Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Dallas Mavericks, Kolektor Para Bintang Mancanegara

4 November 2021   17:03 Diperbarui: 6 November 2021   07:30 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Dallas Mavericks. Sumber: Gleen James/NBAE via Getty Images

Dallas Mavericks (Mavs), sejak awal berdiri awal tahun 1980-an memang dikenal sebagai tim kaya prestasi, meskipun baru benar-benar juara pada tahun 2011.

Mereka bahkan mencapai babak semifinal NBA musim 1987 dengan berbekal pemain yang didraft Mavs sejak awal tahun 1980-an seperti point guard Derek Harper (1983), shooting guard Rolando Blackman (1981), Mark Aguirre (1981) dan power forward Sam Perkins (1984)

Permainan mereka mengandalkan visi dan akurasi tembakan playmaker Derek Harper yang mengoper bola pada Mark Aguirre yang memang jago mengeksekusi tembakan di bawah pengawalan pemain lawan atau dalam istilah basket dikenal sebagai isolation play.

Channel: Sheba021

Menariknya, mereka tidak lagi membangun tim dari draft seperti sebelumya sejak Marc Cuban, pengusaha yang wajahnya kerap nongol sebagai cameo di film-film seperti Entourage dan Like Mike 2, menjadi pemilik tim mulai tahun 2000

Mereka lebih mempercayakan pemain dari berbagai Negara yang memang bagus untuk memperkuat tim, sebut saja Steve Nash (Kanada), Dirk Nowitzki (Jerman), atau Eduardo Najera (Meksiko) yang pada tahun 2003 turut membawa Mavs melaju hingga final wilayah barat untuk kedua kalinya, lewat permainan run and gun.

Dalam skema run and gun, tanpa basa-basi, sambil berlari, penembak jitu Steve Nash segera mengirimkan umpan jitu pada shooter cepat seperti Michael Finley dan Nick Van Exel, serta  forward muda lincah Dirk Nowitzki yang bukan cuma jago melepaskan tembakan tembakan dua dan tiga angka akurat, tetapi juga melepaskan diri dari hadangan pemain lawan dengan gerakan memutar.

Sayang di final wilayah tersebut, Mavs harus kalah 3-2 dari San Antonio Spurs  yang diperkuat menara kembar Tim Duncan dan David Robinson serta dua guard muda Manu Ginobilli dan Tony Parker.

Channel: House of Highlights

 

Kesempatan berikutnya, datang tahun 2006. Ketika itu Mavs memadukan pemain muda seperti Devin Harris dan Josh Howard dengan pemain berpengalaman seperti shooter Jason Terry, point guard Jerry Stackhouse (dan tentu saja maskot tim Nowitzki). Sayang mereka harus kandas melawan duo Miami Heat Shaquille O'Neal dan Dwayne Wade yang sulit dihentikan ketika itu, lantaran O'Neal masih bisa mengumpan atau melakukan slamdunk meski dihadang dua pemain lawan sedangkan Wade bisa tiba-tiba memberi umpan matang ketika hendak melakukan jumpshot di hadapan pemain lawan

Luka Doncic, Tim Hardaway Jr, Dorian Finney Smith, Kristaps Porzingis, Dwight Powell (fadeaway.com)
Luka Doncic, Tim Hardaway Jr, Dorian Finney Smith, Kristaps Porzingis, Dwight Powell (fadeaway.com)

Mavs akhirnya menjadi juara pada tahun 2011, berbekal pemain senior berkemampuan merata di semua posisi, dipimpin oleh point guard Jason Kidd, yang berperan sebagai memberi umpan pada trio penembak jitu DeShawn Stevenson, forward dengan jumpshot bagus Shawn Marion, (lagi-lagi) Dirk Nowitzki serta center dengan skill bertahan bagus Tyson Chandler.

Di final mereka tampil bagus karena dua pemain cadangan mereka Jason Terry dan guard Puerto Rico JJ Barea berhasil menghujani jaring Miami Heat dengan tembakan tiga angka, meski tim lawan diperkuat tiga pemain bintang yaitu Lebron James, Wade, dan Chris Bosh.

Channel: RV14

Lewat kemenangan ini, Mavs selalu dikenang sebagai tim juara terakhir yang tidak perlu mengumpulkan bintang tenar untuk menjadi juara sekaligus mengukuhkan Rick Carlisle menjadi pelatih yang disegani sampai saat ini, meski prestasi Mavs terhitung biasa-biasa saja sejak saat itu sampai saat ini.

Sejak menjadi juara pertama dan terakhir kali tersebut, Mavs bahkan empat kali gagal lolos ke babak playoff dan kalaupun lolos langsung gugur di babak pertama.

Mavs dinilai gagal melewati babak pertama babak playoff karena tidak membangun tim dari draft sendiri yang benar-benar bagus.

Pemain mancanegara yang didatangkan Mavs memang bagus. Mereka rata-rata sudah bermain di Eropa setidaknya dua sampai tiga musim sebelum bermain di NBA sehingga skill dan pengalamannya sudah teruji, tapi tidak dengan skema, kekuatan fisik, kecepatan,  dan gaya bermain mereka.

Center asal Tunisia Salah Mejri, misalnya, yang sempat bermain untuk Mavs pada periode 2015 sampai 2019 memang sempat membawa tim basket real Madrid juara Euroleague tahun 2015, namun kelincahan, blockshot, dan slamdunk masih belum cukup mengimbangi ritme permainan cepat tim-tim NBA. 

Begitu pula guard lincah jangkung alumni tim basket Penarol Argentina  Nikolas Brussino yang sempat bermain untuk Mavs pada tahun 2016.

Pemain mancanegara Mavs yang cukup sukses beradaptasi dengan skema dan gaya permainan NBA sejauh ini tentu saja Maxi Kleber (Jerman). Meski terkesan kurang bertenaga, Kleber sudah mampu meredam kekuatan fisik para pemain NBA saat harus bertahan dan berpenetasi ke jantung pertahanan lawan. Akurasi tembakan tiga angkanya juga terbilang di atas rata-rata pemain NBA, yaitu sekitar 41% musim lalu.

Itulah ciri khas sekaligus kekurangan para pemain Mavs beberapa musim belakangan. Meski punya skill yang sesuai dengan gaya permainan NBA terkini, skill dan kekuatan fisik mereka bisa dibilang tidak ada yang jadi pembeda.

Channel: NBA

Belum lagi Mavs gagal mendatangkan pemain yang benar-benar berkarakter kuat di lapangan, mendampingi Nowitzki yang mulai menua (beliau pensiun tahun 2019).

Harrison Barnes yang bermain untuk Mavs pada tahun 2016 hingga 2018 memang pemain bagus. Ia bahkan turut membawa Golden State Warriors menjadi juara sebelum Durant datang. Sayang, meski punya defense bagus, gaya permainannya terkesan terlalu kaku dan akurasi tembakannya KALA ITU terbilang kurang bagus.

Small forward Wes Matthews (2015-2018)  juga dikenal sebagai defender tangguh dan shooter jitu, namun permainnya tidak lagi setangkas saat bermain di Portland Trail Blazers begitu pulih dari cedera. 

Terlebih mereka tidak punya point guard jempolan dengan visi dan jiwa kepemimpinan secermelang Jason Kidd. Rookie Dennis Smith Jr. yang bermain antara tahun 2017 sampai 2019, terhitung kalah kelas dari Kidd dari segala sisi. Meski terbilang produktif sebagai guard muda, Smith dinilai terlalu mungil dan inkonsisten sebagai seorang playmaker.

Belum lagi Konsistensi penampilan shooting guard Mavs saat ini Tim Hardaway Jr. bisa dibilang terbilang buruk. Sesekali akurasi tembakan tiga angkanya terbilang luar biasa, sayang ia tidak selalu menunjukkan performa yang sama dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya. Terlebih defense-nya agak kurang menonjol, terutama ketika harus berhadapan satu lawan satu dengan pemain lawan.


Channel: NF

Di atas kertas Mavs bisa jadi tim yang lebih baik ketika power forward/center Porzingis menunjukkan penampilan terbaik lewat tembakan akurat serta variasi kerja sama pick and roll yang kerap diakhiri dengan slam dunk seperti saat masih bermain di New York Knicks dahulu. Sayang ketangkasan sudah jauh berkurang sejak Porzingis pulih dari cedera yang mengharuskannya beristirahat selama satu musim.

Porzingis yang didatangkan tahun 2019 memang sesekali masih menunjukkan ketangkasannya, tapi jumlah tembakan serta reboundnya cenderung menurun. Belum lagi sejak bermain sebagai rookie, Porzingis kurang punya visi permainan yang bagus sehingga sering dianggap egois.

Penampilan Mavs mulai membaik sejak mereka mendatangkan keponakan saya rookie Luka Doncic (2018) pebasket Slovenia yang sudah memenangi gelar Eurolegue di usia 16 tahun bersama tim basket Raul Madrid.

Doncic bukan cuma dikenal sebagai pemain yang jago berpenetrasi dan mengumpan sama baiknya, tapi rataan tembakan tiga angka di atas rata-rata, meski akurasinya terlihat biasa.

Bersama Doncic, Mavs dikenal dengan tim dengan akurasi tiga angka yang bagus mengingat pelatih Rick Carlisle sering memainkan lima pemain yang mampu menembak tiga angka dengan akurasi lumayan shooting guard Tim Hardaway Jr, small forward Dorian Finney Smith, power forward Kristaps Porzingis (Latvia), dan center Dwight Powell (Kanada).  Bahkan sebagai center, Powell mampu menyelesaikan umpan lambung dengan slam dunk.

Lewat penetrasi dan operan tajam Doncic penampilan biasa para pemain Mavs jadi terasa istimewa.

Terlebih dari bangku cadangan, Trey Burke dan Jalen Bruson senantiasa menjaga  raihan angka Mavs tetap produktif meski beberapa pemain utama rehat sejenak di bangku cadangan. Kebetulan keduanya, seperti juga Barea, sama-sama dinilai terlalu bagus sebagai pemain cadangan, tapi kurang pas bermain sebagai starter  karena terlalu mungil, dan defense-nya rentan dilewati pemain lawan, meski Brunson, termasuk tipe pemain yang rela jatuh bangun untuk merebut bola dari dribel pemain lawan.

Bahkan dengan jumpshot dan finishing yang bagus, Brunson bukan hanya bisa menggantikan tetapi juga mengisi posisi Doncic sebagai playmaker sekaligus penembak jitu.

Lewat skema permainan yang cocok dengan gaya permainan para pemain Mavs, di tangan pelatih Rick Carlisle, Mavs dua kali nyaris lolos ke putaran kedua babak playoff dalam dua musim terakhir melawan tim yang sama yang di atas kertas punya komposisi pemain lebih baik, Los Angeles Clippers.

Bahkan tahun lalu, pada putaran pertama playoff yang di dilakasanakan dalam format best of seven, Mavs sebenarnya hanya perlu memenangi dua pertandingan lagi (di kandang sendiri)  untuk bisa lolos ke putaran kedua setelah, di game kedua Mavs berhasil memenangi dua game pertama di kandang Clippers, bahkan tanpa Porzingis yang cedera di game kedua.

Sayang mereka harus berjuang sampai game ketujuh, setelah secara heroik Clippers memenangi tiga pertandingan berikutnya, dan Mavs berhasil memenangi game keenam di kandang Clippers.

Pada game penentuan, Clippers berhasil menang di kandang sendiri dengan skor 126-111 meski Doncic mencetak 46 poin dan Porzingis mengemas 11 rebound.

Melihat, prestasi yang cenderung stagnan, manajemen memutuskan mengganti pelatih Rick Carlisle dengan legenda Mavs Jason Kidd yang berpengalaman menukangi tim dengan playmaker jangkung seperti Doncic karena pernah menangani Milwaukee Bucks antara tahun 2014 sampai 2018, di masa awal karier Giannis Antetoukounmpo. dan pernah menjadi asisten pelatih Los Angeles Lakers pada tahun 2020 sampai 2021 sebelum menerima tawaran melatih Mavs.

tabel-abal-abal-mavs-png-6183a01405893b5efa055a62.png
tabel-abal-abal-mavs-png-6183a01405893b5efa055a62.png
Bahkan, boleh dibilang Kidd-lah yang menemukan potensi Giannis sebagai playmaker lewat penetrasi dan umpan tajamnya kepada para shooter, meski potensi tersebut baru dimaksimalkan pelatih Bucks berikutnya Mike Budenholzer.

Di tangan Kidd, serangan Mavs boleh dibilang lebih beragam, lantaran Mavs juga mendatangkan Reggie Bullock yang musim lalu tampil memikat bersama New York Knicks lewat defense dan tembakan tiga angka yang dilepaskan sambil bergerak sambil menerima bola, baik itu dari belakang, samping atau memutar membelakangi pendribel bola terlebih dulu untuk mendapat ruang tembak yang lebih lapang. Gerakan memutar tersebut, dalam istilah basket sering disebut curling

Kebetulan peran pendribel bola tersebut bila diisi pemain mana pun selama punya dribel, visi, dan tembakan tiga angka bagus, termasuk Brunson karena mereka harus berdiri mematung di garis lengkung tiga angka menunggu shooter menghampiri mereka. 

Keberhasilan playmaker mungil Brunson mengisi peran Doncic sebagai playmaker sejauh ini membuka sekaligus mematahkan masalah klasik tim-tim NBA yang memiliki playmaker jangkung yaitu tidak adanya playmaker  yang juga jangkung di bangku cadangan yang menjaga permainan tim tetap tajam seperti sebelumnya.

Terlebih dengan keberhasilan Bullock menjaga penampilannya sebagus musim lalu menunjukkan bahwa Bullock bukan sekedar tampil bagus jelang akhir kontrak untuk memikat tim lama atau barunya kelak

Sayang, meski skema permainan terkesan lebih beragam, serangan Mavs tidak setajam sebelumnya lantaran penetrasi Doncic yang biasanya memporak-porandakan pertahanan lawan di bawah jaring  memang tidak sedalam musim-musim sebelumnya.

Belum lagi defense Mavs juga terkesan makin rapuh lantaran para pemain Mavs terlalu pasif menghadapi tim-tim yang mengandalkan pemain yang piawai bergerak tanpa bola serta menyelinap di antara kawalan pemain lawan. 

Padahal defense Mavs di atas kertas justru makin kuat dengan didatangkankannya playmaker defensif New York Knicks asal perancis, Frank Nikitilina yang sayang kurang tajam dan juga rentan cedera.

Defense Mavs mestinya makin meyakinkan dengan didatangkannya defender dengan akurasi tembakan tiga angka dan finishing lumayan, Sterling Brown, yang lebih sering melempem ketika bertemu dengan tim dengan defense bagus.

Belum lagi, para center Mavs cenderung kewalahan ketika berhadapan dengan para pemain bertipe yang gesit dan kuat dari tim lain. Tidak heran, di awal-awal musim, mereka belum tampil meyakinkan  lantaran beberapa kali kalah dengan selisih skor antara 10 sampai 25 poin dari tim yang diperkuat banyak pemain tangkas dan punya pergerakan tanpa bola yang bagus.

Musim ini Mavs memang tidak banyak mendatangkan pemain berkualitas di bursa pertukaran pemain lantaran manajemen cenderung mempertahankan komposisi pemain yang turut meningkatkan jumlah kemenangan Mavs dalam dua musim terakhir sekaligus memperpanjang kontrak Doncic untuk lima musim ke depan

Selama belum ada kabar perpindahan pemain terbaru. Mavs jelas masih bisa berbenah dengan mempertajam permainan serta memberi kesempatan pada para pemain muda  seperti Tyrell Terry dan Josh Green,  yang musim lalu tidak terlalu banyak mendapat menit bermain lantaran komposisi pemain Mavs  cukup kompetitif

Kebetulan  Tyrell Terry dipilih dalam Mavs karena dikenal sebagai point guard mungil yang produktif di bawah jaring sedang Josh Green yang diproyeksikan sebagai pemain bertahan serta penembak jitu berbakat meski didraft dari urutan bawah.

Belum lagi, untuk meningkatkan jumlah rebound, Kidd juga bisa memainkan mantan pemain Oklahoma City  Thunder yaitu Moses Brown yang musim lalu jumlah rebound-nya bahkan lebih tinggi dari mayoritas pemain Mavs.

Dengan tubuhnya jangkung dan permainannya yang tangkas, Brown bisa mengurangi beban Doncic dan Porzingis sebagai pengambil rebound sekaligus mengisi peran Willie-Cauley Stein yang musim ini kesulitan mencetak angka dan rebound, serta center raksasa Serbia Boban Majanovic yang bertipe lambat

Terlebih jika Brown bermain, meski peluangnya kecil, kepercayaan diri shooter Mavs bisa meningkat lantaran andai kata luput, Brown akan dengan sigap mengambil rebound, 

Melihat komposisi pemain yang tidak terlalu menjanjikan, menarik dicermati bagaimana Mavs bisa melakukan perubahan sederhana untuk bisa mengimbangi tim-tim yang di atas kertas bisa mereka imbangi bahkan jauh diunggulkan seperti musim-musim sebelumnya, mengingat mereka sudah melakukan hal yang sama di musim-musim sebelumnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun