Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

(Masih) Belajar Memahami Konteks

18 Mei 2020   17:15 Diperbarui: 23 Mei 2020   18:28 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi marketing land

Berterima sendiri sejatinya emang nggak selalu saklek. Selama pesan yang disampein itu nyampe, meski kadang ada "rasa" yang hilang, kadang bisa itu diterima #halah.

Misal dalam serial masterchef yang sekarang lagi tayang, kalau memang ada menyulih teks yang menerjemahkan go up to the gantry/balcony jadi silakan atau naiklah ke atas, saya cuman bisa mingkem sembari nyengir meskipun gantry berarti galang dan balcony berarti balkon karena penonton emang udah ngeh maksudnya tanpa pakek ribet.

Saya juga cuman nyengir seneng ketika istilah service please diterjemahkan jadi silakan atau mohon disajikan. Kebetulan, buat saya pribadi, istilah silakan disajikan emang pas mengingat istilah service please memang digunakan ketika masakan yang dipesan oleh konsumen sudah selesai dimasak koki dan siap disajikan.

Saya sendiri masih penasaran kira-kira gimana ya penyulih teks masterchef musim terbaru menerjemahkan kata serve yourself. Serve yourself sendiri bukan kata yang asing bagi dunia kuliner prasmanan (tapi buat saya jelas masih asing) karena serve yourself berarti mempersilakan para konsumen di restoran prasmanan mengambil menunya sendiri tanpa perlu dilayani orang lain.

Kata serve yourself ini kebetulan dipake salah satu juri masterchef, Andy Allen, ketika mempersilakan Gordon Ramsay mengambil sendiri menu yang disajikan peserta.

Inti dari coretan unfaedah ini sebenernya simpel. Padanan kata atau frasa, meskipun udah ada istilah"baku", di lapangan nggak sekaku keliatannya, kita masih perlu ngeliat konteks teks yang dimaksud.

Konteks jugalah yang selama ini bikin saya jarang bikin coretan dengan struktur kalimat yang simpel. Struktur kalimat yang sejatinya udah mulai ditanamkan sejak kita belajar nulis yaitu format Subjek-Predikat-Objek-Keterangan atau SPOK, kayak kalimat-kalimat yang saya comot dari asianwiki berikut.

Sinopsis by AsianWiki
Sinopsis by AsianWiki
Kalimat-kalimat di atas sendiri sederhana. Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan. Kalimat sambungannya pun enak. Polanya masih sama dan antar kalimat, disadari atau nggak, pasti nyambung. Bahasa kerennya gayut.

Konon, kunci kalimat dalam bahasa asing bisa gayut ada di kata ganti. Penggunaan artikel the dan berbagai variasi kata ganti lainnya memungkinkan kalimat yang nggak sesuai konteks bisa dengan mudah terdeteksi.

Hanya saja, nulis model begono juga nggak selamanya gampang karena kebanyakan dari kita, termasuk saya, lebih sering mengekspresikan apa yang ingin kita tulis lebih dulu baru ngecek tata dan keruntutan antar kalimatnya kemudian.

Wajar jika kalimat atau paragraf yang kita eh saya bikin cenderung panjang-panjang dan disadari atau nggak banyak yang ngulang dan nggak nyambung dengan paragaf selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun