Melihat bagaimana Spurs punya konsep cara bermain yang jelas, mungkin sebagian dari kita nggak ada yang menyangka bahwa Spurs termasuk tim yang nilai jualnya tidak terlalu besar dari musim ke musim.
Bahkan, dengan penampilan yang relatif konsisten dari satu musim ke musim berikutnya, Spurs termasuk tim yang tidak disukai media karena nyaris semua pemain Spurs nggak ada yang neko-neko saat bermain (kita doyan nyang modelnya begini).
Terlebih, San Antonio merupakan kota militer yang juga banyak turisnya makannya mereka lebih doyan melancong ketimbang ngejogrog nonton pertandingan olahraga.
Meski penampilan tim terbilang maju kagak mundur juga kagak, Spurs tetap kekeuh dengan gaya bermain yang selama ini menjadi ciri khas mereka selama ini, termasuk dengan mendatangkan beberapa pemain seperti playmaker Rod Strickland dari New York Knicks (bertukar seragam dengan Cheeks) karena punya gaya bermain mirip Moore yang makin kemari lebih banyak dimainkan dari bangku cadangan, rookie jangkung Willie Anderson sengaja dimainkan sebagai shooting guard karena bisa bergerak tanpa bola dan punya jump shot lumayan, defender lincah dengan finishing bawah jaring prima dan jump shot lumayan, serta forward lincah yang nggak egois Terry Cummings yang didatangkan dari Milwaukee Bucks karena alasan yang sama dengan Rod Strickland.
Praktis hanya center berkaki lincah David Robinson yang jumpshotnya tidak seluwes rekan-rekannya. Bukan hanya jump shot, meski jago ngeblok dan dominan di bawah jaring, finishing di bawah jaringnya tidak begitu luwes, terutama jika bertemu center yang sama-sama kokoh dan lincah.
Meski sempat berganti pelatih beberapa kali, misal pada musim 1992/1993, dengan pemain yang bertipe mirip para pendahulunya, misal shooting guard merangkap defender Dale Ellis atau power forward Antoine Carr, Spurs tetap bisa melangkah jauh setidaknya sampai perempat final karena permainan Spurs berpusat pada Robinson.
Bedanya kali ini pelatih John Hill (dan General Manager Gregg "Pop" Popovich) lebih mempercayakan alur serangan pada playmaker mungil Avery Johnson yang bak bola bekel dan lebih nyaman menyelesaikan serangan lewat penetrasi yang diakhiri dengan lay up.
Terlebih Johnson punya rekan sekaligus pelapis dengan gaya bermain cukup menarik, Vinny Del Negro. Berperan sebagai point/shooting guard yang hobi membelakangi jaring, Vinny bukan hanya bisa memberikan umpan secara tiba-tiba, tetapi juga melepaskan tembakan tiga angka selepas menerima umpan matang dari Johnson misalnya.
Bersama forward klasik Chuck Person, playmaker mungil Doc Rivers, forward yang bisa melakukan apa pun kecuali menembak Dennis Rodman, dan center gaek Moses Malone, Willie Anderson dan kawan-kawan. Berhasil membawa Spurs meraih prestasi terbaik selama era Spurs berdiri yaitu semifinal NBA tahun 1995.
Meski dengan kehadiran Rodman, defense dan pergerakan bola menjadi lebih hidup (karena Rodman akan lebih banyak mengalirkan bola kecuali di bawah jaring), finishing Johnson atau Robinson justru lebih banyak mentok di bawah jaring ketika berhadapan langsung dengan Hakeem Olajuwon.
Sayang selepas semifinal tersebut, prestasi Spurs cenderung menurun dan Robinson justru cedera. Tidak heran, sehingga prestasi Spurs langsung melorot jauuuh. Tidak heran General Manager Gregg Popovich mengajukan diri sebagai pelatih selepas melepas jabatan Bob Hill.