yang turut digunakan dalam menyusun 50 pemain terbaik NBA tiap tahunnya, yang biasa dikeluarkan berbagai situs olahraga dengan variasi yang kurang lebih mirip eh sama, dengan perbedaan urutan yang beda-beda tipis antara situs satu dengan situs lain.

Tidak mengherankan juga berkat konsistensi musim lalu dan komposisi pemain yang relatif sama plus rookie Baylor Scheierman yang bercermin dari rookie musim lalu Jordan Walsh, kurang mendapat menit bermain yang cukup, meski Scheireman punya skill dan postur yang 11-12 dengan mayoritas pemain Boston Celtics yaitu jangkung, jago defense dan jago tembak.

Menariknya meski tiap pemain era sekarang bisa saling bertukar posisi termasuk big man, layaknya Chet Holmgren (OKC) yang bisa berperan sebagai playmaker berkat dribel dan akurasi tembakan tiga angkanya (4,6 3PA, 37,0%), tanpa defense mumpuni dari para pemain yang setidaknya mengisi posisi 2-4, pemain tersebut bakal menjadi pintu masuk tim lawan mencetak angka.  

Masalah klasik tersebut dijumpai beberapa tim NBA belakangan seperti Atlanta Hawks musim lalu lewat duo Trae Young dan (musim lalu Jamal Murray yang sebenarnya jago defense) atau Dallas Mavericks era awal Kyrie Irving yang sama seperti Luka Doncic yang meski sama-sama produktif sebagai scorer atau playmaker kurang dikenal sebagai defender paten, atau trio Los Angeles D'angello Russell (playmaker+penembak jitu produktif), Austin Reeves (pemain offensive serba bisa), dan Lebron James yang sebenernya jago defense di usia muda.

Keseimbangan tim bisa terjaga andai kata dua playmaker yang dikenal kurang jago defense didampingi trio defender paten yang bisa saling mengisi dengan para playmaker, seperti layaknya Zacharie Risarcher yang diproyeksikan punya defense prima yang cocok dengan gaya bermain Atlanta Hawks

sumber data nba.com
sumber data nba.com


respons netizen: Tatum+Doncic: produktif kurang tangkas, Lavine: mentingin offense, Gobert: kokoh, telat nutup ruang, Giddey:3pt kurang, kurang greget

Sumber gambar NBA

#tolok ukur tidak resmi untuk menentukan beberapa pemain yang bisa masuk top 50, termasuk poin yang dipakai kenapa beberapa pemain belum masuk list. 

Hanya saja punya defense prima dan akurasi tembakan tiga angka lumayan kadang belum cukup. Meski NBA belakangan dikenal sebagai liga para defender merangkap penembak jitu, para pemain baru yang makin hari makin luwes sedikit mengaburkan ketangguhan para 3D seperti Dorian Finney Smith (Brooklyn Nets) yang meski dikenal ulet dan jago tembak, yang bersangkutan dinilai masih terlalu kalem, Terlepas Nets memang diproyeksikan membangun tim yang lebih segar sekitar 2-3 tahun mendatang, yang bisa jadi membuat Smith tidak memaksimalkan potensinya selama ini yang sempat moncer ketika memperkuat Dallas Mavericks.

Uniknya, meski belakangan NBA bisa dibilang liga para defender merangkap para penembak jitu, tidak semua tim mempercayakan para trio forward mereka pada tiga para defender jago tembak, terutama tim-tim yang lebih banyak memainkan bola di bawah jaring layaknya tim-tim yang, setidaknya jauh dari kata matang, meski sudah memulai proses membangun tim bermaterikan pemain muda, selama sekitar 2-4 musim layaknya Portland Trail Blazers, Charlotte Hornets, atau Detroit Pistons yang bisa jadi bisa bermain lebih baik selama kebugaran para rotasi regulernya senantiasa terjaga.

Melihatnya posturnya yang rata-rata tinggi dan bertenaga layaknya ciri khas mereka khas mereka beberapa tahun ke belakang, tidak sulit menerka bahwa Portland, tim yang mungkin butuh proses pematangan dalam dua tahun ke depan, mungkin bakal banyak memainkan pergerakan tanpa bola yang luwes mengingat playmaker mereka yang terhitung mungil tapi kekar (dan kurang jago tembak) Scoot Handerson bakal melayani penembak jitu Anfernee Simons, Shaedon Sharp, dan Jerami Grant yang sama-sama kekar, serta big man skillful kurang bertenaga DeAndre Ayton dan pelapisnya Donovan Clingan yang berkat mid- ranged jump shotnya yang bagus mestinya punya ruang cukup leluasa untuk mengirimkan umpan pada pemain yang bergerak tanpa bola layaknya forward senior Boston Celtics Al Horford atau Domantas Sabonis (Sacramento Kings). Terlebih para pelapis mereka seperti Jabari Walker, pemain baru mereka Deni Avdija (Washington Wizard), forward lincah Duop Reath, serta defender ulet Mattise Thybulle tidak dikenal sebagai penembak jitu. Praktis hanya Simmons yang secara statistik bisa disebut penembak jitu, meski di atas lapangan, para pemain Blazers, termasuk starter Blazers dalam game-game awal musim ini, Toumani Camara, justru diminta lebih pede menembak meski masih lebih banyak luput.

Gaya bermain yang kurang lebih sama bisa ditunjukkan oleh Detroit Pistons yang boleh jadi hilalnya lebih cerah, mengingat mereka sudah memulai proses membangun tim sejak tahun 2021, terhitung sejak rookie mereka Cade Cunningham bermain.

Dikenal dengan skill-nya yang komplet, Cunningham yang juga dikenal produktif meski tidak terlalu bertenaga, bakal melayani para big man tangkas seperti Jalen Duran dan pelapisnya Isaiah Stewart (203 cm) yang terhitung mungil dan ulet, serta trio yang dikenal tangkas dan sama-sama punya visi bagus, Jaden Ivey, Marcus Sasser, playmaker jangkung Aaron Thompson, serta mantan yang kini balikan Tobi Harris yang punya skill lebih lengkap, meski secara defense sedikit menurun karena faktor U.

Meski mayoritas dikenal sebagai playmaker berbakat dengan visi dan ketangkasan prima, sebagian rookie mereka rata-rata bukan penembak jitu produktif, wajar jika manajemen, beserta  pelatih baru mereka J.B. Bickerstaff, banyak mendatangkan penembak jitu murni seperti Malik Beasley atau Simone Fontecchio, yang seperti kebanyakan pemain Italia yang bermain di NBA dikenal lewat posturnya yang  rerata tinggi dan jago tembak, serta rookie dengan finishing serbabisa dan jago defense Ron Holland.

Meski Holland punya statistik meyakinkan, statistik tersebut biasanya menurun di musim pertamanya di NBA (olahan sendiri berdasarkan data NBA.com)
Meski Holland punya statistik meyakinkan, statistik tersebut biasanya menurun di musim pertamanya di NBA (olahan sendiri berdasarkan data NBA.com)

Gaya bermain yang kurang lebih mirip ditunjukkan tim muda Toronto Raptors yang kental aroma New York Knicks era sebelum Jalen Brunson, lewat alumni Knicks, guard cepat Immanuel Quickley yang melayani sesama playmaker yang kurang jago tembak namun terhitung produktif seperti RJ Barret, Scottie Barnes, serta mantan forward Utah Jazz Ochai Agbaji, serta big man Jakob Poetl yang terbilang center tradional NBA.

Yang justru punya skill lebih beragam justru para pelapis mereka yang meski tidak menonjol terbilang langka untuk era sekarang, sebut saja defender mungil, yang membuat Steph Curry mati kutu Davion Mitchel, penembak jitu rada jangkung Gradey Dick, pemain dengan pergerakan tanpa bola bagus Bruce Brown, serta jaminan spacing sebuah tim  Kelly Olynyk yang senantiasa bergerak tanpa bola begitu memberikan umpan pada pemain lain di seputar area tiga angka.

Melihat pengalaman panjang para pemain senior Raptors wajar jika para pemain senior ini mungkin berganti seragam di awal atau pertengahan musim sembari menanti proses rebuilding yang mungkin terbilang rada butuh waktu mengingat kita belum bisa melihat arah gaya permainan Raptors jika memang mereka ingin berpijak pada pemain muda, meski gaya bermain rookie mereka JaKobe Walker 11-12 dengan Scottie Barnes yang lebih banyak berpenetrasi ke jantung pertahanan lawan.

Gaya bermain yang lebih kekinian ditunjukkan oleh Charlotte Hornets yang proses rebuilding terbilang lambat, meski mereka sudah memulainya sejak tahun 2020, terhitung sejak rookie mereka Lamelo Ball (Melo) bermain.

Channel: NBA G League 

Boleh dibilang tim yang dikenal dengan falsafah run and gun-nya ini diperkuat starter dan rotasi reguler yang cukup masuk akal jika dimainkan bersama, meski mayoritas dari mereka merupakan pemain cadangan reguler di tim mereka sebelumnya.

Di posisi starter, praktis mereka dipekuat para rookie Hornets sendiri seperti Lamelo Ball atau fotokopiannya rookie terkini mereka Tidjani Selaun yang bakal melayani   big man Mark Williams yang lebih luwes atau Nick Richards yang lebih kekar bertenaga, serta beberapa pemain yang dari gaya bermainnya amat cocok dengan kebutuhan tim NBA terkini, seperti halnya Miles Bridges yang seperti juga mantan rekan satu timnya PJ Washington, punya pergerakan luwes bertenaga, yang identik dengan permainan Miami Heat, New York Knicks, serta terkini Dallas Mavericks. Belum lagi Hornets diperkuat defender kaku jago tembak khas para pemain Boston Celtics, Grant Williams, serta penembak jitu yang makin paten Josh Green, meski dari sisi defense belum semenonjol 3 and D kebanyakan.

Produktivitas dan gaya permainan Run and Gun yang mengandalkan serangan balik cepat disertai tembakan akurat makin terasa berkat peran rookie mereka lainnya forward jangkung Brandon Miller yang finishing bawah jaringnya makin menjanjikan beserta pelapisnya, penembak jitu Seth Curry, yang kini mendampingi sang ayah, Del Curry, komentator tetap Hornets

Jika ingin bermain lebih lambat, Hornets bisa memainkan playmaker Vasilije Micic yang lebih stylish dan skillful khas eropa atau Cody Martin yang meski terbilang lambat punya keluwesan yang bisa tiba-tiba menghanyutkan.

Boleh dibilang, dari tim-tim muda yang berkiprah musim ini, mungkin baru Hornets yang arah permainannya menjanjikan, itu pun jika Hornets memang lebih serius menatap musim baru. Pistons, meski kalah dalam tiga game awal, mereka teruji sempat saling berkejar-kejaran angka dengan tim-tim yang mereka hadapi dan baru tertinggal tipis di menit-menit akhir pertandingan, termasuk ketika bertemu dua tim yang sama-sama sedang memimpin klasemen Boston Celtics dan Cleveland Cavaliers. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun