Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Celoteh Khas Fans Tim-tim NBA

12 Juli 2019   13:25 Diperbarui: 12 Juli 2019   14:28 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman sekarang boleh dibilang semua-semua dikomentari. Mulai dari tingkah sendiri sampai polah orang lain. Terlebih sekarang media sosial bertebaran di mana-mana. Nggak heran hobi yang satu ini makin tersalurkan.

Hobi berkomentar juga masuk di ranah olahraga, bukan cuma sepakbola atau balap. Basket juga masuk di dalamnya.

Kalau kita lihat kanal sepakbola, misal tim favorit, maksud saya website di mana para fans bisa menyampaikan pujian, pendapat, atau uneg-uneg, kita akan tahu gaya mereka, komen yang sebenarnya tidak beda jauh dengan komen konten di youtube, di mana komennya bejibun tapi intinya cuma tiga atau empat.

Komen pro garis lunak atau garis nyinyir, komen kontra, komen bijak, dan komen bikin ngakak. Komen-komen itu terkadang lebih seru dari kontennya sendiri.

Seperti komen salah satu fans Golden State Warriors di saat Steph Curry cedera awal atau pertengahanan musim lalu. Di saat sebagian fans pesimis atau optimis dengan masa depan Warriors karena tim kesayangan mereka kalah beruntun, ada seorang fans yang nyeletuk. Bunyinya kurang lebih "paling bulan april hasilnya juga beda."

Channel: Shawccer tv

Mungkin komentar tersebut terbilang singkat dan terkesan nggak berarti apa-apa. Hanya saja kalau kita ngeh apa maksud komen barusan. Mau nggak mau saya ikut tersenyum.

April yang dimaksud di sini, seperti kita sudah tahu, adalah bulan dimulainya babak playoff NBA. Dan, seperti sudah kita tahu juga, bukan hanya sampai april, kiprah Warriors musim lalu bahkan berlangsung sampai pertengahan juni, di mana tim-tim yang waktu itu mengalahkan Warriors sebagian besar sudah berguguran.

Komen seperti itu juga bisa kita temukan di website yang memberikan ruang untuk para fans sepakbola berkomentar. termasuk kalau kita mampir ke salah satu kanal yang khusus membahas Barcelona misalnya. Apa pun isi beritanya komentarnya punya nada yang sama.

Para fans punya cara sendiri untuk menunjukkan kecintaannya pada tim yang dikaguminya. Termasuk dengan cara nyinyir. Termasuk menyinyiri Neymar atau Coutinho yang dianggap kurang gahar eh total ketika bermain buat Blaulgrana, misal lewat komen "Cou 100% should be sold" atau sejenisnya.

Komentar fans tim-tim NBA sebenarnya nggak jauh beda dengan fans sepakbola, walaupun di Indonesia mungkin jarang yang memperhatikan komen-komen tersebut karena selain nggak penting, rata-rata fans NBA di sini cukup puas mengetahui hasil pertandingan yang didapat tim kesayangannya dan sedikit mengabaikan drama yang terjadi di luar lapangan atau drama yang sedang terjadi di lapangan.

Woj yang berdiri sebelah kanan (youtube Seth Goat)
Woj yang berdiri sebelah kanan (youtube Seth Goat)

Komentar para fans NBA, terutama komen para fans tim-tim yang berpeluang berbicara banyak musim depan biasanya lebih riuh, lebih mirip celotehan. Musim lalu, saya sendiri biasa sarapan twitter  milik Shams Charania dan Adrian Wojnaroswki. Dua nama yang lama dikenal sebagai pemberi kabar terpercaya mengenai NBA. Gaya mereka khas. Singkat, padat, jelas, dan pasti bikin viral #eh.

Boleh dibilang, walaupun keduanya praktis cuma mencuit antara dua sampai tiga kali untuk satu topik yang sama (bahkan rata-rata cuma sekali sewaktu Woj masih belum bergabung bersama kantor barunya sekarang), efeknya bisa bererot dan bisa jadi artikel berjilid-jilid dan bisa menjadi bahasan panjang dalam tiga sampai empat hari, dengan komentar paling sedikit mencapai 130-an dan bisa sampai 300-an per artikel.

Jumlah komen bisa lebih buanyak apabila fans timnya dikenal militan seperti fans Los Angeles Lakers, Los Angeles Clippers, Boston Celtics, Chicago Bulls, atau Houston Rockets, Miami Heat. Fans Golden States Warriors, meskipun bejibun, nggak semilitan fans tim-tim tadi, yang merasa selalu pantas jadi juara NBA meskipun masuk playoff pun tidak.

Jangan lupakan juga keriuhan fans Brooklyn Nets yang kalem. Meskipun banyak, mereka tidak riuh. Mereka lebih terkesan loyal dan suportif.

Masuk akal jika fans Brooklyn termasuk banyak bahkan sebelum tim mereka mendapatkan jasa Kevin Durant, mengingat Brooklyn termasuk wilayah padat penduduk di New York.  

salah satu ilustrasi
salah satu ilustrasi
">

Keriuhan yang sama juga terjadi begitu Adrian Wojnarowski mengabarkan kepindahan Paul George ke Clippers, serta yang terbaru berita kepindahan Russell Westbrook ke Houston Rockets. Kepindahan yang jelas-jelas memastikan satu hal. Russell Westbrooks resmi bereuni dengan James Harden di Houston Rockets.

Cuitan dari Adrian Wojnarowski dan Shams Charania memang selalu disambut laksana air bah, terutama jika kepindahan tersebut melibatkan nama-nama besar.

Tidak heran karena keduanya dianggap sebagai rujukan berita termutakhir NBA terutama perihal perpindahan pemain dan netizen punya istilah sendiri untuk efek berita yang disampaikan Woj yaitu "Woj Bomb".

Kepindahan Russell Westbrooks sendiri sejatinya bukan hal baru. Gosipnya sendiri sudah mulai berembus  tiga atau empat hari lalu, meskipun Miami Heat yang baru saja kedatangan Jimmy Butler awalnya sempat lebih diunggulkan mendatangkan Westbrooks.

Konon, menurut kabar, kepindahan Westbrooks memang didukung penuh oleh James Harden. Harden yang mendorong Daryl Morey, Sport Executive Rockets untuk mendatangkan Westbrooks dari Oklahoma City Thunder. Sebagai ganti Oklahoma City Thunder mendapatkan Chris Paul, pemain senior (banget), yang nilai kontraknya besar, dan belakangan makin sering cedera.

Dari sisi ini, kelihatannya, Houston nggak terlalu rugi-rugi amat. Rockets mendapat pemain yang secara teori lebih muda, lebih bugar, dan tahu caranya mencetak triple double.

Hanya saja Westbrooks bukan tanpa cela. Meski dikenal sebagai pemain yang tidak terhentikan di bawah jaring, akurasi tembakan Westbrooks termasuk yang terburuk di NBA.

Belum lagi akurasi tembakan bebasnya, yang jelas kurang dari 70%. Padahal, Rockets dengan kehadiran Harden dan Chris Paul, dikenal sebagai tim yang banyak menembak dari area tiga angka. Bahkan, angka yang dibuat dari area tiga angka lebih banyak dari yang dibuat di bawah jaring.

Calon rekan satu tim Danilo Gallinari dan Chris Paul 
Calon rekan satu tim Danilo Gallinari dan Chris Paul 

Dari situ saja komentar para fans sudah amat jelas terbaca. Sebagian fans Rockets merasa trade ini tidak pas dan mengubah identitas tim secara drastis. Bahkan komentar para fans Rockets sudah tercetak sebelum Westbrooks benar-benar datang.

Alasannya sederhana. Setidaknya sekarang tim-tim lain tahu cara menghentikan mereka. Cukup tempel Harden dan para pemain berbahaya lainnya dan biarkan Westbrooks yang memegang bola dan menembak.

Tidak heran Westbrooks kerap dijuluki Russell Westbricks (brick kurang lebih berarti bata atau tembok di mana tembakan Westbrooks kerap dianalogikan lebih sering membentur tembok ketimbang masuk), bukan cuma oleh fans tim lain, tapi juga fans timnya sendiri.

Bahkan saking frustasinya sampai ada yang berseloroh kelar mendukung Rockets dan sembari guyon bertanya pada fans Rockets lain siapa yang hendak ikut dirinya mendukung Clippers musim depan.

Jika fans Houston cenderung meradang, beda ceritanya dengan para fans Oklahoma City Thunder. Dengan kedatangan Chris Paul, Thunder menjadi tim yang lumayan merata. Minimal permainan mereka jadi lebih sulit dibaca ketimbang musim-musim sebelumnya, karena baik Chris Paul dan Danilo Gallinari, keduanya bisa menembak dan bisa membuat peluang sendiri.

Halangan mereka, maksud saya Oklahoma City Thunder cuma satu. Seperti saya bilang tadi, Chris Paul dan Gallinari rentan cedera. Terlebih buat Paul, dengan usia yang semakin sepuh, nilai kontrak yang besar, dan masih tersisa beberapa musim lagi, rasanya agak sulit ada tim yang bersedia menggunakan jasanya di kemudian hari.

Untungnya Oklahoma City Thunder punya lebih banyak alasan untuk bisa tersenyum. Kalaupun mereka kurang bisa berbicara banyak musim ini, OKC punya 16 draft pick hingga tahun 2026 nanti. Jumlah tersebut termasuk banyak karena lazimnya satu musim, selama tidak diberikan ke tim lain, sebuah tim hanya punya 2 draft pick tiap tahunnya.

Draft pick sebanyak itu jelas lebih dari cukup untuk membangun sebuah tim. Minimal kalau tidak dipakai untuk mendatangkan rookie, draft tersebut bisa dipakai mendapatkan pemain bagus yang sudah matang nantinya.

Berhubung punya banyak draft, saya tidak heran kalau Clippers entah pertengahan musim ini atau musim depan atau musim depannya lagi mengincar satu atau dua diantaranya mengingat praktis sampai 2026 satu draft pick milik Clippers sudah pasti dimiliki tim lain buntut dari trade yang dilakukan Clippers untuk mendapatkan Paul George. Padahal, kontrak Paul George dan Kawhi Leonard akan habis tahun 2021.

tweet woj
tweet woj

Kondisi ini jelas kurang menguntungkan Clippers sebab semakin pendek durasi kontrak seorang bintang sebagus Kawhi, peluang Clippers menggunakan jasa Kawhi semakin kecil. Terlebih jika Clippers tidak menjadi juara dalam dua musim ke depan.

Masa depan Clippers dalam 5-6 tahun ke depan bisa berabe karena mereka sama sekali tidak punya aset untuk mendatangkan pemain bagus, terutama lewat draft pick.

Terlebih di musim 2021-2022, besaran nilai kontrak pemain Clippers mendekati atau boleh jadi melebihi salary cap. Kalau sudah begitu, praktis Clippers tidak bisa bergerak bebas di bursa perpindahan pemain. Berbeda jika Kawhi meneken kontrak sampai tahun 2022.

www.welcometoloudcity.com
www.welcometoloudcity.com

Setidaknya Clippers boleh mengontrak pemain yang nilai kontraknya di atas salary cap karena Clippers punya pemain yang sudah dikontrak selama tiga tahun (sesuai dengan aturan bird cap).

Kalaupun Clippers tidak berbicara banyak dalam dua musim ke depan, pada tahun ketiga Clippers bisa mengirim Kawhi ke tim lain dengan imbalan pemain bagus atau draft pick.

Cara ini memang lazim di NBA, Tim-tim NBA memang suka memakai jasa pemain yang kontraknya masih tersisa dua sampai satu tahun di tim lama. Bahasa NBA-nya two atau one-year rental. 

Dari kepindahan pemain yang melibatkan Oklahoma City Thunder ini kebetulan didapatkan satu hal menarik. Bukan cuma fans dari tim-tim yang berkepentingan yang komennya bererot sampai ratusan, tapi juga fans tim lain yang dalam tanda kutip "diuntungkan" dengan drama kepindahan satu pemain ke tim lain.

Fans Lakers contohnya "ikut bersorak" dengan langkah Kawhi Leonard yang alih-alih menandatangani kontrak tiga tahun plus kemungkinan perpanjangan satu tahun jadi hanya kontrak dua tahun dengan kemungkinan perpanjangan satu tahun.

Fans tim lain yang berbeda wilayah pun ikut berkomentar, seperti fans Philadelphia 76ers yang dikenal paling sebagai salah fanbase paling berisik.

Di NBA, komen fans dari tim yang tidak berkepentingan, meski nggak penting, boleh jadi menginspirasi pihak manajemen tim favoritnya, untuk memakai jasa pemain dari tim yang sedang dirasani, minimal pertengahan musim jelang penutupan tanggal perpindahan pemain, meskipun secara teori setiap tim di NBA pasti punya data pemain mana saja, yang di atas meterai, kontraknya tersisa dua atau satu musim lagi, atau kalau kalaupun kontraknya masih panjang, nilai kontraknya pas di kantong sebagian besar tim NBA. Terlebih, semakin sedikit tim yang punya komposisi pemain matang, semakin besar pula kesempatan suatu tim melaju ke babak playoff.

Itulah yang sejatinya jadi bahan obrolan para fans tim-tim NBA nyaris tiap hari. Meskipun penggemar basket dikenal tidak sebanyak fans sepakbola, keterikatan para fans dengan timnya sendiri dan tim-tim lain membuat topik yang dibahas seakan tidak pernah habis.

Terlebih di NBA, setiap pemain praktis punya fansbase sendiri, yang akan selalu punya pembela apabila idola mereka dianggap menjadi salah satu faktor timnya tidak bermain maksimal pada suatu pertandingan.

Komen para fans NBA bisa mencapai ratusan bahkan  seribu jika musim NBA sudah dimulai. Komen sebanyak itu bisa hadir karena bukan cuma satu dua orang yang bersedia menyedekahkan jarinya tiap menit setiap kali tembakan bola timnya masuk atau malah meleset. Mereka akan spontan berkomentar begitu merasa ada hal yang menarik buat mereka.  Terkesan lebay memang, tapi itulah ciri khas fans NBA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun