Setiap tim NBA biasanya punya skema permainan yang jelas. Meski tidak semua tim menggunakan skema yang sama, tim NBA saat ini umumnya mempercayakan alur serangan pada playmaker yang dikelilngi tiga penembak jitu dan satu pemain yang sigap menjaga bawah jaring.
Skema bisa lebih bervariasi apabila penembak jitu di sekeliling playmaker juga mempunyai dribel yang bagus lantaran mereka juga bisa berperan sebagai playmaker, bergantian dengan playmaker utama yang bisa berganti peran sebagai penembak jitu andai kata akurasi tembakan tiga angkanya lumayan.
Jika forward di sekeliling playmaker terbilang tangkas dan tinggi (atau terkesan tinggi karena berkaki jenjang dan punya rentang tangan panjang), ditambah akurasi tembakan tiga angka yang lumayan, pemain tersebut bisa mengisi peran center, menggantikan peran center utama yang rehat sejenak.
Bukan hanya soal posisi pemain, seperti juga sepak bola, basket juga mengenal pentignya mengisi ruang kosong di lapangan. Konsepnya sederhana. Ketika bola berada di kanan, pastikan ruang di sebelah kiri jangan sampai kosong, begitu pula sebaliknya. Ketika bola berada di area tiga angka, pastikan ada pemain yang siap melakukan rebound dekat jaring atau setidaknya bergerak dari area tiga angka untuk menyambut bola muntah dan sebaliknya.Itulah pentingnya pemain yang rajin bergerak tanpa bola di era sekarang ini, terutama jika aliran bola lebih banyak bergerak di area tiga angka.
Hanya saja, permainan basket bukan hanya soal cara memasukkan bola sesimpel mungkin, tetapi juga mencegah bola masuk dengan mudah. Meski variasinya beragam (dan akan terus berkembang), prinsipnya terbilang sederhana,
Lantaran bola lebih banyak mengalir dari area tiga angka, otomatis semua pemain diharapkan sigap menghadang penembak jitu melepaskan tembakan tiga angka sekaligus mencegah mereka berpenetrasi mendekati jaring.
Jika fisik mereka tidak terlalu kokoh, menimal pemain bertahan mampu mengimbangi  kecepataan para playmaker, syukur-syukur ikut membantu center mengeblok tembakan lawan.
Lantaran, pemain bertahan lawan dituntut bisa menutup ruang gerak pemain lawan, tim-tim NBA lebih suka memilh pemain bertubuh jangkung setinggi kurang lebih dua ratus cm  untuk menutup ruang gerak pemain (yang biasanya bertinggi 191 (untuk guard) hingga 213 cm (untuk center).
Klopun pemain bertahan bertubuh mungil, pemain tersebut diharapkan mampu menutup ruang gerak sekaligus menyerobot bola dari dribel pemain yang lebih jangkung minimal di tiga posisi. Klo tidak, pemain mungil ini biasanya akan menjadi bulan-bulanan pemain yang lebih licah dan tinggi, terutama di babak play off.Â
Kenapa di babak play off? Â Tidak seperti di babak reguler di mana pemain biasanya hanya menampilkan 40-70% kemampuannya demi menjaga kebugaran sepanjang 82 laga, di babak play off, pemain akan lebih mengeluarkan kemampuan fisik lantaran kompetisi bergulir dengan sistem gugur. Untuk itulah pemain yang biasanya mengeluarkan 130% tenaganya di babak reguler, akan kesulitan menghadapi pemain-pemain yang bermain 100% di babak play off.
Balik lagi ke soal guard mungil, lantaran guard mungil dianggap kurang jago defense, tim-tim NBA disarankan untuk tidak memainkan dua guard mungil bertipe offensive di satu lapangan, kecuali keduanya dilindungi setidaknya dua forward lincah yang bisa menutup ruang gerak penembak jitu dari area tiga angka.
Meski coretan ini akan membahas perubahan-perubahan kecil, terutama dari segi komposisi pemain dibanding musim lalu, gambaran umum di atas perlu sedikit dibahas lantaran tema tersebut mau tidak mau akan muncul pada pembahasan tiap tim yang kedatangan pemain baru musim ini.
Kita mulai dari Atlanta Hawks
Komposisi utama Hawks musim lalu tidak memakai skema yang umum seperti yang dipakai kebanyakan tim NBA saat ini lantaran jika semua pemain utama fit mereka akan memainkan Trae Young (PG), Kevin Huerter/Cam Reddish (SG), DeAndre Hunter (SF), John Collins (PF) dan Clint Capela (C) yang mana Cam dan Hunter (yang rentan cedera) bukan penembak jitu dengan akurasi yang bagus.
Dengan berbekal pemain seperti Huerter dan Hunter yang tangkas dan punya kecepatan bagus, mereka cenderung lebih banyak bermain run and gun memanfaatkan serangan balik cepat di mana akurasi tembakan tiga angka bertumpu pada Young dan Collins (yang akurasi tembakan tiga angkanya tidak terlalu konsisten).
Skema umum NBA baru bisa dipakai justru ketika pemain dari bangku cadangan yang lebih jago tembak seperti Bogdan Bogdanovic dan Kevin Huerter (PG,SG, SF) mulai bermain atau mengisi salah satu forward yang cedera.
 Ketika para guard tersebut masuk, Young, Huerter, atau Bogdanovic bisa bebas menusuk pertahanan lawan sembari mengirim umpan tajam pada para shooter atau umpan lambung ke Capela.
Channel: San Antonio Spurs
Lantaran sebagian pemain Hawks bisa bermain di beberapa posisi, terkadang pelatih Nate Mcmillan mempercayakan John Collins di posisi center dan menggeser Hunter ke posisi yang ditinggalkan Collins, dan membiarkan para guard memainkan aliran bola, dengan begitu variasi dari area tiga angka lebih beragam. Kalaupun ingin menambahkan ketajaman dari area tiga angka, Nate Mcmillan bisa memainkan Dario Galinari (SF/PF) yang bukan hanya bisa menembak tetapi juga beroperasi ke bawah jaring.
Musim ini, Hawks tidak lagi diperkuat Delon Wright (Washington Wizard), Reddish (New York Knicks), Huerter (yang kini terbukti cocok berduet dengan DeAaron Fox di Sacramento Kings), dan Gallinari (Boston Celtics #cedera). Meski begitu kedatangan kakak beradik Justin dan Aaron Holiday (Indiana Pacers) DeJounte Murray (San Antonio Spurs), Frank Kaminsky (Phoenix Suns), dan rookie AJ Griffin. Alih-alih menurun, penampilan Hawks justru meningkat setidaknya di awal musim.
Tidak seperti Huerter, penembak jitu, yang perlu space untuk menciptakan peluang, sebagai alumni San Antonio Spurs, Murray dikenal sebagai pemain yang lengkap, yang bukan hanya jago bertahan, tetapi juga punya kecepatan untuk menyelesaikan serangan dari berbagai posisi sekaligus mengeblok tembakan, meski akurasinya tiga angkanya tidak sebagus Huerter.
Menariknya, dengan kedatangan Murray akurasi tembakan tiga angka Young cenderung menurun, meski tembakan jarak (lebih) jauhnya masih tetap berbahaya.
Dari bangku cadangan, pemain pelapis Hawks mungkin tidak sebagus musim lalu lantaran kakak beradik Holiday lebih dikenal sebagai pemain offensive ketimbang defender. Peran sebagai pemain defensif bisa diisi Jarrett Culver yang punya fisik bagus dan jump shot lumayan layaknya Reddish.
Pemain yang perannya belum bisa diisi pemain lain adalah kekuatan fisik dan akurasi tembakan Gallinari, lantaran meski dikenal sebagai penembak jitu, akurasinya belum sebagus Gallinari.
Menariknya, seperti kebanyakan rookie musim ini, pemain seperti Griffin yang licin dan punya jump shot bagus bisa mengisi sekaligus berduet bareng Trae Young sebagai playmaker lantaran keduanya sama-sama licin.
Boston Celtics
Untuk tim yang komposisi pemainnya sudah terbentuk dua hingga tiga musim lalu, tidak banyak yang bisa dibahas dari Boston Celtics. Berbekal pemain seperti Marcus Smart (SG/PG), Derrick White (SG/PG), Jaylen Brown (SG/SF), Jayson Tatum (PG/PF), dan Al Horford (PF/C), Celtics dikenal sebagai tim dengan pertahanan tertangguh dan tim dengan spacing bagus.
Bukan hanya mampu menutup ruang gerak para playmaker dan penembak jitu dari area tiga angka, pemain-pemain bertubuh jenjang seperti Jayson Tatum bahkan bisa menyerobot umpan lambung sebelum sampai ke center lawan.
Ketika melakukan serangan balik atau memulai serangan, spacing Celtics otomatis terhitung lapang karena perhatian bertahan lawan biasanya tertuju pada Jason Tatum yang bukan hanya jago melepaskan tembakan tiga angka, tapi juga menusuk pertahanan lawan sembari mengirim umpan ke para penembak jitu di sekelilingnya termasuk Horford.
Tidak harus lewat drive and kick (tusukan dan umpan tajam ke area tiga angka, umpan para playmaker di area tiga angka pada pemain yang datang dari belakang pun bisa menghasilkan angka apabila pemain bertahan lawan memberi ruang sedikit terlalu lebar pada shooter Celtics.
Serangan Celtics juga terhitung bervariasi lantaran tidak hanya lewat para pemain yang bisa bermain sebagai playmaker (baca: point guard), begitu bola diarahkan ke Horford, bola tidak hanya bisa dieksekusi lewat jump shot namun bisa berubah jadi umpan pada pemain yang bergerak tanpa bola.
Pergerakan tanpa bola pemain Celtics mungkin tidak sekentara pemain lain, lantaran spacing Celtics memang otomatis sudah lebar dengan banyaknya pemain berfisik prima (dan makan tempat) dengan akurasi tembakan tiga angka bagus seperti Jaylen Brown dan Tatum.
Menariknya meski Tatum dan Brown punya akurasi tembakan angka lumayan, tembakan tiga angka Celtics banyak berasal dari White, Grant Williams (SF/PF), Malcolm Brogdon (PG, Indiana Pacers), Sam Hauser, atau point guard mungil pisan Payton Prichard lantaran dua maskot Celtics tersebut mendapat penjagaan yang ketat.
Channel: Hooper Highlight
Dengan munculnya nama-nama seperti Hauser, Williams, Brogdon, Luke Kornet, bahkan penembak jitu di pojokan Noah Vonleh (alumni Portland Trail Blazers) di daftar pencetak angka berarti kelemahan Celtics di bangku cadangan selama ini sedikit teratasi, mengingat para mantan rookie mereka seperti Romeo Langford atau Aaron Nesmith belum berhasil memaksimalkan talenta mereka sebagai defender tangguh dan terutama akurasi tembakan tiga angka saat masih berseragam Celtics.
Bahkan jika masih kurang, Celtics bisa memainkan dua jago dunk (yang biasanya juga jago block shot), Blake Griffin atau Rob Williams, di posisi center menggantikan peran Horford yang bisa dimainkan sebagai power forward atau diberi kesempatan jeda sejenak di bangku cadangan (karena faktor U). Sayang keduanya terbilang rentan cedera.
Ngomong-ngomong soal cedera, bukan hanya dua center Celtics yang cedera, melainkan juga Gallinari hingga akhir musim, dan mungkin kadang-kadang Brogdon. Brogdon sendiri didatangkan dari Indiana Pacers lantaran Celtics membutuhkan pemain kreatif (yang bisa bertahan dan menembak) lantaran Tatum bukan pemain kreatif murni. Spacing Celtics selama ini bisa bagus lantaran akurasi dan drive Tatum memang bagus, meski kekuatan fisiknya belum sebagus playmaker jangkung yang lain.
Terlebih menghadapi permainan kreatif tim lawan, offense Celtics sering mati gaya. Â Menariknya, dengan banyaknya pemain yang cedera, Celtics masih jadi tim engan kekalahan paling sedikit di NBA musim ini.
Brooklyn Nets
Meski musim lalu, saat kompetisi berjalan, Nets tidak diperkuat James Harden, Brooklyn Nets masih tetap tim yang berbahaya lantaran masih diperkuat Kyrie Irving (PG), shooter tajam Seth Curry (SG), guard defesif tajam idola fans Nets Bruce Brown (kini Denver Nuggets), dan center jago nerima umpan lob Nic Claxton.
Meski tidak diperkuat Ben Simmons, dan shooter yang akurasi tembakan tiga angkanya sebagus Seth, Joe Harris, karena cedera, ketajaman Nets tidak banyak berubah lantaran Nets diperkuat pemain senior berpengalaman seperti guard Patty Mills dan Goran Dragic, forward Blake Griffin, dan center jago block shot Andre Drummond.
Dengan banyaknya pemain bertipe menyerang berkualitas, Nets dikenal sebagi tim yang tajam, tanpa terlalu memperhatikan defense. Kemampuan menyerang Nets tetap terjaga lantaran ketika bola berada di tangan Durant atau Irving otomatis posisi penembak jitu cenderung terbuka, lantaran dua all star ini minimal dijaga seorang pemain.
 Sayang, lantaran permainan Nets terlalu berpusat dari dan ke Irving dan Durant, sengatan Nets berhasil dijinakan defense Boston Celtics 4-0 tanpa balas di putaran pertama babak playoff lalu.
Musim ini, selain kembali diperkuat pemain yang sudah pulih dari cedera, Nets juga kedatangan forward dengan defense lumayan Markieff Morris, forward dengan jump shot mematikan TJ Warren (yang sayang rentan cedera), dan terutama Royce O'Neal (Utah Jazz) yang mengisi peran Brown. Kebetulan, mesti tidak terlalu tinggi, O'Neal dikenal sebagai defender yang bagus saat bermain untuk Jazz beberapa tahun lalu.
Channel: ZH Highlight
mengusung pola permainan yang hampir sama dengan musim lalu, menarik melihat peran Ben Simmons di musim ini, terutama lantaran Ben Simmons merupakan pemain berpostur tinggi yang bisa melakukan apa pun kecuali menembak.
Dikelilingi pemain yang tidak butuh ruang lebar untuk melepaskan tembakan tiga angka, kelebihan Ben Simmons sebagai pengumpan jenius tereksplorasi dengan baik ketika Simmons dimainkan sebagai center. Terlebih sebagai center, Ben tidak harus menembak dan dengan umpannya yang tajam, sanggup menarik perrhatian setidaknya satu defender lawan.
Dengan begitu, pemain seperti Morris, Seth, Edmond Sumner yang licin atau Yuta Watanabe kerap berdiri bebas di pojokan bisa melepaskan tembakan akurat.
Charlotte Hornets
Nyaris tidak ada yang berubah dari Hornets musim lalu. Pada periode yang relatif sama dengan saat ini, Hornets tampil amat menjanjikan lantaran mereka masih diperkuat pemain bertempo cepet seperti Lamelo Ball (PG/PF), scorer mungil Terry Rozier, small forward bertempo lambat dengan visi dan jump shot bagus Gordon Hayard (PG/SF) atau defender penembak jitu Kelly Oubre (SF/PF), Power Forward pantang menyerah PJ Washington, serta center yang jago slam dunk dan membuka ruang Mason Pumlee.
Dengan memainkan run and gun, Lamelo bisa menusuk pertahanan lawan sekaligus memberi umpan tajam pada Rozier atau forward bertipe tangkas seperti Jalen McDaniels (yang juga jago ngeblok), serta Oubre yang memang hobi melepaskan tembakan tiga angka (meski sangat tidak konsisten akurasinya), atau pada PJ Washington dan Miles Bridges yang menyelinap di antara pertahanan pemain lawan. Sebagai variasi, Rozier dan Lamelo bisa bertukar posisi lantaran punya akurasi tembakan yang bagus.
Sayang, tempo permainan cepat nan menghibur Hornets sedikit menurun seiring absennya beberapa pemain, sebut saya Lamelo yang masih cedera dan absennya Bridges karena masalah hukum yang diduga, dilakukanya.Â
 Tanpa kehadiran pemain kunci, serangan Hornets terlalu mudah terbaca karena bertumpu pada pemain mungil Terry Rozier dan pelapisnya yang juga mungil Dennis Smith Jr (Portland Trail Blazers).
Dari sisi defense pun, dengan berkurangnya pemain bertipe pengeblok bola seperti Bridges, serangan balik Hornets berkurang ketajamannya.
Channel: The Assylum
Hornets memang masih punya playmaker Theo Maledon (Oklahoma City Thunder). Sayang. tanpa akurasi tembakan tiga angka yang mumpuni serta kemampuan mencetak angka yang luwes di bawah jaring, umpan Maledon praktis sulit membuka ruang bagi pemain lain, termasuk pada rookie potensial mereka Mark Williams, yang di atas kertas amat cocok dengan Hornets, lantangan punya langkah kaki yang lebar serta kemampuan melompat sembari menyambut umpan.
Â
Chicago Bulls
Seperti halnya Hornets, praktis tidak ada yang banyak berubah dari Chicago Bulls. Â Mereka masih diperkuat tulang punggung yang sama seperti halnya musim lalu yaitu empat pemain yang bisa bermain sebagai playmaker ditambah satu center dengan tembakan akurat.
Empat playmaker tersebut adalah Ayo Dosunmu (PG), DeMar Derozan(SG) yang masih tetap mematikan di bawah jaring dan area lemparan bebas, Zach Lavine (SF) yang mampu melepaskan tembakan akurat dari area mana pun yang dia mau, serta forward dengan kemampuan menutup ruang tembak pemain lawan Patrick Williams (PF).
Kehadiran pemain Patrick Williams, Derrick Jones, serta playmaker Alex Carruso dari bangku cadangan bukan hanya memastikan defense Bulls tetap terjaga, tetapi juga mampu mengisi ruang kosong di bawah jaring mengingat center Nikola Vucevic yang juga punya umpan tajam ke area tiga angka, cukup sering beroperasi di area tiga angka mengingat akurasi tembakannya cukup akurat untuk seorang center.
Dosunmu, yang tampil konsisten lewat finishingnya di bawah jaring dan area tiga angka musim lalu, berhasil mengisi peran Lonzo Ball yang memang rentan cedera serta kerap kesulitan mencetak angka di bawah jaring.
Channel: Hooper Highlight
Di atas kertas, dengan banyaknya pemain kreatif yang punya tembakan akurat, termasuk forward jangkung dengan akurasi tembakan tiga angka lumayan Tony Bradley, Bulls tidak kesulitan membuka ruang dan mencetak angka, terlebih di bangku cadangan mereka kini diperkuat scorer berpengalaman Goran Dragic dan center Andre Drummond yang cukup sigap mengambil rebound.
Hanya saja, meski kerap memeragakan umpan antar pemain yang cepat dan tajam, Bulls terlalu sering melepaskan tembakan sulit di bawah pengawalan pemain lawan, terutama ketika bertemu tim yang hobi mengoleksi pemain jangkung seperti Denver Nuggets, Orlando Magics, dan New Orleans Pelicans. Tembakan seperti itu biasanya cenderung lebih mudah luput ketimbang tembakan yang dilepaskan dalam posisi bebas. Tidak heran Bulls berwacana mendatangkan Duncan Robinson yang bisa langsung melepaskan tembakan jitu begitu menerima umpan matang, terlebih nyaris semua pemain Bulls bisa melepaskan umpan.
Cleveland Cavaliers
Musim lalu, Cleveland Cavaliers (Cavs) bisa dibilang pelopor. Mereka berani memasang tiga berdampingan dengan dua guard produktif.
Tiga forward tersebut adalah Jaret Allen (C), Evan Mobley (C/PF) atau Kevin Love (PF), dan Lauri Markkanen (SF/PF) yang jago tembak. Sebagai pelapis, peran Markkanen bisa diisi Cedi Osman (SF/SG)/Dylan Windler (SF/SG)/atau defender tangguh Isaac Okoro.
Ketika bermain, Ketiga forward barusan didampingi guard yang bukan hanya subur mencetak angka, tapi juga mampu membuka ruang dan kerap mengirimkan umpan lambung yaitu Darius Garland dan Colin Sexton (di mana Sexton lebih banyak berpenetrasi ke arah jaring mengingat akurasi tembakan tiga angkanya belum sekonsisten Garland.
Dua guard tersebut punya pelapis yang lumayan bagus Ricky Rubio dan Cedi Osman. Ketika Sexton dan Rubio cedera seiring kompetisi berjalan, Cavs melepas Rubio Minnesota Timberwolves dan mendatangkan Rojon Rondo dan scorer Caris Levert dari Indiana Pacers (SG/SF).
Praktis dengan kehadiran Lavert, Cavs diperkuat dua guard produktif, yang dilindungi tiga forward tangguh, yang bukan hanya mampu menutup ruang gerak pemain lawan, tetapi juga subur di bawah jaring tapi mampu melepaskan tembakan dari area tiga angka jika diperlukan.
Sayang tanpa kehadiran Allen di sisa 18 pertandingan babak reguler (dan Evan Mobley di lima game jelang babak reguler berakhir) musim lalu, Cavs hanya memenangi tujuh game di antaranya.
Channel: NBA
Lewat hasil tersebut, Cavs yang awalnya masih berada di peringkat enam harus terlempar ke babak play in lantaran melorot ke pernigkat sembilan serta harus mengakui keunggulan Atlanta Hawks di babak play in.
Musim ini, Cavs melakukan perubahan cukup besar dengan mendatangkan scorer paten Donovan Mitchell, mengisi posisi Markkanen, dan mendatangkan Raul Neto (dan Ricky Rubio) dua point guard berpengalaman untuk menjaga kedalaman komposisi pemain di posisi point guard.
Selain itu, untuk memastikan bawah jaring tetap terjaga, Cavs mendatangakan center senior tangkas, tinggi besar Robin Lopez.
Dengan kehadiran tiga guard sekaligus, backcourt Cavs senantiasa produktif dan area tiga angka senatiasa terlindungi berkat kelincahan Allen dan Mobley menutup ruang.
Sayang meski sempat memimpin klasemen wilayah timur, Cavs sempat mengalami lima kekalahan beruntun akibat terlalu berhati-hati di menit-menit akhir pertandngan sehingga bisa dimanfaatkan tim lawan, seperti mendribel bola terlalu lama sehingga rentan direbut pemain lawan, meski sudah unggul antara empat atau lima angka.
Rasanya enam biji (dulu) cukup, seenggaknya kita dapet gambaran perbaikan tiap tim dibanding musim lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H