Pemain yang memulai atau menapaki karir bersama Wizard mulai tahun kedua atau ketiganya di NBA memang cenderung mampu lebih berkembang terutama ketika memperkuat tim-tim bertipe atraktif di kemudian hari.
Berkembangnya potensi para alumni Wizard termasuk hal yang lumrah di NBA. Dengan jumlah tim yang tidak lebih dari 30 biji (dan masih bisa bertambah jika tim Seattle Supersonics kembali "dihidupkan" dan/atau tim asal Meksiko jadi bergabung), alumni tim mana pun amat bisa berkembang di tim-tim yang memang fondasinya relatif lebih matang, termasuk para pemain San Antonio Spurs yang dikenal jenjang dan jago tembak atau alumni Philadelphia 76ers yang dikenal dengan serudukan cepat dan bertenaganya. Terlebih alumni tim-tim tersebut rata-rata memang nyaris menjadi juara di tim sebelumnya.
Yang terjadi pada Wizard justru sedikit berbeda. Saat tim ini kesulitan untuk sekedar lolos ke babak playoff, begitu alumninya berpindah tim eh tiba-tiba justru malah jadi juara. Tanpa mengabaikan Kentavious Cadwell-Pope yang sempat juara bersama LA Lakers, setidaknya dalam lima atau enam tahun terakhir, terdapat beberapa nama yang mendapat durian runtuh tersebut, sebut saja Ish Smith, Thomas Bryant, Jeff Green, Gary Payton II, Jordie Meeks, atau Bobby Portis.
Itu belum seberapa. Tim yang fondasinya dibangun Wizard lewat draft pada rentang 1992 hingga 1996 seperti Juwan Howard, Darvin Ham, Â Rasheed dan Ben Wallace, sebagian justru lebih berkembang bersama tim baru mereka kelak Detroit Pistons pada tahun 2004.
Sebaliknya, duo pemain muda Golden State Warriors, Gilbert Arenas dan Antawn Jamison,  yang sempat bermain bareng pada awal millennium justru menjadi fondasi permainan Wizard sekitar empat atau lima musim setelahnya.
Hanya saja apa yang dirintis manajemen Wizard selama bermusim-musim untuk membangun tim yang kompetitif, dari awal hingga saat ini, tetap belum bisa menandingi pengaruh global yang dihadirkan Michael Jordan yang memutuskan kembali dari masa pensiun untuk bermain bersama Wizard (tim yang sahamnya saat itu juga dimiliki Jordan), meski hasilnya tidak terlalu tampak di lapangan apalagi posisi klasemen.
Tidak heran fans Wizard yang secara umum tidak terlalu berapi-api terhadap apa pun yang diraih timnya cenderung tidak berharap banyak terhadap penampilan tim yang diakuisisi Ted Leonis sejak Abe Polin wafat tersebut.
Ketika nyaris tidak ada pengamat NBA yang menduga Wizard bakal membangun tim kompetitf, Wizard justru tampil menjanjikan lewat duo rookie mereka John Wall (PG) dan Bradley Beal (SG)
Komposisi barusan bahkan membantu Wizard mengimbangi Toronto Raptors musim berikutnya yang lebih diunggulkan di atas kertas.
Bukan hanya itu, terbantu dengan mengilapnya shooter jangkung Davis Betrans dan kehadiran center Daniel Gafford (Chicago Bulls) di pertengahan musim 2021, Wizard bahkan mengembalikan potensi permainan Russell Westbrook yang dinilai sudah habis ketika bermain di Houston Rockets. Â