Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Semifinal Wilayah NBA: Tim-Tim Muda yang Melaju dengan Ciri Khas Masing-Masing

5 Mei 2024   03:37 Diperbarui: 7 Mei 2024   00:03 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orlando Magic (warna biru muda nunjukkin playmaker tim selain permain berposisi PG atau SG) (Dok Pribadi)

Sebagian besar tim sudah menyelesaikan putaran pertama. Tujuh tim dipastikan lolos ke putaran kedua yang lebih dikenal sebagai semifinal wilayah atau saya lebih suka menyebutnya babak perempat final.

Terlepas pertandingan antara Cleveland Cavaliers dan Orlando Magic yang masih sama kuat 3-3 dalam format best of seven di mana kedua tim sejauh ini unggul pada tiap laga kandang, tujuh tim yang sejauh ini lolos merupakan tim-tim yang rataan usia pemain sekilas lebih muda dari lawan-lawan mereka di putaran sebelumnya.  

Sebut saja starter Dallas Mavericks atau New York Knicks yang rata-rata diperkuat para pemain kelahiran pertengahan hingga akhir dekade 1990-an, sementara Los Angeles Clippers dan Philadephia 76ers rata-rata diperkuat para pemain kelahiran awal dekade 1990-an, meski pengalaman di partai playoff jelas lebih banyak.

Komposisi Semifinal Wilayah NBA
Komposisi Semifinal Wilayah NBA

Tidak heran, untuk game ketujuh antara Orlando Magic dan Cleveland Cavaliers (Cavs) kayaknya lebih seru jika Magic yang mencicipi partai perempat final playoff untuk kali pertama, meski partai tersebut diadakan di kandang Cavs, Rocket Mortgage Fieldhouse, selaku tim dengan peringkat lebih baik di babak reguler.

Kebetulan kedua tim sama-sama tim muda yang membangun tim lewat draft. Kebetulan Cavs memulainya lebih dulu dengan mendatangkan Collin Sexton (sekarang bermain untuk Utah Jazz) pada tahun 2018, diikuti playmaker produktif Daris Garland dan defender tangguh Isaac Okoro, serta power forward jangkung Evan Mobley.

Gambaran Postur dan Peran Tim Klasik NBA (Dok Pribadi)
Gambaran Postur dan Peran Tim Klasik NBA (Dok Pribadi)

Cavs sendiri mempercepat kematangan tim muda mereka dengan mendatangkan playmaker merangkap scorer Utah Jazz Donovan Mitchell (2022) dan playmaker merangkap defender Miami Heat Max Struss untuk melayani dua menara kembar mereka Evan Mobley dan Jarett Allen yang sama-sama piawai menutup ruang sejak area tiga angka serta menjadi dinding pemantul bagi para pencetak angka yang luwes bergerak dengan atau tanpa bola.

Ketika salah satu dari dua playmaker utama tersebut rehat sejenak untuk mengambil nafas, Cavs masih bisa menjaga produktivitas mereka dengan memainkan Caris Levert atau Georges Niang.

Kekokohan menara Cavs masih bisa tetap terjaga dengan masuknya forward tangkas Isaac Okoro yang bisa mengisi peran salah satu dari dua menara tersebut atau Dean Wade (yang sayangnya tengah cedera) jika ingin permainan dari area tiga angka lebih hidup.

Tabel Komposisi Pemain Cleveland (Dok Pribadi)
Tabel Komposisi Pemain Cleveland (Dok Pribadi)

Orlando Magic (warna biru muda nunjukkin playmaker tim selain permain berposisi PG atau SG) (Dok Pribadi)
Orlando Magic (warna biru muda nunjukkin playmaker tim selain permain berposisi PG atau SG) (Dok Pribadi)

Sekilas gaya permainan Cavs mirip dengan Indiana Pacers yang berhasil melewati hadangan Milwaukee Bucks tanpa diperkuat Giannis Antetokounmpo dan sempat juga Damian Lillard, di mana Bucks sempat mengambil satu game tanpa diperkuat keduanya berkat penampilan apik beberapa pemain berpengalaman seperti Jae Crowder dan Dario Gallinari.

Sayang, tanpa kehadiran Giannis, permainan Bucks jadi terlihat lebih lambat. Hal itulah yang dimanfaatkan Indiana Pacers, tim muda yang dipimpin Tyrese Haliburton.

Bermain dengan dua menara kembar, Myles Turner dan Paskal Siakam  yang didatangkan dari Toronto Raptors Dan para pelapisnya seperti Dua pemain tangkas Jalen Smith dan pelompat tangkas yang seringkali menembak dari area tiga angka Obi Toppin, sekilas permainan Pacers amat mirip Cavaliers.

Bedanya aliran permainan Pacers lebih banyak mengalir lewat Haliburton meski praktis Pacers juga diperkuat duo playmaker lain yang sama-sama lebih bertipe defensif, Andrew Nembhard Dan Aaron Nesmith.

Lewat tusukan serta umpan Haliburton atau Siakam, center Bucks, Brook Lopez atau playmaker Khris Middleton sering terlambat menutup ruang, yang sedikit banyak memberi ruang tembak leluasa bagi Myles Turner yang lebih sering bermain dari area tiga angka lantaran Siakam lebih nyaman bermain di bawah jaring mengantisipasi andai tembakan Turner, Nembhard,  Nesmith, rookie mereka Ben Sheppard (atau Ben Mathurin yang cedera hingga akhir musim sebelum babak playoff), atau shooter berpengalaman Pacers Doug McDermott luput. Kebetulan para starter Pacers kurang dikenal sebagai penembak jitu, meski pada game playoff kali ini akurasi tembakan tiga angka mereka sedikit meningkat.

Tabel Komposisi Pemain Boston Celtics (Dok Pribadi)
Tabel Komposisi Pemain Boston Celtics (Dok Pribadi)

NBA Hoops

Menariknya, ketika Halliburton rehat sejenak, posisinya bisa diisi oleh salah satu pemain paling senior Pacers yaitu guard licin TJ McConell yang dikenal kurang jago tembak, tapi sangat cocok berduet dengan Halliburton mendekati pertengahan quarter genap, mengingat Halliburton punya akurasi tembakan tiga angka lebih baik meski yang bersangkutan lebih berinsting sebagai pengumpan.

Channel: DV Highlight

Di atas kertas, salah satu kelemahan tim-tim yang diperkuat dua menara kembar ada pada tusukan bertenaga para pemain tinggi kekar ala mayoritas pemain Orlando Magic. Kebetulan sejak era Shaquille O’Neal dan Dwight Howard, Magic dikenal hobi mendatangkan pemain dengan fisik paling dominan di eranya.

Sekarang pun sama. Perlahan tapi pasti, mulai tahun 2021 (bahkan setahun sebelumnya) mulai mendatangkan para pemain jangkung yang sama-sama bisa bermain sebagai playmaker mulai dari Jalen Suggs, Franz Wagner, hingga tahun lalu Paulo Banchero yang lebih banyak dipercaya sebagai playmaker, seperti halnya alumni mereka Aaron Gordon (Denver Nuggets) berkat dribelnya yang bagus serta posturnya yang kekar bertenaga.

Kalaupun tenaga para big man berhasil diredam, coach Jamahl Mosley bisa menginstrusikan Franz Wagner yang lebih luwes atau Jalen Suggs serta guard mungil Cole Anthony menjadi pengatur serangan yang memainkan permainan pick and roll dengan bantuan para pemain yang secara postur lebih jangkung untuk membuka ruang tembak yang bisa dimanfaatkan para shooter Magic  mulai dari Banchero Dan beberapa penembak jitu yang kebanyakan justru dimainkan dari bangku cadangan atau disisipkan menjadi starter bersama mayoritas pemain muda Magic seperti Jonathan Isaac, Gary Harris, playmaker merangkap penembak jitu Joe Harris, playmaker Markelle Fultz, hingga kakak Franz Wagner, Mo Wagner.

Tidak seperti tim-tim lain di babak playoff yang rata-rata hanya merotasi tiga sampai empat pemain (selama game berjalan ketat), Magic menjadi Tim yang paling banyak mempercayakan para pemain cadangannya selama playoff kali ini mengingat para pemain cadangan Magic cenderung memberi warna tersendiri bagi mayoritas starter mereka yang rata-rata jangkung, luwes, dan tangkas, namun kadang terkesan kaku.

Maklum, sebagai tim muda, para pemain Magic masih sering terburu-buru melepas tembakan yang kerap luput yang secara teori memang berpeluang besar untuk masuk mengingat mereka kerap berhadapan satu lawan satu dengan pemain yang posturnya tidak terlalu tinggi.

Channel: SlamJam Zone

Beruntung, meski kerap menghasilkan serangan balik, kaki-kaki lincah Franz Wagner cukup sigap menutup ruang gerak pemain lawan, yang kalaupun berhasil dilewati setidaknya pemain seperti Banchero dan Wandell Carter junior sudah berhasil menutup ruang gerak playmaker lawan di bawah jaring.

Ketika ruang tembak playmaker lawan sudah tertutup, selama ada celah mereka bisa mengumpan pada pemain yang lebih bebas.

Di situlah alasan kenapa Cavs mendatangkan Max Struss atau Pacers mempercayakan Nesmith sebagai playmaker merangkap defender, Bukan hanya sigap mengumpan atau melepaskan umpan pada pemain yang bergerak tanpa bola, keduanya juga sigap menutup ruang andai permainan yang mereka rancang tidak berbuah peluang.

Tabel Komposisi pemain New York Knicks (Dok Pribadi)
Tabel Komposisi pemain New York Knicks (Dok Pribadi)

Tabel Komposisi pemain Indiana Pacers (Dok Pribadi)
Tabel Komposisi pemain Indiana Pacers (Dok Pribadi)

Skema pertahanan yang diterapkan Magic  juga ditunjukkan oleh New York Knicks. Bedanya para pemain yang menunjukkan defense lincah tersebut rata-rata adalah pemain mungil seperti Donte DiVincenzo dan Josh Hart (193 cm), serta pemain baru mereka, forward luwes,  OG Anunoby (201 cm), yang pulih dari cedera tepat pada waktunya, serta bisa mengisi peran Julius Randle yang lebih tangkas dan bertenaga.

Kaki-kaki lincah para defender merangkap playmaker serta penembak jitu Knicks tersebut kebetulan mesti sigap menutup ruang gerak playmaker Philadelpia 76ers, Tyrese Maxey yang berperan sebagai pendobrak sekaligus pelayan bagi center raksasa Joel Embiid serta para guard jangkung jago tembak seperti Kelly Oubre (201 cm),  Nic Batum dan Tobias Harris (203 cm), shooter tajam Buddy Hield (193 cm), serta playmaker senior ulet Kyle Lowry.

Keberhasilan Knicks meredam permainan Sixers, sedikit banyak terbantu oleh gaya permainan Sixers sendiri. Sixers yang biasanya rajin melepaskan tembakan akurat, termasuk lewat jump shot Joel Embiid yang baru pulih dari cedera, kerap kesulitan melepaskan tembakan akurat begitu berhadapan dengan Isaiah Hartenstein yang kerap tidak memberikan ruang barang sejengkal ketika berhadapan satu lawan pada Embiid.

Tabel Komposisi pemain OKC
Tabel Komposisi pemain OKC

Tabel Komposisi pemain Dallas Mavericks
Tabel Komposisi pemain Dallas Mavericks

DiVincenzo dan Anunoby juga mampu mengimbangi pergerakan Harris yang kerap bergerak tanpa bola, terutama ketika Embiid setidaknya dijaga satu pemain.

Ketika skema permainan Sixers berhasil dipotong atau diredam, salah satunya lewat block shot Hartenstein, DiVincenzo, atau Anunoby yang sering kali ikut turun hingga ke bawah jaring membantu defender utama Magic, pemain mana pun, yang bertugas meredam pergerakan playmaker lawan, serangan balik  Knicks terlihat lebih berbahaya, terutama lewat serangan balik yang dimulai atau diselesaikan Josh Hart, tukang seruduk alumni Los Angeles Lakers Josh Hart, yang tembakannya sering masuk, meski akurasi tembakan tiga angkanya, secara statistik tidak sebagus sesama starter Knicks seperti Brunson, DiVincenzo, atau playmaker pelapis Knicks Miles Mcbridges apalagi shooter Bojan Bogdanovic.

Bukan hanya serangan balik yang berbahaya, skema permainan Knicks yang justru enak ditonton justru dipetunjukkan oleh Jalen Brunson.

Menyadari postur Brunson (188 cm) yang tidak terlalu tinggi, coach Tom Thibodeau, kerap menginstruksikan para pemain Knicks memainkan pick and roll, kalau perlu berkali-kali dalam satu skema serangan, bukan hanya pada satu pemain, untuk memastikan Brunson punya ruang tembak yang cukup untuk melepaskan tembakan akurat.

Tidak playmaker pada umumnya, alih-alih mendobrak menggunakan tenaga sampai mentok atau berhadapan satu lawan satu dengan pemain lawan, Brunson justru cenderung sabar dan rajin bergerak di sekitar area lemparan bebas layaknya Tony Parker, bahkan kalau perlu  menjauhi area lemparan bebas.

Tabel Komposisi pemain Denver Nuggets (Dok Pribadi)
Tabel Komposisi pemain Denver Nuggets (Dok Pribadi)

Tabel Komposisi pemain Timberwolves (Dok Pribadi)
Tabel Komposisi pemain Timberwolves (Dok Pribadi)

Pergerakan dengan bola tersebut bukan hanya membuka ruang gerak bagi para sesama playmaker Knicks tetapi membuka ruang tembak lebih lapang sekaligus memperdayai defender lawan.

Bukan kebetulan kalau gaya permainan ala Brunson juga ditiru Jamal Murray (Denver Nuggets) kala berhadapan dengan Los Angeles Lakers dan TJ McConnel ketika mesti beroperasi di dekat area lemparan bebas.

Tidak hanya bisa diselesaikan sendiri, peluang yang didapatkan Brunson juga kerap diumpankan pada pemain yang tidak terkawal, yang bisa jadi mereka umpankan sendiri atau diumpankan lagi pada penembak jitu yang lebih bebas.

Menariknya, skema barusan justru kerap lebih efektif menghasilkan poin bagi Knicks ketimbang serudukan bertenaga yang tiba-tiba diumpankan pada penembak jitu seperti DiVincenzo, Mcbridges

Menariknya ketika Embiid sedikit kelelahan karena dipaksa bermain dengan tempo tinggi, coach Thibbs bisa memasukkan Mitchell Robinson, center berpostur dan bertipe klasik yang sudah menjadi rahasia umum kerap menyulitkan Embiid

Siapa pun lawan Knicks kelak, baik itu Cavs maupun Magic akan bertemu Langkah-langkah luwes para playmaker Knicks terutama Brunson, yang kebetulan banyak diperkuat para pemain berpostur jangkung.

Selain dari segi postur yang boleh jadi menjadi kelebihan tersendiri bagi Knicks, kekurangan Knicks ada pada kebijakan coach Thibbs yang dikenal memberikan waktu bermain cukup lama bagi para starternya di lapangan ketimbang tim lain.

Kebijakan menit bermain yang terbilang panjang juga diterapkan pelatih Joe Mazzula pada para pemain Celtics, tim yang dikenal kerap membangun tim dengan pemain berpostur makin tinggi sejak tahun 2013.

Permainan Celtics sendiri sebenarnya terbilang sederhana. Celtics kerap memulai serangan lewat permainan pick and roll antara Jayson Tatum dengan Jrue Holiday, Derrick White, Kristaps Porzingis (sedang cedera), Al Horford,  atau Jaylen Brown yang sekarang lebih sering bergerak mendekati jaring untuk berduel dengan defender lawan.

Tanpa harus bergerak sampai mentok menuju jaring, begitu para defender lawan berusaha menutup ruang gerak Tatum, Tatum bisa mengumpankan bola pada para shooter yang menariknya, untuk musim ini, tidak terlalu tinggi, lantaran Holiday dan White hanya bertinggi 193 cm, hanya saja dikenal sebagai pemain yang komplet lantaran punya defense dan akurasi tembakan tiga angka yang konsisten.

Terlebih, dari bangku cadangan Celtics Masih punya Sam Hauser (203 cm), penembak jitu yang uniknya sering luput dari penjagaan, meski akurasi tembakannya terbilang lebih konsisten dari para starter Celtics yang lebih sering dijaga defender Tim lawan berkat skillnya yang lebih komplet.

Bukan kebetulan Celtics dikenal sebagai tim dengan sistem yang rapi dan saling mengisi. Pemain seperti Al Horford yang dikenal luwes namun lambat, Kembali menemukan potensinya sebagai defender berpengalaman sejak mudik Kembali ke Celtics lantaran semua pemain Celtics yang diturunkan di lapangan dikenal sebagai defender yang ulet, termasuk guard mungil Payton Pritchard yang dikenal rela jatuh bangun untuk menutup pergerakan lawan dan memperebutkan bola.

Meski masih sering terlihat kikuk, Porzingis termasuk pemain yang terbantu dengan skema pemain dengan skill seragam ala Boston Celtics ini.

Terlebih boleh jadi skema permainan Celtics justru makin beragam lantaran kehadiran defender merangkap penembak jitu konsisten seperti Holiday yang bisa tiba-tiba menyelinap di antara kawalan pemain lawan layaknya Brown, mengingat keduanya tidak terlalu tinggi.

Belum lagi, meski tidak dikenal sebagai penembak jitu, kehadiran Pritchard sedikit banyak bisa meningkatkan tempo permainan Celtics yang cenderung lambat.

Skema barusan layak dicoba, lantaran Celtics, dari musim ke musim, dikenal sebagai tim yang dominan, tapi kerap kedodoran menghadapi defense lambat dan ketat ala babak playoff yang kerap memaksa para shooter Celtics untuk menembak atau menubruk pertahanan lawan, meski para pemain Celtics tidak dikenal sebagai playmaker bertenaga.

Tidak seperti Celtics yang sebagian besar pemainnya punya skill seragam, Denver Nuggets lebih dikenal sebagai tim yang permainannya saling mengisi.

Sudah menjadi rahasia umum jika Nikola Jokic dikenal sebagai pemain ofensif serbabisa yang kurang bertenaga. Michael Porter Jr, juga dikenal tidak bisa mendribel bola meski dikenal sebagai penembak jitu dan defender paten.

Kentavious Cadwell Pope (KCP) pun kurang lebih sama. Meski dikenal sebagai defender merangkap penembak jitu, finishing dan dribel KCP tetap belum seluwes Jamal Murray yang justru dikenal lebih sabar dan makin akurat seiring berjalannya waktu.

Kekurangan masing-masing pemain tersebut bisa diisi oleh sesama pemain yang bermain di lapangan, termasuk Aaron Gordon yang oleh coach Mike Malone disulap menjadi playmaker yang kerap mendobrak pertahanan lawan, meski yang bersangkutan tidak dikenal sebagai penembak jitu.

Meski punya komposisi starter yang meyakinkan, tim yang berhasil menjinakkan Boston Celtics di dua kesempatan musim ini kurang punya barisan pemain cadangan yang meyakinkan meski masih diperkuat Christian Braun, Reggie Jackson, dan DeAndre Jordan, para pemain yang juga memperkuat Nuggets di babak playoff musim lalu meski dua nama yang disebut belakangan nyaris kurang mendapat menit bermain kala itu.

Denver Nuggets belum menunjukkan semangat dan kegembiraan seperti halnya musim lalu. Braun juga tampil lebih kikuk musim ini.

Justru penampilan Los Angeles Lakers yang terlihat lebih ngotot dan jahil pada putaran pertama, hingga memaksa pertandingan berjalan ketat hingga detik-detik terakhir, setidaknya pada tiga games di mana permainan Jokic yang terlambat panas dan permainan sabar namun akurat ala Murray yang jadi pembeda.

Boleh jadi Nuggets akan tampil lebih bersemangat ketika berhadapan dengan Minnesota Tiberwolves, tim yang komposisi, postur, dan peran pemainnya paling mendekati skema dan peran tim era 1990-an di mana Mike Conley berperan sebagai pengatur serangan yang melayani, guard produktif bertenaga Anthony Edwards, defender merangkap penembak jitu Jaden McDaniels, forward jangkung yang kerap membuka ruang dari area lemparan bebas, Karl Anthony Towns, serta center yang hobi berpatroli di bawah jaring Rudy Gobert.

Bedanya, tim ini lebih luwes lantaran bukan hanya Conley yang bisa mengatur serangan tetapi juga Edwards, yang justru membuat akurasi tembakan tiga angka Wolves makin berbahaya mengingat akurasi Conley dan/atau rekan sekaligus pelapisnya Nickeil Alexander-Walker punya akurasi tembakan dan keluwesan yang cukup meyakinkan.

Komposisi pemain Wolves makin terlihat cair karena forward merangkap penembak jitu jangkung Naz Reid bisa berduet dengan siapa pun big man yang bermain di lapangan baik itu Gobert atau Towns.

Belum lagi defense  Wolves cenderung solid karena diperkuat para defender jangkung yang bukan sigap menutup ruang gerak Dan ruang tembak pemain lawan, tetapi juga sigap melapis pertahanan andai kata, para playmaker lawan berhasil melewati penjagaan Gobert yang kadang menjaga area dekat garis lengkung tiga angka.

Keseimbangan pertahanan Wolves bisa tetapi terjaga lantaran Wolves juga diperkuat, Kyle Anderson,playmaker kurus jangkung yang dikenal sebagai defender paten semenjak bermain untuk San Antonio Spurs atau Monte Morris yang senantiasa dikenal sigap bermain dari bangku cadangan sejak bermain di Denver Nuggets.

Dengan banyaknya pemain jangkung, kebetulan dari segi postur, para pemain Wolves musim ini mengingatkan kita pada komposisi pemain Los Angeles Lakers pada tahun 2020, di mana mau tidak mau Jokic akan bertemu Karl Anthony Towns yang berpostur tidak jauh berbeda dan Gordon mesti mengimbangi kekuatan fisik Gobert dan atau Edwards.

Pertemuan kedua tim boleh jadi menarik, lantaran dalam empat kesempatan, kedua tim sama-sama berbagi dua kemenangan.

Meski terkadang, pertemuan di babak reguler tidak selamanya menjadi acuan. Terbukti dari Clippers yang berhasil mengemas dua kemenangan di babak reguler dari Dallas Mavericks dari tiga kesempatan, tepatnya sebelum Dallas mendatangkan PJ Washington (Charlotte Hornets) dan Daniel Gafford (Washington Wizard).

Buat saya pribadi, Dallas Mavericks merupakan cerminan perkembangan tren NBA belakangan di mana Dallas menjadi tim yang memainkan playmaker jangkung yang melayani penjaga bawah jaring dan tiga pemain yang bisa berperan sebagai defender sekaligus penembak jitu yang belakangan kondang disebut 3&D.

Menariknya, skema yang sering saya sebut formasi 1-3-1 tesebut sering kali hanya formalitas mengingat playmaker Mavericks bisa bermain sebagai defender meski tidak terlalu tinggi, begitu juga sebaliknya. Salah satu atau bahkan semua defender Mavericks tidak kagok andai kata dimainkan sebagai playmaker.

Skema barusan berjalan dengan baik sekitar dua musim lalu ketika Mavericks masih diperkuat playmaker mungil Jalen Brunson. Kekokohan defense Mavs sedikit mengendur ketika Brunson hijrah ke New York dan perannya diisi Kyrie Irving, yang dikenal sebagai pencetak angka produktif.

Terlebih Dorian Finney Smith yang selama ini mengisi posisi 3&D mesti bertukar seragam dengan Kyrie di Brooklyn. Reggie Bullock sebelumnya tampil meyakinkan selama bermain di New York, kurang bisa mengimbangi permainan para 3&D baru yang lebih luwes dan bertenaga.

Keseimbangan permainan Dallas Mavericks jauh lebih terjaga begitu alumni Miami Heat, Derrick Jones Jr yang lincah, luwes, jago lompat dan berpostur panjang berduet dengan PJ Washington yang berpostur dan punya gaya bermain mirip.

Sedikit banyak kehadiran Derrick Jones (196 cm) bisa mengimbangi tenaga dan kecepatan pemain Clippers seperti Paul George (203 cm) yang di atas kertas lebih tinggi namun di atas lapangan justru terlihat sepantaran.

Kehadiran Gafford sendiri menambah kedalaman komposisi Mavericks dari sisi big man mengingat rookie Derreck Lively belum sepenuhnya matang. Langkah kaki Lively mungkin lebih luwes dalam menutup ruang gerak pemain, namun kemampuan fisik untuk berduel serta kemampuan finishing sambil berbalik badan Lively belum seluwes Gafford.

Meski Clippers dikenal sebagai tim yang memiliki komposisi pemain dengan gaya permainan serupa dari bangku cadangan, defender kokoh dan bertenaga Clippers kurang bisa mengimbangi permainan cepat dan luwes Mavericks.

Belum lagi, starter Maverick yang selama ini banyak mendapat masukkan dari para fans Mavericks sendiri seperti center jago tembak Maxi Kleber dan 3&d Josh Green, serta mantan playmaker Utah Jazz yang kurang bisa menembak, Dante Exum,  tampil lebih nyaman dari bangku cadangan.

Menariknya lagi, kehadiran Kyrie Irving bisa menjaga gaya permainan serta produktivitas Mavericks  (dan tim yang diperkuat playmaker jangkung pada umumnya) yang biasanya cenderung menurun ketika playmaker utama mereka rehat sejenak.

Menarik apakah para pemain matang Mavericks bisa mengimbangi permainan Oklahoma City Thunder yang punya waktu istirahat lebih panjang.

Jika dilihat dari skema permainan, gaya permainan OKC tidak jauh berbeda dengan tim lain. Tim yang bisa dibilang mulai dibentuk tahun 2019 ini memulai musim dengan melakukan Keputusan berani dengan melepas beberapa pemain berpostur panjang kurang jago tembak seperti Tre Mann dan Alex Pokusevsky (pertengahan musim), dan memberi kepercayaan pada penembak jitu seperti rookie Carson Edward dan Chet Holmgren, yang diistirahatkan sampai akhir musim di musim perdananya, seperti halnya rookie-rookie NBA lain belakangan yang mengalami cedera di tahun NBA perdananya.

Kehadiran Holmgren yang lebih bugar membuat keseimbangan permainan OKC lebih terjaga. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Lu Dort (atau Holmgren) kerap diberi tugas menjadi defender pertama yang berhadapan dengan playmaker lawan, meski posturnya tidak terlalu tinggi.

Dengan posturnya yang tebal dan berotot, playmaker lawan cenderung kesulitan ketika berhadapan dengan Dort. Kalaupun luput, seperti halnya Knicks, para defender jangkung OKC seperti Josh Giddey dan Holmgren siap meredam tusukkan OKC di bawah jaring.

Skema serangan OKC juga tidak berbeda jauh dengan yang lain. Alih-alih memercayakan penembak jitu, skema serangan OKC kerap dibangun oleh Shai Gilgeous Alexander (SGA) yang punya finishing bagus di bawah jaring atau Jalen Williams yang kerap dibantu Holmgren dan Giddey lewat pick and roll untuk mendekati pertahanan lawan.

Menariknya, tidak hanya menusuk pertahanan lawan sampai bawah jaring, playmaker OKC kerap mengumpan bola pada para shooter termasuk Holmgren, Carson Edward dan Isaiah Joe yang sigap berada di area tiga angka.

Meski tidak selalu harus langsung menembak, para pemain yang kelak menerima umpan dari para playmaker terlihat nyaman mengkreasikan peluang pengingat di bawah jaring setidaknya Giddey dan SGA sigap berduel memperebutkan bola rebound.

Akurasi tembakan serta finishing Giddey di bawah jaring juga terlihat lebih meyakinkan ketimbang musim lalu, yang bisa jadi sedikit banyak terbantu oleh kehadiran Holgrem yang seolah sigap menjadi jangkar di area tiga angka apabila peluang OKC tidak menghasilkan angka.

Meski terlihat meyakinkan tim yang sejauh ini berhasil unggul dari sesama perempat finalis wilayah barat kecuali Wolves ini cenderung punya kelemahan yang cukup kentara terutama dilihat dari karakterisitik permainan babak playoff yang lebih kentara.

Meski terlihat rapat dan rapi, pergerakan badan Holmgren yang cenderung kaku dan kurang bertenaga rentan mendapat tubrukan bertenaga di bawah jaring. Tusukan playmaker  New Orleans Pelicans, Brandon Ingram memang berhasil diredam para defender OKC. Hanya saja cerita boleh saja berbeda (atau tetap sama) jika Zion Williamson tidak cedera.

Los Angeles Lakers pernah mencobanya. Keseimbangan pertahanan OKC kala itu tidak terlalu maksimal karena Holgrem harus berhadapan satu lawan satu dengan Anthony Davis dan help defender lain yang biasanya membantu Holmgren mesti membagi perhatian ke Lebron James yang bisa tiba-tiba bergerak tanpa bola melewati hadangan para defender.

Terlepas bagaimana jalannya pertandingan perempat final kelak, tim-tim yang  melaju ke babak semifinal wilayah kali ini sedikit banyak memberi warna baru setidaknya musim ini,  yang tumben dilewatkan nama-nama beken seperti Steph Curry, Kevin Durant, Lebron, Kawhi hingga Giannis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun