Indiana Pacers  dikenal sebagai tim yang bagus di era 1990-an. Mereka sempat menyulitkan Orlando Magic dengan Shaquille O'Neal-nya, New York Knicks dengan Patrick Ewing, atau Chicago Bulls dengan Michael Jordan-nya.
Meski dikenal sebagai tim yang mengandalkan akurasi tembakan tiga angka Reggie Miller, Pacers lebih sering mengandalkan pergerakan tanpa bola Miller yang juga bagus, terutama ketika point guard Mark Jackson mendribel bola membelakangi pemain bertahan lawan di dalam area tiga angka.
Dengan memiliki dua penembak jitu bagus, shooting guard Reggie Miller atau small forward Jalen Rose, Jackson tinggal memberikan bola pada salah satu dari keduanya. Begitu menerima bola Rose atau Miller bisa memilih untuk menembak atau mengoper pada center Dale Davis yang bukan cuma jago melewati kawalan pemain lawan dengan berputar, tapi juga mengoper bola pada Miller yang bergerak tanpa bola.
Channel: the throwback
Meski memainkan permainan yang luwes dan mengalir, mereka tidak benar-benar dibekali pemain dengan  ketangkasan fisik prima layaknya Dennis Rodman, Scottie Pippen, Michael Jordan, Patrick Ewing, atau Shaquille O'Neal.
Tampaknya itulah PR Pacers era Reggie Miller di mana mereka harus berhadapan dengan tim-tim dan gaya permainan yang banyak berpusat di bawah jaring, termasuk dengan Shaq dan Kobe di final NBA tahun 2000 menghadapi Los Angeles Lakers.
Kala itu center Rick Smith yang punya jumpshot bagus pun tidak berdaya menghadapi kekuatan fisik Shaq yang masih bisa memasukkan bola meski dikepung dua pemain sekaligus.
Kesempatan terbaik mereka selanjutnya datang di tahun 2013 dan 2014 di mana mereka harus mengakui ketangguhan Miami Heat di babak final wilayah timur dengan skor 4-3 di kesempatan pertama dan 4-2 di kesempatan kedua.
Kelebihan Pacers kala itu ada pada skema dan peran yang jelas pada tim bermaterikan George Hill pada point guard, Lance Stephenson pada shooting guard, Paul George pada small forward, David West pada power forward, dan Roy Hibbert pada center.
Al  Highlight  World
Meski bermain sebagai small forward, dengan skill bermain yang relatif lebih lengkap dibanding pemain Pacers yang lain sengaja dimainkan sebagai playmaker untuk mengirimkan bola pada Hibbert yang besar dan berkaki lambat namun punya jumpshot lumayan arau David West yang memag punya jumpshot akurat di dalam area tiga angka.
Begitu mengirimkan bola, George biasanya bergerak mendekati jaring menunggu umpan dari West atau Hibbert.
Ketika George bergerak biasanya  akan ada ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan Lance yang lincah dan tidak bisa diam atau George Hill, yang punya tembakan tiga angka lumayan.
Skema permainan seperti ini dikembangkan pelatih Pacers kala itu Frank Vogel yang kini melatih Los Angeles Lakers, di bawah bimbingan eksekutif mereka Larry Bird, yang kerap memainkan permainan mengalir semasa menjadi maskot Boston Celtics.
Permainan Pacers amat efektif jika melawan tim yang pasif hanya terpaku pada bola atau pergerakan pemain. Menghadapi tim yang aktif bergerak dan mengandalkan kekuatan fisik, Hibbert tidak jarang sama sekali tidak mencetak angka atau terlalu mudah dilewati guard lawan, karena meski  lincah dan punya tenaga besar, kakinya agak terlalu berat untuk melangkah.
Between the League Sport
Tidak heran Hibbert yang kerap diprotes Lebron karena postur dan kekuatan fisiknya yang besar di bawah jaring, tiba-tiba hilang dari peredaran sejak center diharapkan mampu menjaga pemain dari posisi bermain mana pun.
Di hadapan Miami Heat kala itu, Stephenson dan Hibert harus menghadapi penetrasi Lebron yang kadang diakhiri umpan ke Dwyane Wade atau Chris Anderson yang bisa mencetak angka sembari mengekploitasi langkah kaki Hibbert yang cenderung lambat saat bertahan.
GD Latest highlight
Selepas era tersebut, rasanya Pacers belum benar-benar bisa berbicara banyak di NBA. Mereka memang sempat tampil menjanjikan sewaktu Victor Oladipo yang bertukar seragam dengan Paul George di OKC pada musim 2017-2018 tampil mengejutkan karena akurasi menembaknya meningkat tajam begitu berlatih bersama Micah Lancaster yang mengantarkan Oladipo, seperti juga George, meraih predikat most improved players, karena penampilannya meningkat pesat ketimbang musim-musim sebelumnya. Sayang karena lebih sering cedera, penampilan Oladipo di Pacers juga tidak maksimal.
Tim ini memang kurang jago bertahan. Sebut saja Bogdanovic yang dikenal tajam mencetak tembakan tiga angka tapi defense-nya tidak terlalu istimewa, meski pendapat itu bisa saja dibantah karena Bogdanovic musim lalu membawa Utah Jazz menjadi tiga besar tim dengan pertahanan tertangguh.
Belum lagi Myles Turner yang meski amat sigap berduel dengan pemain bertahan lawan memperebutkan bola rebound dan punya finishing yang lumayan, berada di kelas berbeda dengan center raksasa seperti Rudy Gobert, Brook Lopez, Bam Adebayo (yang lebih mungil), meski akurasi tembakan tiga angka mereka belum tentu sebagus Turner.
Musim lalu di tangan pelatih baru mereka Nate Bjorgren, Pacers tidak lolos ke babak playoff untuk pertama kali dalam beberapa tahun terakhir karena sebagian besar Pacers cedera, termasuk playmaker Malcolm Brogdon, shooting guard produktif Caris Levert, dan small forward TJ Warren yang cedera dari awal musim lalu hingga sekarang.
GMGB
Tanpa playmaker Malcolm Brogdon yang rentan cedera dan pelapisnya TJ McConnell yang dikenal tidak jago tembak, Bjorgren memaksimalkan potensi pemain tim all star, Domantas Sabonis sebagai screener yang bertugas mengembalikan umpan yang diberikan shooter atau membuka ruang gerak bagi McConnell yang memang punya drive and kick bagus.
Peran Sabonis sebagai screener terbilang sukses karena, Sabonis berpostur tinggi, kuat, dan lincah, serta punya akurasi tembakan tiga angka lumayan. Terlebih akurasi tembakan Turner makin lama makin meningkat.
Sayang tanpa komposisi pemain yang lengkap, mereka gagal lolos ke babak playoff untuk kali pertama dalam beberapa musim terakhir dan posisi Bjorgren diisi oleh mantan pelatih mereka Rick Carlisle yang sempat membantu Dallas Mavericks juara NBA pada tahun 2011.
NFH Ball
Kini dengan pulihnya Brogdon dan Levert, permainan Pacers secara teori akan lebih bervariasi.
Bukan hanya mengandalkan akurasi tembakan serta umpan Brogdon dan Levert yang lumayan, Pacers juga bisa memanfaatkan kemampuan catch and shoot rookie mereka Chris Duarte
Dengan akurasi tembakan yang bagus  Duarte menyeberang dari pojok area tiga angka satu ke pojok tiga angka lainnya untuk  kemudian turun mengikuti garis lengkung tiga angka sembari bersiap menerima sodoran bola oleh para playmaker Pacers seperti Brogdon, McConnell,  Torrey Craig, Justin Holliday, atau Brad Wannamaker begitu melewati screener, seperti Turner atau Sabonis yang sengaja berdiri membelakangi jaring di garis lengkung tiga angka untuk memberikan ruang gerak pada pendribel bola
Begitu menerima bola, dengan akurasi yang bagus, Duarte bisa langsung mengumpan pada pemain yang lebih bebas atau melepaskan tembakan tiga angka begitu menerima bola karena akurasi tembakan tiga angka Duarte terbilang bagus.
Kerja sama tiga pemain tersebut dikenal dengan nama lift horn dalam istilah basket. Horn sendiri pada dasarnya adalah permainan antara tiga pemain, yaitu pendribel bola dan dua pemain jangkung yang berdiri dekat area tiga angka, di mana salah satunya bertindak sebagai screener atau pemain yang berdiri membelakangi jaring untuk menghalangi pemain yang mencoba menghalangi pendribel bola, walau hanya sepersekian detik, sekaligus memberi ruang pendribel bola tersebut menembak, berpenetrasi, atau memberi umpan. Berikut merupakan variasi Horn
Pada skema permainan Horn, pendribel bola, bisa melewati screener dan menyelesaikan sendiri serangannya, atau mengumpankan pada screener saat sudah berbalik badan di area tiga angka (atau disebut horn five). Dengan tembakan tiga angka yang bagus, Sabonis dan terutama Turner jago melakukan itu.
 Ketika, pendribel memberikan bola pada screener, alih-alih mengembalikan bola pada pengumpan, screener bisa memberikan bola pada pemain yang turun menyusuri garis lengkung tiga angka atau yang bisa disebut Horn Mix.
Variasi Horn Mix ini biasa Sabonis lakukan bersama Jeremy Lamb, Justin Holiday, atau pemain baru Torrey Craig yan memang punya pergerakan tanpa bola bagus.Â
Balik lagi ke Duarte, Dengan defense yang lumayan jugalah, tidak heran Duarte langsung mengisi peran TJ Warren di posisi small forward. Kebetulan Duarte jadi satu dari seklian banyak rookie musim ini yang bukan hanya menambah pengalaman dari bangku cadangan, tetapi juga memberi dampak bagi tim yang diperkuatnya, seperti halnya juga Evan Mobley (Cleveland Caveliers), Scottie Barnes (Toronto Raptors), dan Davion Mitchell (Sacramento Kings)
NBA
Â
Sayang meski memiliki skill yang jelas, kebanyakan pemain Pacers merupakan pemain cadangan di tim lama mereka, yang kecepatan serta kekuatan fisiknya mudah diredam oleh defense pemain bertahan dari tim bagus, meski pemain yang bersangkutan punya skill yang relatif lengkap, misal untuk Brad Wannamaker, yang memang punya akurasi dan penetrasi lumayan, meski tidak terlalu istimewa.
Selain faktor cedera, itulah kekurangan para pemain Pacers selama ini. Kalaupun TJ Warren sudah fit misalnya, ia tetap akan kesulitan membawa Pacers ke level selanjutnya karena sebagai small forward, ia tidak punya skill khas yang membedakan dengan small forward lain yang sama-sama punya defense dan tembakan tiga angka lumayanÂ
Itu jugalah sebabnya, secara pribadi, saat masih rajin lolos ke babak playoff bersama pelatih Nate McMillan, dengan komposisi pemain yang dimiliki, saya biasanya menganggap bahwa Pacers menjadi batas yang membedakan tim barat dengan tim timur.
Pacers dan tim-tim yang peringkatnya ada di bawah Pacers biasanya lebih mudah dikalahkan tim dari wilayah barat, meski posisi di klasemen wilayah baratnya tidak lebih baik dari Pacers di wilayah timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H