Final Wilayah NBA 2023 (semifinal NBA) boleh dibilang rada menarik musim ini. Empat tim yang lolos 11-12 dengan semifinalis NBA 2020 era Bubble di Orlando, di mana Boston Celtics bersua Miami Heat dan Denver Nuggets bertemu tim favorit saya Los Angeles Lakers (wlopun saya juga ngefans semua semifinalis ini sejak sekitar empat atau lima musim belakangan lantaran ciri khas mereka masing-masing).
Lebih ramenya, Heat dan Lakers bisa melesat sampai partai semifinal bukan sebagai unggulan atas karena Heat cuma memulai playoff dari peringkat delapan karena sempat kalah dari tim “mungil” Toronto Raptors dan Lakers naik ke peringkat tujuh setelah mengalahkan Minnesota Timberwolves yang tidak diperkuat Rudy Gobert di babak play in.
Terlepas dari proses keempat tim bisa sampai ke semifinal, keempat tim tersebut cukup mampu menunjukkan ciri khas mereka masing-masing, yang kerangkanya tidak dibentuk satu dua musim ke belakang (bahkan tim-tim perempat finalis lain, seperti Phoenix Suns juga membangun tim berintikan duet Devin Booker dan DeAndre Ayton mulai tahun 2018, sesuai dengan tahun draft Ayton).
NBA
Menariknya, para semifinalis ini rata-rata dibangun dengaan berintikan setidaknya dua defender di posisi starting five plus beberapa pemain dari bangku cadangan yang memastikan pertahanan tetap kokoh, sebut saja komposisi Kevin Garnett- Rajon Rondo -Tony Allen (2008), Danny Green- Kawhi Leonard- Tim Duncan-Manu Ginobili (2014), Draymond Green-Klay Thompson-Andre Iguodala (2016), Kyle Lowry-Marc Gasol-Fred Vanvleet (2018).
Bukan kebetulan jika pemain cadangan seperti Allen, Ginobilli, Vanvleet (pemain yang namanya dicetak miring) bisa memastikan defense tim mereka masing-masing tetap terjaga meski tidak semua dari mereka pernah masuk tim yang berisikan para jago defense entah sebelum, saat, atau setelah memperkuat tim yang menjadi juara di tahun tersebut.
Karena alasan itulah, kayaknya lebih enak mengurutkan ciri khas para semifinalis berdasarkan banyaknya defender paten dalam starting 5 plus posturnya, dimulai dari Boston Celtics.
Boston Celtics
Tidak sulit menerka gaya bermain Boston Celtics dari postur starting 5-nya, meski kadang soal tinggi badan kadang ditulis tidak terlalu valid, demi alasan strategi, seperti Kevin Dirant yang sejatinya bertinggi kurang lebih 211 cm, cuma kadang ditulis 206 cm untuk memastikan Durant dijaga defender yang tidak terlalu tinggi.
Starter Boston Celtics sendiri rata-rata memang jangkung dan jago tembak. Klo tidak jangkung biasanya berbadan gempal atau jago block shot untuk memastikan pemain tim lawan kesulitan menembak atau berpenetrasi sebut saja shot blocker Derrick White (193 cm/86kg/PG), Marcus Smart (196/100/SG), Jalen Brown (198/101/SG/SF), Al Horford (206/109/PF/C), Jason (203/95/SF/PF), Malcolm Brogdon (193/104/PG/SG), Rob Williams (206, keknya lebih tinggi/108/C), dan Grant Williams (198/107/SF/PF).
Tanpa bermaksud mengabaikan pemain-pemain seperti shooter jangkung Luke Kornet, Sam Hauser, atau Mike Muscala, power forward berpengalaman Blake Griffin serta petarung mungil Payton Pricard, delapan nama di atas bisa dibilang adalah rotasi wajib Boston Celtics selama babak playoff (yang bahkan nama Grant Williams bisa dibilang jarang dimainkan pada series kemarin.
Berbekal para defender yang bisa menembak plus pemain bertipe small forward yang dimainkan di posisi shooting guard seperti juga Klay Thompson (Warriors), boleh dibilang Celtics memiliki ekstra defender dalam diri Jalen Brown.
ZH Highlight
Defense Celtics makin solid lantaran mereka diperkuat pemain senior Al Horford, yang bertenaga pun rasanya tidak. Hanya saja Horford terhitung luwes, lincah, dan memahami benar posturnya sendiri sehingga mampu menjaga Joel Embiid,yang seperti juga Anthony Davis, jago membully mayoritas center NBA era sekarang, namun kesulitan menjaga pemain kekar bertenaga seperti Stephen Adams, Gobert, Robin Lopez, atau mungkin Rob Williams (yang di atas kertas posturnya memang setipe).
Jika ingin memberi sentuhan block shot di bawah jaring, Celtics bisa memainkan Rob Williams yang juga jago mengeksekuasi umpan lambung jadi slam dunk.
Hanya saja, pemain-pemain bertipe kekar seperti Rob Williams cenderung tidak terlalu cepat sehingga kerap dikerjai pemain mungil berkaki lincah, yang juga jago tembak tiga angka.
Praktis, dengan banyaknya defender yang rela pasang badan dari lingkar luar tembakan tiga angka hingga bawah jaring, kelemahan starting 5 Celtics tidak terlalu kentara, misal Smart yang finishing di bawah jaringnya kurang matang, serta Brown yang dribelnya kurang lengket meski finishing di bawah jaringnya (kadang) lebih berbahaya dari tembakan tiga angkanya.
Plus dengan postur dan akurasi tembakan 3 angka Tatum yang terbilang konsisten, praktis akan ada satu pemain yang bebas dari kawalan lantaran Tatum dan Brown langganan dijaga minimal satu pemain.
Bukan kebetulan, biasanya pemain tersebut adalah Al Horford. Dengan visinya yang keren, penjagaan yang lebih lapang, akurasi 3pt Horford bisa dibilang meningkat pesat. Keleluasaan ini jugalah yang membuat Horford bisa fokus menjadi defender paten, lantaran pemain lawan, baik saat bertahan maupun menyerang akan senantiasa fokus pada Tatum atau Brown.
Kebetulan juga meski demen nembak, pemain seperti Tatum, Brown, Brogdon, bahkan Smart rajin berpenetrasi membuka peluang.
Mungkin, dengan cederanya shooter Khris Middleton, penetrasi inilah yang membedakan Milwaukee Bucks dengan Celtics mengingat Wes Matthews, Joe Ingles, dan Jae Crowder lebih dikenal dengan defense dan akurasi tembakannya ketimbang penetrasinya.
Meskipun rentan cedera, dengan postur dan skill yang relatif lengkap, penetasi, visi, timing, akurasi tembakan tiga angka, serta kematangan finishing di bawah jaring menjadi alasan manajemen Celtics mendatangkan Malcolm Brogdon (beserta shooter jangkung berpengalaman musim ini, mengingat finishing (Smart), timing, daya rusak penetrasi, serta terlalu getol menembak tiga angka (Tatum) menjadi PR Celtics setidaknya tiga musim belakangan.
Denver Nuggets
Bukan tanpa alasan Denver Nuggets jadi tim urutan pertama wilayah barat musim ini. Selain lokasi stadium yang lebih tinggi dari stadium NBA lain, para pemain yang didatangkan Mike Malone tipe-tipenya sudah teruji mengisi kelemahan sekaligus memaksimalkan potensi Nikola Jokic (211 cm/129kg/PF/C) sebagai playmaker jangkung ajaib, bertempo lambat, kurang jago defense, dan selalu punya cara, termasuk dengan timing dan kesabaran, menceploskan bola ke jaring seketat apa pun defense pemain lawan
Lantaran kurang jago defense dan gampang jadi sasaran empuk serudukan pemain lawan, yang bisa memaksa Jokic bikin pelanggaran (maksimal enam sebelum foul out), Mike Malone mendatangkan banyak defender prima nan jangkung dan/atau berotot, dengan dribel, dan pergerakan tanpa bola bagus untuk menyambut umpan ajaib Jokic.
The Asylum
Sebut saja Aaron Gordon playmaker jangkung kekar dengan dribel bagus yang rasanya kok kurang meyakinkan cuman bertinggi 203 cm dan berberat badan 107 kg, mengingat saat menjaga Kevin Durant dengan sukses, tinggi keduanya terkesan tidak terlalu jauh, bahkan badan Gordon terlihat lebih “tebal” dari Durant.
Selain sempat meredam Durant di game-game awal, center dengan finishing prima, DeAndre Ayton kurang mampu meredam Jokic baik dari sisi offense maupun defense. Peran itu yang akhirnya lumayan bisa diemban Jock Landale dan Bismack Biyombo dari bangku cadangan. Meski ketika Ayton absen, Landale dan Biyombo kurang maksimal mengisi peran Ayton meski Landale bermain dari menit awal.
Balikk lagi ke Nuggets, Selain Gordon, Nuggets masih punya Michael Porter Jr. (biasa disingkat MPJ, 208cm/99kg/SF/PF), yang dinilai mirip Klay Thompson dengan versi lebih jangkung, yang artinya juga dikenal kurang jago dribel dan penetrasi.
Meski tidak jago dribel, dengan lebih banyak dimainkan di posisi small forward (padahal skill dan postur lebih cocok dimainkan di posisi power forward), Nuggets yang kekurangan shot blocker, punya pemain ekstra yang bisa mengambil rebound dan sesekali melakukan block shot lewat Gordon dan MPJ.
Defense Nuggets makin kokoh dengan masuknya shooting guard berbadan small forward, Kentavious Cadwell Pope (KCP, 196/93), yang seperti juga Marcus Smart, finishing bawah jaringnya tidak terlalu matang, meski defense dan akurasi tembakan tiga angkanya amat bisa diandalkan, terutama lantaran setidaknya satu pemain lawan terlalu fokus pada Jokic.
Pemain yang agak diragukan fans dan pengamat NBA (seperti juga para pemain lain, terutama sehabis cedera ACL yang membuat daya ledak penetrasinya berkurang dan makin rentan cedera meski tidak harus ACL, kecuali Kevin Durant, yang kebeneran lebih ngandelin keluwesan dan keunggulan postur saat bikin jump shot), Jamal Murray emang kliatan daya ledaknya nggak seeksplosif sebelumnya, meski begitu secara akurasi tembakan tiga angka terkesan justru makin akurat.
Meski cedera Murray bisa bikin doi jadi pintu masuk playmaker lawan lewat penetrasinya, dengan banyaknya defender paten (termasuk MPJ yang nggak kliatan abis rehat panjang karena cedera), dengan positioning para pemaen yang keren, tidak jarang Murray jadi pemotong umpan lawan, yang beberapa kali bisa memulai serangan balik Nuggets.
Terlebih di bangku cadangan, Nuggets setidaknya punya rookie Christian Braun (198/100/SF/SG) defender pantang menyerah yang akurasi tembakan tiga angkanya masih bikin deg-degan. Serta playmaker. Shooter. merangkap defender paten Bruce Brown (193/92) yang pergerakan tanpa bolanya amat cocok melengkapi gaya permainan Jokic.
fNBA Hoops
Jika masih kurang, Nuggets masih punya rebounder merangkap shooter berpengalaman Jeff Green, yang melengkapi delapan pemain yang dirotasi secara reguler oleh Mike Malone selama babak playoff.
Bahkan dengan skill yang melengkapi skill Jokic, tiga center Nuggets: petarung pantang menyerah Zeke Nnji, rebounder jangkung DeAndre Jordan, dan center dengan finishing paten Thomas Bryant, (dan shooter jangkung Vlakto Cancar) masih mendapat menit bermain yang minim. Terlebih sebenarnya mereka masih punya point guard Reggie Jackson yang jump shot dan penetrasinya bisa menghasilkan angka tidak sedikit.
Meski punya defender jangkung prima, tanpa finishing yang matang dari KCP, offense Nuggets bisa macet, jika akurasi KCP dan MPJ (yang diuntungkan posturnya yang tinggi) lagi kurang nampol. Beruntung mereka masuh punya Bruce Brown, Gordon, dan Murray yang meringankan tugas Jokic sebagai playmaker.
Los Angeles Lakers
Buat fans, pencapaian Lakers akan selalu dianggap luar biasa musim ini lantaran memulai musim dengan 2 kali menang dan 10 kali kalah.
Meski jadi tim dengan defense paling rapat di NBA, Lakers praktis hanya punya 3,5 defender pada starting 5-nya yaitu center/power forward Anthony Davis (208/115kg), defender multiposisi (kecuali mungkin pas ketemu center badan tebel) yang nggak bisa nembak Jared Vanderbiit (203/97), dan Austin Reeves (196/89) yang rela badannya ditubrukin di restricted area buat mastiin pemain lawan dapet 1 foul.
Lebron (206/113), klo niat dan stamina mendukung, emang jago nutup ruang penetrasi (dan ngeblok bola), cuman setelan pabriknya tetep playmaker dan finisher yang bikin deg-degan klo doi mulai nembak.
Karena defense Lebron yang nggak bisa digeber terus-menerus, terutama babak reguler, Lakers cenderung keteteran jika bertemu tim dengan defender merangkap playmaker jangkung jago penetrasi semacam Clippers atau Suns.
Dari bangku cadangan, Lakers juga masih punya beberapa defender rada paten: Dennis Schroder, yang meski mungil, doi punya tangan yang jail dan rela jatuh bangun ketika ngerebut bola. Kebetulan juga, doi bikin Celtics tambah keren begitu doi pindah dari Celtics dan posisinya diisi Derrick White yang jago ngeredam penetrasi.
Mereka juga masih punya SG/SF Troy Brown (201/98) yang defense dan 3pt-nya lumayan. Hanya saja, doi belum teruji berhadapan dengan forward yang lebih kekar.
Untuk menghadapi forward yang lebih kekar, Lakers lebih mempercayakan Rui Hachimura (203/104) atau Wenyen Gabriel (206/103), yang kerap bikin pelanggaran akibat posturnya yang nanggung terutama di bawah jaring.
Sekilas, ketika dijejerin, lima starter Lakers lebih terkesan ramping dengan postur gede Davis yang paling menonjol.
Ketika bugar, Davis nyaris bisa menjaga pemain mana pun selama tenaganya nggak lebih gede kek Dwight Howard (yang untungnya lagi merantau ke Tiongkok).
Dengan defense-nya yang keren, fans Lakers dan fans tim lain, nggak bisa menutup mata klo Lakers dan tim lain, di saat playoff, dinilai sengaja memilih lawan. Kebetulan lawan-lawan Lakers sebelum Nuggets dinilai kurang punya center yang kekar bertenaga. Jaren Jackson Jr, (Grizzlies) memang jago ngeblok, tapi dari sisi volume badan, jelas nggak sekekar Steven Adams yang emang lagi cedera.Selain defense, kelebihan para pemain Lakers ada pada playmaking. Nyaris semua pemain yang dimainkan pasti jago penetrasi kecuali D’angelo Russell dan Anthony Davis. Sayang tidak semua playmaker Lakers jago tembak. Praktis hanya Russell, Reeves, dan Hachimura (yang belum teruji dijaga defender jangkung) yang bisa nembak. Bahkan Reeves juga jago mancing pemain lawan bikin pelanggaran pas doi nembak.
All day lakeshow
Lagi pula, meski tampil bagus di babak playoff, kecuali Kevin Durant, Devin Booker, dan Donovan Mitchell, nyaris semua pemain yang jago jump shot bakal diuji mentalnya oleh defense ala playoff yang lebih rapat, termasuk Lonnie Walker dan Hachimura yang jump shotnya sempat keren di beberapa game playoff.
Untuk menghadapi para pemain yang lebih jangkung di paint, Lakers sebenarnya masih punya Mo Bamba yang block shotnya lumayan. Sayang lantaran belum begitu bugar, dan tidak semua pemain Lakers bertubuh raksasa layakya mayoritas starter Orlando Magic, langkah kaki Bamba yang cenderung lambat jadi lebih kentara. Kehadiran Bamba (diberitakan sedang cedera) mungkin bisa memberikan unsur "size" ketika menghadapi tim-tim yang secara sekilas lebih jangkung dan/atau berotot ketimbang Lakers. Bukan kebetulan, ketika menjadi juara tahun 2020, Lakers nyaris selalu unggul postur di tiap putaran playoff dengan kehadiran Dwight Howard (208/120)/Javale Mcgee (213/122), Anthony Davis, dan Lebron di mana setiap bertemu starting-5 tim lawan, Lakers setidaknya unggul postur setidaknya di satu posisi, yang akan tak terkawal di bawah jaring jika penjagaan pemain tim lawan berfokus pada Lebron atau Davis.
Musim ini, peran tersebut sebenarnya bisa diisi Jared Vanderbiit. Sayang karena finishingnya tidak sebertenaga Howard, dunk Vanderbiit tidak terlalu efektif dan kurang mengundang pemain lawan untuk melanggar Vanderbiit. Terlebih meski punya defense bagus, tim lawan kadang akan dengan senang hati membiarkan Vanderbiit nembak. Mungkin di satu game doi bisa masukin 3 dari 5 tembakan, cuma di game-game lain, lebih banyak ga masuknya, Nggak heran di game enam kemaren, posisi Vando kadang diisi Schroder
Miami Heat
Melihat dari segi postur, starting 5 Miami Heat, di atas kertas emang paling bisa dikerjain sama tiga tim di atas. Cuman ngeliat lawan-lawan Heat selama babak playoff, mereka justru bisa ngerjain para raksasa jago tembak Bucks dan para petarung berotot bawah jaring New York Knick.
Meski unggul otot dan jago defense, potensi offense Knicks tidak terlalu maksimal lantaran Mitchell Robinson kurang jago bikin angka di bawah jaring, padahal Bam Adebayo (206/116) tidak terlalu tinggi sebagai center.
Nggak heran, mesti punya guard selengkap Jalen Brunson, Knicks jarang mainin kombinasi pick and roll untuk ngebuka variasi serangan, entah itu lewat lob, umpan pemain yang bergerak tanpa bola (mengingat mereka juga kurang punya shooter paten yang juga punya defense bagus).
Terlebih para scorer Heat, yang kebeneran kurang jago defense seperti Tyler Herro dan Victor Oladipo juga cedera.
Hanya saja kelebihan Miami Heat ada pada kejeniusan Eric Spoelstra yang kali ada lima kali nganter Heat sampai semifinal.
Selain itu, Heat juga dikenal hobi mendatangkan pemain berpengalaman bermental baja dengan defense dan finishing prima seperti playmaker Kyle Lowry (183/89), Jimmy Butler (201/104) pemain serbabisa yang mungkin cuman ga bisa nembak tiga angka, serta Kevin Love (203/114) pemain jangkung yang bisa defense dan nembak, tapi di era sekarang yang posturnya mirip dan akurasinya lebih bagus kayaknya udah lebih banyak.
Meski secara postur kurang meyakinkan, pengalaman dan mental mereka sudah teruji di partai-partai besar.
Terlebih, meskipun terbilang mungil, pemain seperti Butler dan Lowry cenderung jail dan agresif. Mereka pantang menyerah menutup dan memotong umpan pemain lawan.
Tidak heran, para pemain yang dicari oleh pemandu bakat Heat adalah pemain bertipe serupa sebut saja Gabe Vincent dan Max Strus (196/198).
Bukan kebetulan juga Strus dan Vincent merupakan playmaker jago defense dan jago tembak, yang tidak harus menjaga pemain satu lawan satu tapi disesuaikan dengan titik lemah lawannya.
Ketika melawan Giannis yang tinggi menjulang, bertenaga, dan tidak jago tembak, Heat memastikan Giannis dijaga tiga pagar hidup sejajar agar tidak bisa leluasa mengirim umpan.
Kebetulan dengan posturnya yang lebih kecil, para defender Heat bisa menyomot bola dari dribel pemain yang lebih tinggi serta menutup ruang penetrasi dengan lebih cepat seiring lincahnya kaki-kaki pemain Heat.
Channel: Luis Claudio De Jesus
Dengan postur dan gaya bermain yang mirip, Caleb Martin (196/83) atau Haywood Highsmith (196/100) bisa memainkan gaya yang sama.
Secara offense, pemain mungil seperti Vincent, Lowry, dan Strus biasanya punya pergerakan dengan atau tanpa bola yang lincah sehingga bisa dapet ruang tembak yang lapang dengan lebih leluasa serta bisa lebih luwes menembak ketimbang pemain yang lebih jangkung.
Meski punya otot, visi, dan umpan yang bagus, postur serta jump shot Adebayo kebih sering bikin deg-degan ketimbang happy. Tanpa defense yang keren, rasanya tembakan Adebayo rentan serangan balik.
Untung, Heat bisa memaksimalkan tinggi badan Cody Zeller (211/109) untuk memainkan peran sebagai center jaman sekarang untuk menjaga paint dan sesekali ngedunk.
Jika butuh shooter, akurasi Duncan Robinson kayaknya sudah membaik musim ini, dengan badan yang lebih kokoh pula.
Secara sederhana, seperti juga tahun-tahun sebelumnya dan mungkin tahun-tahun berikutnya, selama gaya bermain NBA nggak berubah banyak, komen abal-abal di atas didasarkan pada komposisi 1-3-1, di mana lima pemain yang ada di lapangan minimal bisa berperan sebagai playmaker yang jago penetrasi, tiga defender setidaknya setinggi 201 sampai 203 cm yang jago nutup ruang tembak dan penetrasi (bisa tidak terlalu tinggi selama berbadan gempal seperti Draymond Green atau Marcus Smart yang bisa menjaga Joel Embiid (213cm/127 kg)), serta satu center bertinggi 211 cm yang jago ngeblok bola)
Sebagai catatan, meski punya punya shot blocker paten, kalau trio defendernya kurang jago nutup ruang tembak atau ngeredam penetrasi sebelum sampai ke big man bisa jadi shot block juga kurang maksimal. Sebaliknya, meski ngga punya shot blocker jangkung, klo defense bisa ngeredam tembakan atau penetrasi bisa ga gampang dimasukin dari deket jaring defensenya tetep bisa dibilang efektif (kayaknya semua orang juga paham klo ini #eh)
Plus, jika mengandalkan tembakan tiga angka, tim-tim di atas biasanya mengandalkan ekstra playmaker yang kadang beroperasi di dekat jaring seperti Tatum/Horford (Celtics), Gordon/Jokic (Nuggets), Lebron/Davis (Lakers), dan Adebayo/Butler untuk membuka ruang seperti yang dilakukan point guard utama tim masing-masing sebut saja Marcus Smart, Jamal Murray, D'angelo Russell. dan Gabe Vincent.
Dengan dribel yang juga luwes, pemain seperti Butler, Lebron, Gordon, dan Tatum bahkan lebih sering memulai serangan tim masing-masing.
Sebagai tambahan, belajar dari pertandingan Heat saat bertemu Celtics, terutama dari Jimmy Butler dan trio rada mungilnya (Lowry, Vincent, Strus), selain keempat, bahkan lima jika ditambah Adebayo memang punya defense dan otot, Butler, Strus, dan Vincent punya finishing yang luwes dan bertenaga untuk penggedor pertahanan lawan sebagai playmaker, dan jika mendapat umpan matang dari dalam area dua angka, jika punya space cukup lapang akibat penjagaan dua pemain terhadap pengirim umpan Vincent, Lowry, bahkan Butler yang konon ga bisa nembak tiga angka tapi jump shot plus serudukannya bikin keder bisa nembak tiga angka.
Bukan kebetulan tembakan pemaen mungil semodel Strus (ga mungil amat), Isaiah Thomas atau Kemba, klo emang bisa nembak, akurasi atau tembakan bolanya terkesan lebih mantep dari pemaen yang lebih jangkung.
Skema offense ala Heat tersebut bisa jalan selama defense mereka bisa jalan. Hanya saja, defense pemain mungil biasanya lebih rentan keseruduk penetrasi atau dilewati tembakan pemain-pemain yang rada jangkung atau berotot, dengan langkah kaki lincah (defense mereka juga rada lebih sulit dilewati berkaca dan defense dan offense antara Austin Reeves yang sebenernya defense dan offense-nya tergolong bagus, cuman di dilewati dengan relatif mudah oleh Aaron Gordon dan Gordon juga rada dilewati Reeves yang mesti bertenaga masih kurang tinggi dan tebal dari Gordon). Rumus ini sepertinya sudah berlaku sejak lama, bahkan sebelum era Steve Nash (kurang lebih tahun 2006) yang jago mengeploitasi kelemahan lawan baik dari sisi kekuatan fisik/kecepatan (bahasa kerennya mismatch).
Belajar dari sepakbola, basket dan sebagainya, terkadang NBA (dan cabang olahraga kompetitif apa pun) seperti lomba lari antara kancil dan kura-kura (yang meski belum/nggak tanding mestinya kliatan mana yang unggul). Perlu kombinasi antara kura-kura yang lari pantang menyerah dan kancil yang ngantuk di tengah jalan untuk memastikan kancil nggak nyelonong ke garis finish duluan.
Ngomong-ngomong, silakan klo ada yang mo mengoreksi data, fakta, atau coretan apa pun di opini nirmutu ini, kebeneran ada beberapa data yang kurang pas, misal tentang Howard yang ternyata maen di Taiwan dan Hawks yang sebenernya ngalahin Heat di play in alih-alih Raptors
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H