Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Melihat Sisi Abu-abu lewat Serial "First Half of My Life"

2 Oktober 2019   11:38 Diperbarui: 28 Mei 2020   21:39 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reaksi penonton terhadap apa yang dilakukan Junsheng membuat animo penonton terhadap serial ini cukup besar. Masing-masing penonton, terutama di dunia maya,  punya pendapat sendiri dan tidak terkesan satu suara.  

Pendapat mereka terbelah. Yang kontra jelas. Mendua apa pun alasannya tidak dibenarkan. Junsheng dinilai tidak peka terhadap perasaan Zijun sebagai "korban". Meski ujung-ujungnya menjadi korban merupakan pilihan dan posisi sebagai korban tidak lain sekedar masalah sudut pandang.

Yang kontra pun punya alasan sendiri, mereka menganggap Zijun kurang peka terhadap situasi yang sedang dialami Junsheng.  Walaupun Zijun juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan karena sudah lama tidak merasakan ritme khas pekerja kantoran.

Di sisi lain, meskipun bukan karakter yang diidolakan, kita juga tidak bisa menjadikan sosok Ling Ling dan Junsheng sebagai musuh bersama karena Ling Ling-lah sosok yang justru memastikan Zijun dan keluarganya tetap diperlakukan secara layak. Junsheng pun bukanlah sosok antagonis yang biasa kita bayangkan lantaran sedari awal tidak pernah berkata kasar apalagi main tangan terhadap keluarganya.

Lewat situasi seperti ini, opini penonton sebenarnya jelas. Sekali lagi, ada yang pro, ada pula yang kontra. Bahkan saya juga yakin ada yang berpendapat "namanya juga fiksi, coba di dunia nyata,  ... " dan masih banyak lagi.  

Opini apa pun sebenarnya sah. Toh, serial ini memang dibuat untuk memancing opini penonton dari berbagai sisi. Bahkan diakui atau tidak, opini yang saling bersahut-sahutan seperti ini yang membuat serial ini stabil di posisi  tiga (bahkan satu) besar sedari awal.

Menariknya, penulis skenario cerita ini, Qin Wen, selalu bisa menjaga pro kontra sejak awal lewat alur cerita yang logis, meskipun akar permasalahannya tak selalu sama, termasuk dengan mengeluarkan sisi "menyebalkan" Zijun yang sedari awal digambarkan sebagai sosok baik hati. Contohnya, ketika Zijun harus memulai petualangan sebagai penjaga toko selepas menjadi ibu tunggal. Kebetulan di hari pertama, Zijun mendapat tugas membersihkan lantai.

Apa yang Zijun lakuin sebenarnya nggak salah. Ia hanya memakai masker dan sarung tangan sesuai panduan yang ada dalam kemasan. Masalah muncul ketika pembeli ingin berbelanja dan Zijun terlalu sibuk membersihkan lantai. Pemilik toko yang sedari awal senewen melihat sikap sok higenis Zijun, jadi buka suara melihat situasi ini.

Pemilik toko berkomentar bahwa Zijun terlalu berlebihan karena selama membersihkan lantai dengan merek pembersih yang sama, pemilik toko tetap sehat walafiat meski membersihkan tanpa masker dan sarung tangan.

Meski remeh dan memang remeh, penonton "dipaksa" untuk memahami situasi yang sedang terjadi dan menjadi sosok yang ada dalam adegan tersebut, baik itu pembeli, pemilik toko, maupun Zijun.

Terlepas dari apa yang dialami Zijun, sebenarnya muaranya hanya satu. Menunjukan proses bagaimana Zijun makin mandiri dan tahan banting yang ujungnya bisa kita ketahui detailnya di episode akhir nanti. Hanya saja, prosesnya terkesan terlalu penuh untuk penikmat drama korea apalagi jepang yang terkadang tidak butuh adegan dan dialog berbusa untuk menyampaikan satu pesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun