Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kesabaran Sacramento Kings

6 Januari 2019   16:12 Diperbarui: 10 Januari 2019   07:38 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rudy Gay, DeMarcus Cousins, ma Willie Cauley-Stein (trio raksasa King pada zamannya), foto dari 2k17

Sacramento Kings tim yang menarik. Delapan dari lima belas pemainnya merupakan draft Kings sendiri (bahkan kita bisa menyebutkan sembilan mengingat Ben McLemore mengawali kariernya di Kings dan sempat mengembara sejenak ke Memphis Grizzlies selama semusim).

Dari sisi komposisi, tidak ada yang istimewa dari Kings mengingat enam tim lain juga punya komposisi serupa. Delapan dari lima belas pemain tim-tim tadi memulai debut dan masih bermain di tim yang sama, misal  Charlotte Hornets atau tim yang sedang naik daun Denver Nuggets atau juga Los Angeles Lakers.

Bedanya dua rookie Denver Nuggets, Michael Porter Jr dan Jarred Vanderbiit, sama sekali belum tampil sedari awal musim untuk Denver. Di sisi lain, selama  tidak cedera Marvin Bagley jelas jadi rotasi regular Sacramento Kings di musim pertamanya ini.

Yang membedakan Kings dengan tim-tim yang juga membangun timnya dari draft, Kings termasuk tim muda. Dari delapan draft yang mereka miliki saat ini hanya Willie Caullie Stein yang mulai bermain sebelum tahun 2017 di NBA. Kenapa saya bilang di NBA? Lantaran Bogdan Bogdanovic, yang setidaknya sudah dua kali menyulitkan Lakers, sudah tujuh tahun malang-melintang di eropa.

Video Bogdanovic menentukan kemenangan Kings 4 detik sebelom bubar atas Lakers (House of Highlight)

komposisi roster pemain NBA (realgm.com)
komposisi roster pemain NBA (realgm.com)
(realgm.com)
(realgm.com)
Meski secara rataan usia, Sacramento Kings bukan tim yang paling muda, tim ini bisa disebut tim muda mengingat hanya Kostas Koufus dan Willie Caullie Stein yang sudah bermain untuk Kings sejak 2015. Artinya tim ini baru berusia empat tahun. Bahkan dua starter mereka, Namenja Bjelica dan Iman Shumpert, baru bergabung musim ini.

Karena alasan itulah mereka kurang diunggulkan musim ini.  Selain itu, mereka juga kurang memiliki rekam jejak menjanjikan dalam 12 musim terakhir.

Meski sempat diperkuat Demarcus Cousins, all star NBA 4 musim terakhir (tidak sempat mengikuti all star pada kesempatan terakhir karena cedera) atau Rojon Rondo (juara NBA 2008) dan Isaiah Thomas (all star NBA setelah pindah dari Sacramento Kings), tim ini selalu berada di luar 9 besar beberapa tahun belakangan ini. Prestasi terbaik mereka dalam 12 musim terakhir ada di peringkat sepuluh, yaitu saat Rondo bermain untuk Kings.

Rondo zaman baheula (Real GD's Latest Highlights)

Karena prestasinya yang kurang meyakinkan, mereka sering dianggap sansak bagi tim-tim lain yang ingin meraih kemenangan. Mereka dinilai kurang memiliki tim yang bagus, meski dalam 9 tahun terakhir mereka dikenal dengan draft yang bagus.

Dari 20 nama yang mereka pilih pada malam pemilihan rookie (draft night), setidaknya 17 nama masih beredar di NBA sampai hari ini, minimal sebagai rotasi regular.

Sebut saja Tyreke Evans (2009) yang musim ini menjadi pelapis Victor  Oladipo, Hassan Whiteside (2010) yang sekarang menjadi starter di Miami Heat, Bismack Biyombo yang sempat naik daun Bersama Toronto Raptors di babak playoff beberapa tahun lalu, Omri Caspi (2009) yang musim lalu ikut membawa Golden State Warriors masuk babak delapan besar sebelum tidak dilanjutkan kontraknya, atau Nik Staukas yang musim ini menjadi pelapis CJ McCollum atau Damian Lillard di Portland Trail Blazers. 

Beberapa nama hanya sekedar disebutkan namanya saat malam draft, misal Zach Collins, Gary Trent, dan pemain yang ditukar dengan draft Bogdan Bogdanovic, Marquese Chriss. Mereka langsung berganti tim beberapa saat setelah draft mereka diumumkan. Meskipun begitu, mereka  dianggap pemain muda yang menjanjikan.

Rudy Gay, DeMarcus Cousins, ma Willie Cauley-Stein (trio raksasa King pada zamannya), foto dari 2k17
Rudy Gay, DeMarcus Cousins, ma Willie Cauley-Stein (trio raksasa King pada zamannya), foto dari 2k17
Dari semua draft yang bermain bagi Kings, tidak semua draft tersebut sempat menunjukan potensinya ketika bermain bagi Kings. Paling hanya Demarcus Cousins (2010) yang membuktikan diri layak dan memang masuk all star saat masih berseragam Kings. Sebagian lagi malah makin bersinar setelah hijrah ke tim baru, misalnya Isaiah Thomas (2011).
riwayat draft kings satu dasawarsa terakhir (basketball-reference)
riwayat draft kings satu dasawarsa terakhir (basketball-reference)
Mengingat prestasi Kings yang tidak pernah lebih baik dari posisi 11 besar, pemilik Sacramento Kings menunjuk Vlade Divac sebagai wakil presiden dan advisor pada awal musim 2015 dan menjabat sebagai General Manager saat pertengahan tahun.

Penunjukan mantan bintang Kings di era 90-an, tidak bisa dibilang mulus. Di mata fans tim-tim lain, Divac dianggap sebagai manager spesialis pengangkut big man sekaligus pengontrak pemain dengan harga tinggi agar mau bergabung ke Sleep Train Arena (atau stadium baru Golden 1 Center yang mulai dipergunakan musim 2016/17). Tercatat dalam empat musim terakhir, Kings rata-rata punya empat sampai enam pemain yang bertinggi lebih dari dua meter.

Saya sendiri bisa menerima logikanya, pemain yang tinggi minimal akan menutupi ruang tembak meski tidak begitu piawai bertahan, apalagi jika rentang tangannya Panjang. Bukan cuma big men, dalam empat musim terakhir, mereka juga banyak diperkuat guard mungil semacam Ty Lawson, Darren Collison,  Rojon Rondo, George Hill, atau Marco Belinelli.

Kelimanya jelas bukan nama sembarangan. Di luar Ty Lawson yang belum beredar lagi di NBA, empat nama berikutnya turut membawa tim barunya masuk babak playoff, termasuk Belinelli yang baru bergabung ke Philadelphia 76ers selepas all star dari Atlanta Hawks  dan turut mengantarkan 76ers hingga babak kedua playoff wilayah timur

Meski diperkuat pemain bagus, pemain seperti Hill bermain tanpa semangat dan arah musim lalu, meski punya kontrak yang besar. Hill memang lebih diproyeksikan membimbing DeAron Fox yang musim ini tampil gemilang. Hill baru menunjukkan permainan terbaiknya usai bergabung dengan Cleveland Cavaliers.

Channel: Freedawkins

Kegemilangan Fox terlihat dari jump shotnya yang makin baik, meski tidak sebaik tembakan tiga angkanya. Sejak musim lalu saya belajar bahwa shooter yang bagus salah satunya harus mampu melakukan step back three, menembakan tembaka  tiga angka dengan terlebih dahulu mundur satu langkah ke belakang agar memiliki ruang tembak yang lebih baik. 

Itulah senjata baru Fox Yang sering terlihat musim ini. Gaya itu biasa dipakai Steph Curry dan James Harden. Sayang midrange Fox belum terlalu konsisten terutama jika ditempel defender tinggi dengan defense yang bagus.

Fox rela ngejar pemaen demi nutup ruang tembak (Thinking Basketball )

Meskipun masih telihat banyak kekurangan, identitas tim ini lebih jelas sekarang. Kings mengandalkan visi, kecepatan, serta kemampuan Fox dalam menyelesaikan serangan di bawah jaring. Visi dan kecepatan inilah membuat Fox dinilai berbahaya.  Terlebih jump shot Fox lebih konsisten dari musim lalu. Buat saya, jump shot Fox sekarang sedikit lebih konsisten dari Ricky Rubio.

Kebangkitan Kings ada pada makin akuratnya tembakan Fox musim ini dan Buddy Hield. Terlebih Iman Shumpert bisa tampil konsisten sesuai dengan potensi yang tercium sejak bermain bersama New York Knicks. Bjelica juga berhasil menunjukan bahwa dirinya bukan sekedar big man cadangan yang jago nembak.

Bjelica juga mampu menyelesaikan serangan di bawah jaring dengan tingginya yang menjulang. Akurasi tembakan Bjelica terlihat makin bagus seiring banyaknya kesempatan bermain sekaligus makin banyaknya penembak jitu di Sacramento Kings.

Dengan banyaknya pemain petarung dan bertubuh tinggi, pandangan lawan makin terbatas dan ruang tembaknya makin sempit. Begitu bola luput, Stein atau Bjelica siap mengambil rebound, dan sigap menyerang di bawah jaring. Menariknya mereka tidak serta-merta menyerang langsung ke bawah jaring.

Mereka justru sering mengumpan bola ke Hield yang siap menyambut bola dari belakang. Buat Hield, tidak sulit menyelesaikan tembakan di ruang terbuka seperti itu mengingat akurasi tembakan tiga angkanya juga bagus.

Video Andy Hoops tentang penyebab cedera pemain NBA

Kings bukan hanya dikenal jago menyerang balik. Kecepatan dan kemampuan Fox dalam menyelesaikan serangan di dalam maupun di luar membuat pick and rollnya makin berbahaya. Terlebih Stein atau Bjelica juga lincah dan piawai menusuk ke dalam dan amat siap menembak Dari luar.

Tempo serangan Kings tetap terjaga di perempat keempat karena mereka memiliki pelapis dengan gaya bermain yang tidak jauh berbeda dengan para starter. Sebut saja Harry Giles yang sempat tampil bagus secara beruntun yaitu saat bermain dengan sister team Kings di g-league, Stocton Kings, dan berlanjut pada saat bermain bersama Kings.

Kings juga punya Bogdanovic yang sulit dihentikan di bawah jaring dan punya akurasi tembakan bagus di saat-saat genting. Ditambah dengan Kostas Koufous yang senantiasa menjaga keseimbangan tim di awal atau akhir perempat ketiga Dan awal perempat keempat. Permainan Kofous memberi waktu rehat bagi Stein untuk bisa bugar di perempat keempat.

Video Ximo Pietro

Jujur, Dave Joerger jeli melihat dan memilih pemain, Joerger tahu betul potensi dan kecepatan Yogi Ferrell tiap kali diberi kesempatan dari bangku cadangan sejak bermain di Dallas Mavericks. Setelah lebih sering tampil sebagai pemanis, saat poin sudah sulit terkejar, Ferrell mulai mendapat menit bermain yang lebih banyak semenjak Bagley cedera, menit bermainnya stabil di angka 8-14 menit. Kurang dari itu jelas ada, tapi setidaknya tidak sebanyak 15 pertandingan awal.

Sayang tim ini agak sedikit mudah terbaca. Mereka memang sempat lebih dari sekali mengalahkan Oklahoma City Thunder yang kala itu belum menunjukan permainan terbaik, tapi mereka hampir dipastikan kalah sekali, tiap kali bertemu tim yang minimal punya satu all star.

Sebut saja Milwaukee Bucks dengan Giannis Antetekumpo, Houston Rockets dengan James Harden, atau Denver Nuggets dengan pemain yang difavoritkan mendapatkan kesempatan all star pertamanya musim ini, Nicola Jokic. Tim-tim inilah yang berhasil memanfaatkan pergerakan Bjelica yang lambat dalam bertahan. Terlebih Bagley big man yang punya postur dan kecepatan menutup ruang gerak para scorer ini sudah cedera lebih dari 11 games beruntun musim ini.

Pemain Denver Nuggets favorit selain Nikola Jokic

Para pemain yang rutin menjadi rotasi reguler lainnya dinilai kurang bisa menutup pergerakan lawan, meski sangat bagus saat menyerang, mengingat biasanya Stein, Bogdanovic, dan Fox mendapat istirahat yang cukup di quarter ketiga, Ini terbukti di pertandingan tadi siang.

Meski berhasil unggul kurang lebih lima angka di akhir-akhir perempat ketiga, Warriors bermain lebih kompak di perempat berikutnya, dengan tidak hanya mengandalkan tembakan tiga angka Curry yang kebetulan lebih banyak luput di akhir perempat ketiga, tapi lewat operan ke pemain yang bebas tidak terkawal

Passing Jokic keren (video dari NBA)

Dengan kekalahan ini, presentase kemenangan Kings jadi kurang dari .500 dan mungkin akan terlempar dari perburuan delapan besar.

Pergeseran posisi delapan besar memang tidak seketat awal musim di mana 10 tim hanya berselisih kurang dari 3,5-4,5 pertandingan, terutama di wilayah barat, tapi setidaknya Kings sudah menunjukan permainan yang menjanjikan, di mana tidak ada pemain yang lebih dominan dari yang lain. Keseimbangan tim seperti ini terbilang bagus terutama ketika pertengahan musim seperti ini mulai banyak pemain yang bergantian pulih dan mengalami cedera.

Sejauh ini, seingat saya, baru Denver Nuggets yang relatif stabil meski beberapa pemain utamanya bergantian absen. Meski Garry Harris beberapa kali cedera dan Will Barton baru sempat tampil dua kali musim ini (dan Isaiah Thomas bahkan belum sempat bermain satu pertandingan pun), Denver Nuggets boleh dibilang baru kalah beruntun dari tim jago kandang San Antonio Spurs dan lawan Los Angeles Clippers yang punya cadangan sama jagonya bikin angka dengan para pemain cadangannya.

Tidak menutup kemungkinan Kings tetap bisa menjaga pola permainannya meski katakanlah Fox cedera karena tempo permainan cepatnya mengingat ciri permainan antar pemain tidak jauh berbeda. Minimal, meski belum bisa meraih presentase kemenangan di atas .500 seperti 12 tahun lalu, tim ini menunjukkan potensi permainan yang menjanjikan.

Dengan permainan seperti ini, mungkin saja mereka bisa mencapai babak playoff beberapa tahun mendatang, dengan catatan, mereka tetap menjaga keutuhan tim dan mendatangkan pemain  bertahan bagus, tanpa mengubah filosofi tim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun