Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Final Wilayah NBA: Empat Finalis, Empat Gaya

16 Mei 2022   17:08 Diperbarui: 17 Mei 2022   16:48 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shooting guard Golden State Warriors, Klay Thompson, dalam laga pertama setelah absen selama dua musim pada Senin (9/1/2022) malam waktu setempat. Dalam laga melawan Cleveland Cavaliers, Thompson mencetak 17 angka dan mengantar Warriors mengandaskan Cavs.(Twitter.com/Warriors via kompas.com) 

Sistem Best of Seven dalam playoff NBA memang menarik. Tanpa harus menjalani tujuh pertandingan, tim mana pun yang sudah mengemas empat kemenangan lebih dulu berhak melaju ke babak berikutnya,

Di babak semifinal wilayah ini, tim berperingkat lebih baik atau mantan juara NBA di beberapa edisi belakangan memang lebih diunggulkan, meski berperingkat tidak sebagus tim lawannya saat ini, sebagaimana tercermin dari tim-tim yang hurufnya dicetak tebal yang cenderung diunggulkan netizen budiman seperti saya #eh. 

Sebut saja di wilayah barat Phoenix Suns (1) vs Dallas Mavericks (4) dan Memphis Grizzlies (2) vs Golden States Warriors (3) atau di wilayah timur Miami Heat (1) vs Philadelphia 76ers (4) dan Boston Celtics (2) vs Milwaukee Bucks (3).

 

Empat bintang para finalis Jason Tatum, Jimmy Butler, Steph Curry, dan Luka Doncic (twtter NBA-nya ESPN) 
Empat bintang para finalis Jason Tatum, Jimmy Butler, Steph Curry, dan Luka Doncic (twtter NBA-nya ESPN) 

Boston Celtics

Menilik quarter pertama game ketujuh antara Celtics dan Bucks seolah anggapan itu benar. Satu setengah menit jelang quarter pertama usai, tim tuan rumah Boston Celtics sempat tertinggal 24-15.

Tembakan para pemain Celtics seperti Jayson Tatum dan Marcus Smart lebih sering luput karena lebih sering memaksakan tembakan satu lawan satu di hadapan pemain lawan, yang di game sebelumnya berjalan efektif. Bahkan lima tembakan beruntun pemain Celtics sempat lima kali luput lantaran mudah terbaca.

Di pihak lawan, juara bertahan musim, Milwaukee Bucks, menggila lewat tembakan center raksasa mereka Brooks Lopez yang rata-rata hanya mengemas nyaris delapan poin per pertandingan, pada quarter pertama saja sudah mencetak setidaknya tujuh poin.

Pada quarter kedua, tim tuan rumah mulai berbenah. Para pemain Celtics mulai langsung menyerang pertahanan Bucks sembari memaksa para pemain Bucks yang lebih mungil melakukan pelanggaran berbuah dua lemparan bebas.

Terlebih Tatum yang di quarter awal lebih banyak bermain sebagai eksekutor serangan kini lebih sering membagi bola.

Tim tamu seharusnya bisa mengimbangi bahkan lebih unggul, jika bermain dengan gaya yang sama dengan memanfaatkan kekuatan fisik Giannis dalam mendobrak pertahanan sekaligus membuka ruang pemain lain saat kedudukan di quarter kedua dan ketiga bergerak lambat di posisi imbang 39-38.

Sayang tanpa defender sekaligus penembak jitu produktif mereka yang cedera, Khris Middleton yang cedera, Bucks tidak bisa berbuat banyak lantaran kebanyakan pemain Bucks rata-rata merupakan penembak jitu yang butuh ruang dan umpan matang.

Tanpa Middleton, Bucks sebenarnya masih punya Jrue Holiday, playmaker produktif yang juga jago mencetak angka. Sayang seperti musim lalu, penampilannya lebih sering tidak terlihat di partai-partai menentukan, kali ini tertutup pertahanan Celtics yang ketat,  yang dikomandoi Al Horford, playmaker senior jangkung Celtics yang sempat divonis sudah habis setelah sempat bermain untuk tim lain musim lalu.

Dengan pertahanan ketat tersebut, Celtics mampu mencegah sang juara bertahan mencetak 12 tembakan tiga angka beruntun di quarter ketiga. Di sisi lain, Grant Williams, pemain tuan rumah yang tembakan tiga angkanya lebih sering luput di awal-awal pertandingan, mencetak 27 poin, dengan tujuh di antaranya dari tembakan tiga angka. Disusul Jayson Tatum dengan 23 poin dan 8 assist dan Jaylen Brown yang mencetak 19 angka dari berbagai posisi tembak.

Channel: The Assylum 

Miami Heat

Jika tim peringkat dua wilayah timur mengandalkan pertahanan tajam dan menyengat untuk sampai final wilayah, lawan mereka di wilayah timur, Miami Heat justru mengandalkan permainan kolektif yang rata-rata dibangun oleh pemain yang nama-namanya saja nyaris tidak terdengar musim lalu lantaran lebih sering bermain dari bangku cadangan atau baru bermain musim ini.

Miami Heat, sejak era kejayaan Lebron James berakhir memang lebih sering mengorbitkan pemain-pemain yang di "pasar" draft boro-boro dilirik. 

Heat mengambil kebijakan ini lantaran anggaran mereka sudah keburu tersedot untuk mengontrak pemain bernama besar seperti Jimmy Butler, jaminan mutu playoff dan Kyle Lowry, bintang yang turut mengantarkan Toronto Raptors menjadi juara NBA 2018.

 Pemain antah-berantah binaan Heat (Strus, Vincent, Robinson, Nunn)
 Pemain antah-berantah binaan Heat (Strus, Vincent, Robinson, Nunn)

Bahkan tradisi ini sudah dimulai sejak sebelum Lowry didatangkan dari Toronto Raptors lantaran tim pemandu bakat Heat berhasil mengendus bakat playmaker Kendrick Nunn dan penembak jitu paten yang sayang rentan membuat pelanggaran saat harus bertugas menjaga pemain lawan, Duncan Robinson.

Kelebihan dan kekurangan Robinson itulah yang menjadi alasan nyaris sebagian besar pemandu bakat NBA memalingkan muka terhadap bakat Robinson, di mana alasan ini jugalah yang membuat posisi Robinson di babak playoff  lebih sering  tergeser pemain antah-berantah lainnya, Gabe Vincent dan Max Strus.  

Kebetulan, bukan hanya Robinson, Vincent dan Strus juga mengisi peran Lowry yang rajin absen karena cedera. 

Channel: Hooper Highlight

Terlepas dari cederanya pemain senior Sixers, Danny Green, di awal-awal game keenam, unggulan pertama wilayah timur Miami Heat bermain lebih padu, meski tim tuan rumah mengimbangi tim tuan rumah yang sempat unggul sembilan poin di awal quarter pertama lewat akurasi tembakan Joel Embiid dan umpan James Harden yang musim ini bermain kurang gairah.

Meski bermain sebagai tuan rumah, tidak mudah bagi Sixers yang memang sudah tertinggal 3-2 di game keenam untuk bisa tampil lepas. Tim tamu banyak membuka ruang lewat Joel Embiid, center yang memang punya tembakan bagus. Sayang tembakan penerima umpan lebih sering luput lantaran terlalu memaksakan diri, termasuk James Harden.

Di sisi lain, dengan banyaknya pemegang bola, bukan hanya Jimmy Butler dan center Bam Adebayo, serangan Miami Heat lebih bervariasi, terutama lewat serudukan langsung di bawah jaring. 

Kalaupun serangan yang biasanya diawali aksi individu pemain jago dribel itu luput, pemain yang ada di belakang bersiap mengetip bola, meski tidak selamanya masuk. Meski peluang mencetak angka lewat bola tip ini tidak besar, peluang mengambil bola rebound pemain Heat jauh lebih besar lantaran mereka tidak lelah memburu bola.

Belum lagi, Heat, di bangku cadangan masih punya Tyler Herro dan Victor Oladipo, yang meski lebih sering cedera dalam dua musim terakhir, sering membuat tusukan-tusukan mematikan.

Meski lebih sering tertinggal di awal quarter pertama, Sixers mampu mengimbangi Heat dengan lebih mengarahkan serangan ke Duncan Robinson di awal quarter kedua ketika dimasukkan, serta lewat aksi individu Embiid dalam mencetak angka dan membuka ruang bagi pemain lain. 

Di sisi lain, tim tamu Heat masih bermain dengan cara yang sama dengan quarter pertama, dengan lebih mengandalkan sayatan-sayatan Tyler Herro, sebagai pembuka serangan. Tidak heran, satu setengah menit sebelum quarter kedua berakhir, skor berjalan imbang di kisaran 45-45.

Di quarter ketiga, Miami Heat mulai menjauh ketika pemain bernomor punggung 31, Max Strus, nyaris melakukan apa saja, baik mengumpan, menutup ruang gerak, hingga melepaskan tembakan tiga angka, dengan raihan statistik 16 angka, 5 rebound dan 5 assist di sepertiga bagian awal quarter ketiga.

Patut diketahui, meski kerap tampil bagus, Strus musim lalu hanya tampil 39 kali dan kesemuanya dari bangku cadangan. Berbanding 68 pertandingan musim ini, di mana 16 kali di antaranya sebagai pemain mula (starter).

Serangan Sixers sendiri cenderung macet lantaran Embiid dijaga lebih dari satu pemain ketika berada di bawah jaring, tanpa sempat mengoper pada pemain yang bebas tak terkawal.

Permainan Sixers akan jauh lebih hidup jika tempo Sixers lebih cepat sehingga aliran bola jadi lebih cepat. Sayang meski punya akurasi tembakan bagus, tempo permainan Embiid sendiri cenderung lambat dan kecepatan James Harden sebagai playmaker sekaligus menembak jitu juga jauh berkurang dari biasa. Sixers memang masih punya Tyrese Maxey yang punya kecepatan dan tembakan bagus. Tapi itu semua belum cukup lantaran kecepatan Maxey belum diimbangi visi Maxey sebagai playmaker jempolan. 

Tidak heran, Sixers kesulitan mengimbangi permainan Heat yang mengandalkan pergerakan aktif pemain yang nyaris tanpa henti, meski pemain yang bersangkutan tidak memegang bola.

Dengan permainan yang lebih cepat dan bertenaga, Heat berhasil menjaga keunggulan dengan kisaran 14-15 poin atas Sixers jelang akhir quarter ketiga.

Menarik disaksikan, bagaimana duel antara Heat dan Celtics di babak final wilayah timur, mengingat musim lalu kedua tim sudah sama-sama berbenah, terutama sejak hasil mengecewakan musim lalu, setelah keduanya langsung kandas di putaran pertama.

Kebetulan kedua tim sama-sama berjumpa di final dua tahun lalu dengan komposisi pemain yang nyaris sama. Sekarang Celtics kembali ke final setelah Derrick White datang dan Horford kembali mudik ke Celtics. Sedang Miami Heat tampil prima sejak kedatangan juara musim lalu PJ Tucker dan Kyle Lowry yang mungkin masih akan absen pada game pertama.

Para analisis NBA dan netizen budiman sendiri lebih menjagokan Celtics karena Celtics lebih konsisten masuk final wilayah dalam beberapa musim terakhir. Terlebih, meski berhasil mengalahkan Sixers, ketajaman para pemain Heat diragukan, terutama jika Lowry belum bisa tampil di game pertama babak final wilayah. Boleh dibilang, Heat bisa menang lantaran Sixers tidak berhasil memaksimalkan potensi sebagai tim penuh bintang berpengalaman.

Jika final wilayah timur dianggap final impian karena mempertemukan dua tim teratas selama babak reguler, final wilayah barat dianggap kurang seru di atas kertas lantaran Phoenix Suns dan Memphis Grizzlies sebagai dua tim teratas harus terhenti di semifinal wilayah.

Bahkan, Phoenix Suns harus kandas di game ketujuh atas Dallas Mavericks, setelah tim unggulan pertama tersebut unggul 2-0 di dua pertandingan pertama.

Suns, konon kalah pada putaran kali ini karena tim ini terlalu berhati-hati saat bermain. Mereka cenderung ragu menembak ketika ruang tembak mereka tidak lapang atau bukan jarak tembak yang nyaman buat pemain bersangkutan.

Tampil di kandang sendiri di game ketujuh, Suns justru tampil ragu. Meski punya kesempatan untuk menusuk langsung ke pertahanan lawan, sebelum pertahanan Mavericks terbentuk sempurna, di awal quarter pertama, para pemain Suns malah lebih memilih menembak di dari area tiga angka meski ruang tembak mereka tidak lapang.

Di sisi lain, saat tim tamu unggul 10-5, guard tajam Suns Devin Booker yang punya ruang sedikit lebih lapang malah memilih untuk mengoper lantaran ia dijaga dua pemain di sisi kiri dan kanan.

Tim tamu sendiri tampil gemilang dengan pemainan yang dikomandoi Luka Doncic yang mencetak delapan angka pertama untuk Mavericks. Permainan Mavericks makin mengalir lantaran Doncic dikelilingi empat pemain yang bisa menembak. Meski pergerakan tanpa bolanya tidak semenonjol Celtics atau Heat atau lawan mereka di babak selanjutnya Golden State Warriors.

NBA Highlight

Mavericks bukannya tidak memainkan permainan yang mengandalkan pergerakan pemain tanpa bola. Hanya saja, dengan banyaknya tembakan tiga angka pemain Suns yang luput di quarter pertama, serangan balik Mavericks yang diakhiri umpan Doncic, Jalen Brunson, atau Spencer Dinwiddie pada para shooter yang rata-rata berdiri statis saja saja sudah berhasil menghasilkan angka sehingga pergerakan tanpa bola para pemain Mavericks jarang terlihat.

Kebetulan kelebihan pemain Maverick ada pada banyaknya defender sekaligus penembak jitu di atas lapangan, yang dipandu oleh setidaknya dua pemain yang biasanya piawai memegang bola. Entah itu Doncic atau Brunson, atau Dinwiddie di bangku cadangan yang bisa berperan sebagai pengumpan atau penerima umpan yang diakhiri tembakan tiga angka.

Kebetulan, Brunson adalah mantan pemain cadangan Mavericks yang lebih sering dipasang sebagai starter karena akurasi tembakan yang bagus serta kemampuannya mencetak angka dari posisi sulit.

Sejak Dinwiddie (dan Davis Betrans) didatangkan dari Washington Wizard, menggantikan Kristaps Porzingis (yang dikirim ke Washington Wizard) yang cenderung lambat dan rentan cedera, Brunson dipasang untuk mengisi posisi Porzingis sedang posisi Brunson di bangku cadangan diisi Dinwiddie untuk memastikan daya ledak Mavericks tetap terjaga. 

Tanpa Porzingis yang cenderung lambat, permainan Mavericks di bawah asuhan pelatih baru Jason Kidd jauh lebih mengalir dan sulit ditembus.

Berkebalikan dengan Phoenix Suns yang pada saat babak reguler dikenal sebagai tim dengan umpan cepat dan mengalir, entah kenapa di babak playoff, umpan-umpannya cenderung lambat dan kurang bervariasi sehingga mudah terbaca.

Mungkin karena mereka "kehabisan bensin" setelah di babak reguler tampil memikat. Terlebih, Suns memainkan skema lebih tradisional di mana pemain paling jangkung mereka, DeAndre Ayton, meski mampu, tidak dikenal sebagai penembak tiga angka jitu, meski tembakan pada jarak lemparan bebasnya terhitung jitu.

Mengandalkan kombinasi tusukan dan tembakan tiga angka Dinwiddie dan Brunson Mavericks makin memperlebar jarak keunggulan, hingga 12 angka. Sedang, Suns makin ragu menerobos pertahanan lawan, dan memilih mengumpan ke penembak jitu meski sudah berada di dekat jaring.

Suns makin sulit mencetak angka, lantaran untuk bisa mencetak angka pemain seperti Javale Mcgee dan Ayton perlu berada setidaknya di area lemparan bebas. Dengan posisi tembak yang cenderung jelas, para pemain Mavericks mampu memprediksi serangan Suns,

Dengan pergerakan pemain yang lebih luwes tim tamu berhasil menutup quarter kedua dengan skor 57-27. Boleh dibilang meski masih ada dua quarter tersisa, pertandingan keduanya sudah berakhir lantaran keunggulan 30 poin setara dengan raihan rata-rata dua tim di satu quarter.

Golden State Warriors 

Pertandingan yang lebih seru tersaji antara urutan kedua Memphis Grizzlies dan tim yang di awal musim berada di puncak klasemen sebelum Curry mulai cedera (untung sekarang sudah pulih).

Boleh dibilang game keenam antara Golden State Warriors dan Memphis Grizzlies dibilang sebagai game seru lantaran kedua tim saling susul-menyusul, setidaknya sampai quarter ketiga.


Curry 2.0 (bballbreakdown.com)

Pada game keenam tersebut, Warriors memulai pertandingan dengan meyakinkan karena Klay Thompson yang pulih dari cedera setelah dua tahun absen memasukkan empat tembakan tiga angkanya pertamanya.

Meski begitu, Grizzlies masih mampu mengimbangi lantaran mereka tidak diperkuat playmaker utama mereka yang cedera, Ja Morant yang defense-nya tidak sekokoh pemain Grizzlies lainnya.

Tanpa Morant, aliran serangan Grizzlies lebih bervariasi. Terlebih mereka juga punya Steven Adams yang bukan cuma jago membagi bola, tapi juga mempersulit pemain Warriors di bawah jaring.

Bahkan dengan penampilan ngotot Adams di bawah jaring, Grizzlies mampu mengungguli Warrior jelang akhir quarter kedua, lantaran selepas tembakan pemain Warriors luput, Grizzlies langsung menyerang balik lewat bawah jaring untuk memperbesar peluang tembakan masuk.

Belum lagi Grizzlies juga mempraktikan pressing ketat yang ditiru dari Toronto Raptors, terutama pada pemain Warriors yang berlari tanpa bola siap menyambut umpan. Dengan ketelaten para pemain Grizzlies menempel ruang gerak pemain Grizzlies,  banyak umpan pemain Warriors yang tidak sampai atau tercuri, yang berujung pada serangan balik tim tamu.

Tidak heran sampai jelang quarter kedua berakhir, tim tuan rumah sudah membuat 12 turnover berbanding dua untuk tim tamu, Turnover sendiri adalah serangan tim yang tidak akurat lantaran misalnya bolanya keluar atau tercuri sebelum tim yang bersangkutan menembakan bola ke dalam jaring.

Cara itulah yang membuat Grizzlies mampu mengimbangi Warriors sekaligus mencetak sepuluh angka beruntun lewat tembakan Desmond Bane dan Dillon Brooks di quarter oertama serta unggul lima poin empat sampai tiga menit sebelum quarter kedua berakhir.

Hooper Highlight

Penampilan Grizzlies di quarter kedua sempat mengendur saat Adams dikhawatirkan cedera meski kembali bermain mulai lagi quarter ketiga.

Kesempatan itulah yang digunakan Warriors untuk mengembalikan keunggulan, yaitu dengan memainkan serangan balik langsung ke pertahanan lawan seperti yang dilakukan Grizzlies

Penampilan Warriors mulai membaik begitu Draymond Green diberi tugas menjaga Adams yang tidak terlalu prima.

Lewat umpan-umpan Green pada pemain yang bergerak tanpa bola seperti Klay Thompson, Warriors jadi lebih sering unggul. Sayang akurasi tembakan Steph Curry dan penerus Curry, yaitu Jordan Poole, belum sebagus di babak reguler. Banyak tembakan keduanya yang sering luput.

Beruntung, pelatih Mike Brown, lebih menginstruksikan para pemain Warriors langsung menyerang bawah jaring begitu Draymond Green berhasil merebut bola rebound.

Kebetulan bukan cuma Green yang punya kemampuan umpan yang bagus. Warriors masih punya Andre Iguodala, Nemenja Bjelica, dan Gary Payton II, pemain bertahan Warriors yang harus menepi setidaknya tiga minggu lantaran patah siku.

Dengan gaya permainan yang mirip para pemain utama, keempatnya bahkan bisa mengisi peran para pemain utama, tanpa mengubah ciri khas permainan Warriors. 

Bahkan dengan komposisi pemain yang dalam, dua rookie Warriors yaitu Jonathan Kuminga dan James Wiseman nyaris tidak terpakai. Itulah kemewahan yang dimiliki Warriors musim ini.

Sebenarnya gaya permainan Warriors sejak quarter ketiga sama saja. Sampai pertengahan quarter keempat skor masih sangat ketat dengan perbedaan angka satu sampai empat poin. Perbedaan terjadi begitu akurasi tembakan tiga angka Curry kembali.

Menerima umpan Green yang berlari dari jaring Grizzlies, Curry melepaskan tiga angka, yang memperlebar jarak jadi enam poin.

Ketika Warriors sudah unggul lumayan jauh, tim lawan jadi serba salah. Lantaran gugup, tembakan tiga angka tim lawan biasanya luput dan berujung pada serangan balik cepat ala Warriors yang mematikan. Bisa lewat tembakan tiga angka ala Curry atau Thompson atau umpan Curry pada pemain yang tidak terkawal seperti Kevon Looney, yang meski tidak memiliki tembakan tiga angka berbahaya, memiliki langkah ringan menyambut umpan mendekati jaring. 

Tim lawan biasanya bisa meminimalisasi serangan balik Warriors dengan mengandalkan tembakan dua angka, hanya saja, tanpa kombinasi tembakan tiga angka yang akurat, Keunggulan Warriors jadi tidak terkejar.

Itulah PR Mavericks dan dua tim wilayah timur lain jika ingin mengimbangi Warriors di putaran selanjutnya yang konon tidak setangguh era Kevin Durant. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun