Ada beberapa hal yang bikin NBA menarik berlangsung sepanjang 168 hari, yang mungkin secara langsung atau nggak mempengaruhi penampilan tim-tim NBA, mungkin hingga babak playoff nanti.
Cedera Pemain
Cedera pemain seperti tidak habis-habis. Tercatat hingga awal april, konon udah5000Â pemain tercatat cedera. Jika ditilik dari tim delapan besar aja, mulai dari Steph Curry hingga Rudy Gobert pernah atau masih cedera
Saya sendiri nggak gitu tau kenapa banyak pemain cedera musim ini. Gaya bermain yang ekspresif dan tinggi badan boleh jadi berpengaruh. Gaya bermain Curry yang dalam hitungan detik bisa bergerak sangat cepat dan sekali waktu berhenti (bahkan sering kebablasan) Â dinilai bikin doi mendapat cedera yang identik dengan Dik Lonzo, MCL level 2. Belum lagi Curry kerap melakukan layup dengan cara yang sulit.Â
Selain Curry dan John Wall yang terhitung imut, beberapa pemain yang cedera musim ini cenderung jangkung, sebut saja Jimmy Butler, Gordon Hayward, Kristaps Porzingis, Demarcus Cousins, Rudy Gobert, hingga Jaylen Brown yang mendarat dengan posisi yang kurang pas. Nggak semuanya cedera lantaran tumbukan atau abis bertabrakan seperti Jimmy Butler yang terduduk ketika permainan tengah berlangsung rapi.Â
Eric Choi memberi gambaran kenapa pemain bertubuh tinggi rentan cedera. Choi berpendapat bahwa cedera mereka bisa jadi disebabkan langkah yang lebih panjang ketimbang pemain yang lebih pendek.
Yang jelas, hingga bulan maret lalu, para pemain Spurs tercatat melewatkan 149 pertandingan. Boston Celtics malah lebih banyak. Tiga belas pemain bergantian absen, termasuk pemain cadangan yang rutin mengisi peran starter yang rehat, tiga empat menit quarter pembuka berakhir, seperti Marcus Morris, dan Marcus Smart yang cedera lantaran meninju kaca setelah kurang akurat menembakan bolanya dua detik sebelum pertandingan kelar.
Cedera pemain seperti Rudy Gay dan Marcus Smart, mungkin terlihat nggak begitu berpengaruh ketimbang cedera pemain seperti Andre Robertson atau Jimmy Butler. Â Sebelum cedera panjang, rata-rata OKC hanya memenangi 50% pertandingan yang dimainkan tanpanya. Ketika Robertson absen delapan kali berturut-turut, OKC kalah empat kali, begitu juga sewaktu absen dua kali.Â
Begitu Robertson mulai tidak bisa bermain hingga akhir musim, sebelum Corey Brewer mengisi perannya, Thunder sempat 7 kali kalah dalam 15 pertandingan.Â
Untungnya posisi mereka, cenderung stabil di posisi lima besar dalam kurun waktu terhitung dari Robertson cedera hingga Corey Brewer bermain. Ketika Bjelica mengisi peran Butler dalam 17 pertandingan, timberwolves 9 kali kalah dan melorot 14 tingkat dari posisi tiga wilayah barat (lima klasemen keseluruhan). Beruntung mereka masih bertahan di peringkat delapan hingga akhir musim.
Di lain pihak, cedera Rudy Gay punya pengaruh yang lumayan bagi Spurs meski bermain dari bangku cadangan. Kalah 14 kali dari 23 pertandingan membuktikan bahwa Spurs tetap perlu pemain yang bisa menyelesaikan peluangnya sendiri selepas Leonard cedera. Pemain muda seperti Dejonte Murray dan Kyle Anderson, yang baru mentas 2-3 musim memang terbukti sudah bisa mengisi peran Tony Parker, hanya saja Bryn Forbes dan Davis Betrans belum menunjukan hasil yang diharapkan, terutama dari paint area.Â
Mungkin mereka bisa mencontoh Brad Stevans yang memberi kepercayaan yang cukup bagi Terry Rozier, Daniel Theis, Semi Ojeleye, Jabari Bird, hingga Guerschon Yabusele. Tiga nama pertama boleh dibilang berperan sebagai cadangan rutin Celtics musim ini. Meski sempat kurang stabil selepas Marcus Smart cedera, pemain-pemain yang dipilih Brad Stevens karena ketangkasan, tinggi badan, dan keterampilan bertahannya itu mampu tampil baik. Pengalaman bermain, setidaknya tiga musim di kampus atau Eropa, membuat mereka lebih matang pohon.
Pertahanan Kokoh
NBA bisa dibilang berubah lima tahun lalu. Ketika itu, Curry memasukkan sebelas tembakan tiga angka. Meski timnya kalah, Curry mengubah wajah NBA. Jika lima musim lalu, paling banyak hanya dua tim yang mengemas sepuluh tembakan tiga angka per pertandingan, musim lalu mulai tampak 11 tim mengikuti jejak mereka.Â
Musim ini bahkan Houston Rockets mencetak memperbarui rekornya musim lalu dengan mencetak 15 tembakan tiga angka per pertandingan, meski dengan akurasi yang bahkan tidak sebagus Sacramento Kings di posisi kedua.
Menariknya banyaknya tembakan tiga angka tidak berbanding lurus dengan prestasi mereka.  Tim-tim yang banyak memasukkan tembakan tiga angka, sebagian memang tim yang lolos babak playoff. Sebut saja Houston Rockets, Cleveland Cavaliers, Toronto Raptors, Boston Celtics, dan Golden State Warriors. Jumlah tembakan tiga angka Rockets bahkan lebih baik dari Golden State Warriors, ketika yang bersangkutan belum cedera. Rataan tembakan Warriors  menurun sejak Curry cedera, meski masih masuk delapan besar.Â
Meski begitu rataan tembakan mereka masih kurang banyak ketimbang Brooklyn Nets, Dallas Mavericks, Denver Nuggets, Atlanta Hawks, dan Chicago Bulls. Jumlah tembakan tiga angka Nets dan Mavericks per pertandingan bahkan lebih bagus dari Raptors dan Celtics
Ada beberapa alasan kenapa Boston Celtics, Utah Jazz, Philadelphia 76ers, Toronto Raptors, Houston Rockets, hingga Portland trail Blazers berada di barisan empat besar wilayah masing-masing. Â Mereka bukan cuma jago melepaskan tembakan dari luar, tapi juga meredamnya.Â
Mereka masuk sepuluh besar tim dengan pertahanan terbaik NBA. Berbekal setidaknya empat pemain dengan tinggi rata-rata setara di atas lapangan, beberapa bisa lebih tinggi dari sebagian starter tim-tim NBA, keenam tim jadi tim yang sulit ditembus. Sebagai gambaran Philadelphia 76ers, setidaknya punya empat nama yang dikenal dengan pertahanan yang nggak gampang letoy.Â
Joel Embiid, Robert Covington, JJ Redick dan Ben Simmons salah satu eh empatnya. Iya, Simmons, meski dikenal lantaran ketangkasan dan kelugasan saat memberi umpan dan menusuk, Fresh King bisa dibilang punya pertahanan lumayan, Pada tanggal 10 Februari lalu misalnya, Sixers menjamu Clippers di Well Fargo Center, Ben menunjukkan keterampilan bertahan yang meyakinkan. Ilustrasi berikut dipinjem dari nbahd.comÂ
Ketika waktu menembak tersisa dua detik, Harris mencoba menusuk dan 0,9 detik kemudian yang mbaurekso pun berhasil dilewati. Sisa waktu itu dimanfaatkan dengan melakukan floater dan ...
Saat-saat mendebarkan itu bukan cuma kita yang menyaksikan tapi juga Embiid, Simmons, Jordan, dan juga Saric. Masuk nggaknya tembakan menunjukan bahwa pertahanan dikreasikan kadang bukan hanya agar bola nggak masuk, tapi juga buat deg-degan yang ngefans Sixers kayak saya #eh.
Serangan selanjutnya dimulai dari Embiid yang kemudian dilanjutkan Simmons. Lewat kecepatan dan kelincahannya Simmons mencoba melewati hadangan Jordan dan floater Simmons kali ini kurang sempurna. Jordan yang lebih kokoh mampu meredam kecepatan dan kegesitan Simmons.
Maaf ilustrasi yang ditampilkan hanya sebentar. Videonya hanya ditampilkan dalam durasi 28 detik kalau diunggah. Terlepas dari versinya yang singkat, kita bisa mendapat gambaran bagaimana switch dalam defense rotation diterapkan, bukan hanya oleh Sixers, Boston Celtics, bahkan Lakers. Konsep dasarnya mirip, praktiknya yang sedikit berbeda, sedikit banyak tergantung pada roster yang dimiliki.
Semakin banyak kemiripan antara starting line-up dengan para pemain cadangannya, biasanya sebuah tim lebih lentur dalam menjalani sisa musim kompetisi. Kemiripan yang sekitar tahun 2008 bisa disebut hybrid player, di mana ketika bermain di lapangan, penonton tidak peduli mana point guard, shooting guard, small forward, atau power forward, Sam Smith, dalam buku Hard Labor: The Battle That Birthed the Billion-Dollar NBA, menyebut bahwa  hybrid players is too quick for centers and too tall as a shooter for forwards Marcus Camby, Andrew McDyess, Rasheed Wallace, Kevin Garnett juga dikenal sebagai pemain hibrid,  meski tidak selalu dihubungkan dengan tembakan jarak jauhnya. Â
Channel: Free DawkinsÂ
Poin di Bawah Jaring
Pemain-pemain hybrid kebetulan belum terlalu banyak hadir musim ini. Meski tinggi dan bisa nembak, mereka belum tentu lugas di lapangan. Kalaupun agresif di lapangan, tembakannya belum sekonsisten yang diharapkan  Setidaknya perlu waktu dua tiga musim, bagi para pemain muda serbabisa  mengembangkan kemampuan fisik sambil belajar membiasakan diri dengan benturan fisik di lapangan. Musim depan kebetulan talentanya boleh dibilang bejibun mulai dari Michael Porter, DeAndre Ayton, Jaren Jackson Jr, Mo Bamba, Marvin Bangley, Wendell Carter, hingga Luca Doncic. Michael Bridges saya sebut belakangan lantaran agak istimewa. Bukan hanya lincah dan jago tembak tapi juga membawa Vilanova jadi juara. Nggak heran, sembilan tim yang memang punya draft pick musim depan rela ngantri dan ngalah demi para pemain muda. Bersamaan dengan kenaikan salary cap musim depan yang kemungkinan tidak sesignifikan musim lalu, berinvestasi pada pemain muda dinilai cukup masuk akal. Beberapa tim berupaya menyimpan tenaga untuk musim depan. Nggak heran, NBA menjuluki musim ini Golden Age of Tanking, di mana tim yang memiliki draft pick urutan pertama musim depan berlomba-lomba kalah, sebagaimana dengan jelas ditunjukkan Bulls yang menang 7 kali beruntun, setelah hanya menang tiga kali dalam 23 pertandingan pertama, Hanya saja kali saya tidak pengen membahas soal tanking wong udah ngelantur terlalu banyak. Yang justru menarik justru adalah peran para bully baller ini dalam mengarungi liga musim ini.
New Orleans Pelicans, Minnesota Timberwolves, Philadelphia 76ers, Toronto Raptors, Milwaukee Bucks dan Miami Heat mungkin bukan tim yang kita kenal musim ini dengan tembakan tiga angkanya, tapi merekalah yang bikin tim yang kala itu sedang bagus-bagusnya kalah setelah 16 pertandingan. Nggak sulit menebak kelebihan Miami Heat atau New Orleans Pelicans, Philadelphia 76ers, Orlando Magic, Los Angeles Lakers, tim yang mengalahkan mereka dalam pertandingan beruntun. Para big man bisa mencetak banyak angka, termasuk Anthony Davis atau Joel Embiid. Klopun tidak mencetak banyak angka, para big man ini memberi ruang bagi para pemain bertempo cepat mencetak angka, seperti Kuzma dan Donovan Mitchell.
Channel: Lanterne Rouge
Tim seperti Minnesota Timberwolves pun sama. Ketika Butler tengah tidak cedera, mereka mengoyak  tim yang pertahanan tiga angkanya bagus lewat dunk dan mid-range jump shot, Indiana Pacers, New Orleans Pelicans, LA Clippers, atau Portland Trail Blazers pernah mereka kalahkan. Meski di saat yang sama, Timberwolves kurang bisa mengimbangi Pelicans dan Warriors  ketika kompetisi masih berlangsung sengit. Ketika tim mulai menyimpan tenaga  demi babak playoff jadinya lain soal.
Shooter memang punya peran menentukan. Sebagian besar poin diciptakan lewat tembakan-tembakan mereka. Nggak heran, Â peran big man sedikit bergeser. Mereka bukan lagi pencetak angka utama dan perannya bergeser menjadi penjaga bawah jaring. Syukur-syukur mereka bisa jadi penyambut para ball handler yang biasanya jago kalok suruh nusuk ke dalam. Nggak heran big man yang kurang lincah bertarung macam Jahlil Okafor sedikit menepi dan justru pemain lama seperti Emeka Okafor bisa masuk kembali ke bursa NBA masa kini. Meski menit bermainnya hanya 5-10 menit, perannya cukup signifikan, terutama kalok Pelicans ketemu tim yang big mannya kebetulan kurang bertenaga.
Bermain Cerdas Selepas Playoff Â
NBA bisa dibilang kompetisi yang ketat. Masing-masing tim bermain 82 kali dalam 168 hari. Tidak perlu jago matematika untuk mengetahui bahwa rata-rata tiap tim bermain dengan jeda sehari, meski ada kalanya dua hari berturut-turut. kadang, jeda dua tiga hari. Lumrah jika para pemain lelah. Begitu juga pelatih. Mereka ditantang meraih kemenangan. Wajar jika mereka tertekan.  Terlebih mereka bikin para pemain dan  jika tim tampil kurang memuaskan. Pelatih sebagus Doc Rivers, mendapat penilaian yang rada kurang dari beberapa pemain. Apalagi Steve Clifford atau  Tyronne Lue. Wajar jika tekanan Clifford bisa dibilang besar lantaran Hornets sempat kalah enam kali dari awal hingga pertengahan November dan kalah lagi sepekan kemudian.
Tim-tim NBA memang diajak untuk tampil bagus setiap kali bermain, meski kadang kudu berhitung ketika bermain back to back, dua hari berturut-turut. Mereka bisa sih mengambil dua di antaranya, tapi saya nggak heran jika mereka cuma memilih salah satu.
Kebetulan di era keemasan untuk mengalah tahun ini, setidaknya 18 tim punya kesempatan besar menang. Setidaknya musim ini ada d sampai enam tim di luar tim yang dijagokan mengimbangi Golden State Warriors jauh-jauh hari yang memanfaatkan kesempatan dengan baik, tentunya dibantu dengan cedera pemain kunci tim-tim yang memintal asa masuk babak delapan besar.
Streak pertama dimulai oleh Boston Celtics setelah kalah di dua partai pertama. Di pertengahan perempat pertama babak reguler, Cavs menang 13 kali, termasuk sewaktu melawan Detrot Pistons yang awal musim sempat masuk tiga besar wilayah timur sebelum mereka menelan tujuh kekalahan beruntun dan Reggie Jackson cedera. Cavs meraihnya hingga 6 Desember.
Streak mulai menghiasi perjalanan tim sebulan kemudian. Utah Jazz memulai kemenangan beruntun ketika mengalahkan Detroit Pistons, 24 Januari, tim yang tengah kalah beruntun lima pertandingan beruntun sebelumnya. Kemenangan beruntun  Utah Jazz akhirnya putus oleh Portland Trail Blazers, tim yang memenangi 13 pertandingan beruntun sejak hari Valentine. Tercatat Golden State Warriors dan Utah Jazz sempat mereka kalahkan di dua pertandingan pertama. Blazers mulai mengendurkan ikat pinggang akhir januari ketika mereka meraih telah meraih 44 kemenangan dan 27 kekalahan. Tiga kekalahan hingga empat kekalahan lebih sedikit dari peringkat empat hingga sembilan. Di sepuluh pertandingan sisa, Portland sempat menang dua kali dari OKC dan Pelicans, saingan mereka di babak delapan besar. Sebelum bermain tidak terlalu ngotot ketika bertemu tim yang punya motivasi lebih untuk meraih jatah terakhir delapan besar ketika itu, San Antonio Spurs dan Denver Nuggets.
Channel: Chris Smoove
Empat hari sebelum Blazers memulai kemenangan beruntunnya, New Orleans Pelicans memulai sepuluh kemenangan beruntun, meski sebagian didapat dari tim-tim di luar delapan besar wilayah barat dan tim-tim delapan besar wilayah timur yang tengah lebih sering kalah periode tersebut.
Streak terakhir diciptakan oleh Sixers. Ketika tim-tim NBA mulai tampil penuh perhitungan, Sixers justru memanfaatkan jadwal mereka yang tidak seberat tim-tim lain. Dalam tiga belas pertandingan terakhirnya, hanya Nuggets, Timberwolves, Sixers, dan Milwaukee Bucks yang bisa dibilang masih berpeluang masuk delapan belas besar dan mereka memenangi semua partai tersebut.
Ketika tim wilayah barat mulai mencoba meraih kemenangan di periode itu, tim wilayah timur justru terseok. Sebagian lebih sering kalah ketimbang menang. NBA menyebutnya negative record, kebalikan dari positive record yang menunjukkan tim yang lebih sering menang. Â Miami Heat hanya menang dua kali dari akhir januari hingga pertandingan pertama selepas all stars dan hanya menang dari Milwaukee Bucks dan Memphis Grizzlies.
Milwaukee Bucks pun sedikit lebih baik. Mereka memang sempat kalah enam kali dari delapan kesempatan selepas all stars, hanya saja mereka cenderung lumayan, terutama bertemu tim-tim papan bawah.
Washington Wizard yang kurang beruntung. Wizard yang Tim yang bisa mengalahkan tim Blazers, Pelicans, Rockets, hingga Thunder tanpa kehadiran John Wall yang tengah cedera kudu bertemu tim-tim delapan besar, baik wilayah timur maupun barat, dalam 22 pertandingan terakhir dan hanya memenangi delapan di antaranya. Mereka tidak berhasil meraih kemenangan ketika bertemu Atlanta Hawks dan New York Knick yang telah mengibar slampe jauh-jauh hari.
Boleh dibilang gambaran playoff wilayah timur sudah kelihatan bahkan sebelum all stars. Charlotte Hornets menelan empat kali kekalahan lebih banyak dari peringkat 9, Detroit Pistons. Mereka memang sempat lima kali menang selepas tidak memperpanjang masa bakti General Manager mereka Rich Cho, sayang selepas itu mereka kembali kalah lima kali. Detroit Pistons pun sama. Selepas playoff mereka justru hanya menang tiga kali dalam tiga belas kesempatan. Mereka sudah tertinggal enam kali kalah dari peringkat delapan kala itu Milwaukee Bucks. Pistons sempat menjemput asa untuk masuk babak playoff dan meraih lima kemenangan beruntun. Sayang mereka kalah dari Sixers yang waktu itu emang lagi menang beruntun.
Kompetisi antar tim bisa dibilang mulai mengendur pertengahan Maret. Ketika itu Golden State Warriors hanya tertinggal dua kekalahan dari Houston Rockets. Hanya saja mereka lebih bermain cerdas ketika Durant, Thompson, Green dan Curry cedera.  Mereka lantas menyimpan tenaga lantaran  unggul jauh dari Portland Trail Blazers di peringkat 3. Apabila dalam keadaan bugar mereka bisa mengimbangi Spurs, Jazz, dan Pelicans, mereka justru kalah di pekan-pekan terakhir ini. Pacers bahkan mengambil keuntungan dengan menyapu bersih kemenangan dari Warriors musim ini. Jazz juga mengalahkan Warriors dua kali dalam pekan-pekan akhir babak reguler NBA. Kebetulan, mereka punya motivasi lebih, meraih posisi ketiga, lantaran unggul head to head sebelum pertandingan terakhir keduanya dan tinggal berjarak satu kekalahan di empat pertandingan sisa, Golden State Warriors bisa mereka kalahkan dengan skor meyakinkan. Warriors kalah dengan selisih 40 poin, terbesar selama Steve Kerr melatih Warriors. Kekalahan yang tidak bisa dibanggakan lantaran mereka kalah di pertandingan penutup, dengan memainkan formasi terbaik, minus Curry yang baru akan bermain selepas babak pertama playoff.
*Beberapa ilustrasi roster kurang tepat lantaran beberapa pemain tengah cedera atau lebih sering bermain dari bangku cadangan. Starting Up yang rutin dipasang masing-masing tim bisa dilihat di tabel kedalaman rosternya. Â
Toronto Raptors vs. Washington Wizard
Washington Wizard
Washington Wizard justru tampil lebih baik tanpa John Wall. Ball movement jadi lebih lancar dan tembakan jauh lebih terarah. Minimal nggak ada pemain yang buru-buru nembak meski waktu menembak habis masih luamaaaaaa. Sewaktu Wall absen lama di periode pertama, mereka emang kalah lima kali dari sembilan kesempatan, dan justru membaik di periode kedua, terutama di paruh pertama. Ketika Wall tidak bermain, pemain seperti  Tim Frazier dan Tomas Satoransky justru tampil bagus, separuh dari tembakan tiga angkanya masuk. Defense Satoransky juga lumayan dan berhasil bikin Russel Westbrooks mati kutu. Meski jago defense, defensive rating justru nggak gitu bagus lantaran tim praktis hanya sibuk dengan Bradley Beal yang emang sulit dihentikan  Â
Kelebihan: Kelebihan tim ini justru terletak pada Marcin Gortat. Doi punya jago ngoper yang bikin permainan lebih ngalir, maklum pernah maen bareng Steve Nash. Sayang doi bukan center yang kokoh, ketemu center lebih komplit, defensenya kurang ngegigit.
Channel: MLG Highlight
Toronto Raptors
Ketika sebagian besar tim berlomba mencari shooter, mereka justru menggamit big man tinggi gagah yang nggak pelit bergerak macam Lucas Nogueira, Pascal Siakam, dan Jacob Poetl. Imbasnya gaya permainan mereka cocok dengan gaya bermain yang mereka usung sekarang. Alih-alih bermain lewat pick and roll buat ngebebasin Derozan yang emang bagus, mereka kini bermain drive and kick, terkadang bukan cuman lewat DeRozan tapi juga para forward Cara ini efektif bikin Houston Rockets mati kutu, dua kali. Mereka bahkan lebih dari lima kali ngalahin tim dengan skor besar, termasuk pas ketemu Portland Trail Blazers
Kelebihan: Nyaris semua pemain tim ini bisa nembak atau bertahan, bahkan centernya sekalipun Begitu pun pemain paling mungil di tim ini. Fred Van Vleet yang tau menempatkan posisi di depan pemain yang lebih tinggi.
Boston Celtics vs. Milwaukee Bucks
Milwaukee Bucks
Milwaukee Bucks berarti Giannis Antetokounmpo. Boleh dibilang peran doi mirip Lebron zaman David Blatt. Doi yang ngedrive, doi juga yang nyelesein. Pemain lain paling dapet remahan eh umpannya. Sewaktu Eric Bledsoe belom masuk permainannya gampang kebaca, begitu, udah masuk, minimal tiga pemain mesti awas sama ni orangÂ
Kelebihan: Boston Celtics kebeneran jadi mangsa favorit. Mereka dua kali menang dan dua kali kalah. Sejauh big man kaga bagus hayuk
Channel: Ximo Pietro HD
Boston Celtics
Bisa dibilang Boston Celtics berbenah musim ini. Pemain yang jago bertahan dan nyerang didatangkan. Aset yang emang bagus dikirim ke tim laen meski masih bagus pisan. Klo kaga defense kurang ya sedikit kurang tinggi. Tim ini sedikit kurang beruntung sih. Dua pemain anyar cedera. Hayward di awal musim. Irving di akhir. Keduanya baru bisa maen musim depan
Kelebihan: Tim ini dibangun berdasarkan sistem yang jelas. Pemain yang didatengin punya karakter yang mirip. Ulet, tinggi, jago bertahan, tembakan tiga angka bagus. Klopun ngga tinggi, skill kudu mumpuni dan rela berkorban. Kyrie Irving pemain yang saya maksud. Tumben di tangan Stevens, defense lumayan. Offense mah jelas. Lantaran dribelnya kaga bisa dihentikan doi bikin ball movement Celtics sulit dibaca terutama 16 pertandingan selepas kekalahan pertama. Â
Philadelphia 76ers vs Miami Heat
Miami Heat
Di luar Milwaukee Bucks, saya termasuk jarang ngintip Miami Heat. Paling pas ketemu Lakers di mana, Julius Randle merajalela saya nonton. Pas Lakers kalah dari mereka saya ikut geregetan. Yang jelas ball movement mereka bagus. Guard mereka juga lengkap. Ngedrive bisa, jump shot juga. Hasan Whiteside juga masih jadi salah satu shot blocker terbaik NBA. Sayang Dion Waiters cedera klo kaga mereka mungkin bisa jadi tim yang punya keseimbangan paling bagus, minimal wilayah timur
Kelebihan: Kelly Olynyk dari bangku cadangan bikin tim ini jadi beda. Tembakan tiga angka yang bagus, bikin ball movement jadi ngalir lancar. Terlebih selain punya Dragic ma Dwayne Wade yang emang jago ngedrive, mereka punya Ellington yang bisa bebas nembak dari luar tanpa kawalan. Nggak heran Ellington sepuluh besar penembak tiga angka NBA musim ini.
Channel: Rapid Highlight
Philadelphia 76ers
Makasih buat Sam Hinkie. Meski cuman mantan General Manager, doi yang bikin slogan trust the proses sixers menuai hasil, meski sempat bikin Brett Brown jadi pelatih dengan rekor kekalahan terburuk Sixers. Â Â
Kelebihan: Tim ini punya starter dengan kemampuan komplet. Bertahan bisa. Nyerang boleh. Two-way player bahasa. Terlebih tinggi badan mereka bisa dibilang di atas rata-rata starter NBA pada umumnya. Meski tinggi, mereka nggak kalah gesit dari pemain mungil pada umumnya, dan kecuali Ben Simmons dan Amir Johnson, semua jago nembak. Apalagi coba yang diperluin tim ini.
Kekurangan: Nah dengan semua pemain bisa nembak, brati ruang antar pemain jadi lebar. Nembak bisa, ngumpan juga boleh. Terlebih mereka punya Dario Saric, Joel Embiid, dan Ben Simmons yang bisa ngasih umpan ajaib. Sayang ketika ruang tembak udah menganga, shooter mereka lebih suka bikin angka yang lebih banyak.
Cleveland Cavaliers vs. Indiana Pacers
Cleveland Cavaliers
Saya termasuk orang yang protes ngeliat bursa pemain Cavs yang masuk awal musim. Dwayne Wade dan Isaiah Thomas emang pemaen bagus. Jump shoot keren. Layupnya juga. Cuman gayanya kurang kekinian dan rada kurang cocok dengan gaya maen Lebron belakangan, drive and kick. Terlebih usia juga kaga bisa boong. Meski defense bagus, doi kaga secepet dulu. Thomas apalagi. Doi jadi sasaran tembak tiap kali pemain lawan nyusun serangan. Tim ini sempat membaik begitu terjadi trade gede-gedean tengah musim. Postur yang sepantaran bikin defense lebih bagus, meski sampai sekarang masih peringkat bawah juga.
Kelebihan: Mereka punya Lebron yang blom bisa dihentikan pemain mana pun. Kaga didoubled team, doi nyelonong, ditempel berdua, satu shooter mimimal bebas nggak terkawal dan blung, tembakan tiga angka mereka bisa masuk kapan aja. Â
Pemain Cadangan:Nance ma Clarkson emang pemain bagus. Mereka jadi penambah daya ledak di lapangan. Terlebih Nance rajin jadi penyambut pemain lawan ketika bertandang. Meski jago ngedunk ma ngirim umpan, doi ga bisa nembak. Clarkson yang jago, jump shot ma shoot selectionnya jauh lebih bagus dari musim lalu. Cuman mereka berdua tetep bukan Wade masa muda apalagi idola baru remaja zaman now, Donovan Mitchell. Â
Channel: MLG Factory
Indiana Pacers
Nggak ada yang nyangka Pacers bisa sebagus sekarang. Victor Oladipo rajin bikin angka dan Nick Collison jadi pemain tertajam dari tembakan tiga angka. Pacers juga luwes karena Myles Turner bukan sekedar ngendon di paint area, tapi sekali-sekali bisa nembak dari luar. Terlebih, Bojan Bogdanovic ternyata tiga angkanya keren juga.
Pemain Cadangan:Saya jarang meragukan keterampilan alumni Spurs, termasuk Cory Joseph. Keseimbangan jump shotnya bagus kayak rata-rata alumni Spurs. Domantas Sabonis juga lumayan, cuman dari bokapnya, Arvydas, doi kliatan mungil pisan.
Tim Wilayah Timur udah, sekarang giliran Barat. Mari kita mulai dari tim favorit saya (sayangnya bukan Golden State Warriors).
Houston Rockets vs. Minnesota Timberwolves
Minnesota Timberwolves
Sejatinya, bisa jadi pertemuan keduanya bisa jadi duel antara peringkat petama bertemu dengan peringkat tiga. Cedera Jimmy Butler sedikit mengubah peta permainan.
Gaya maen Wolves bisa dibilang khas. Langka di NBA jaman sekarang. Mereka termasuk jarang nembak dari luar meski punya shooter bagus. Apalagi mereka punya Jeff Teague yang jago meliuk-liuk, oper ke samping kelar.Â
Cuman di sini yang menarik. Alih-alih nembak mereka justu doyan maen adep-adepan lawan satu. Tembakan mereka nggak jarang masuk lantaran mereka punya Jimmy Butler, Karl Anthony Towns, ma Andrew Wiggins yang emang jago bikin angka dari posisi sulit. Sayang tembakan Wiggins nggak senyaman biasanya. Maklum doi biasa dapet umpan matang bebas terbuka dari Dik Ricky Rubio.
Sekarang mereka lebih sering maen iso yang nggak gampang ketebak lantaran begitu mau ditembakin, bola malah dioper ke tangan sebelah yang emang panjang. Oper-operan di atas kepala begitu bukan cuman sekali, tapi kadang dua tiga kali.Â
Klo perlu sampe bawah jaring. Bisa dibilang gaya maen Timberwolves mirip Raptors cuman lebih sering di area dua angka. Lebih sering bukan berarti selalu lantaran klo ruang bener-bener terbuka, pemain yang bebas nggak terkawal bisa masukin bola. Klo di dalem, shooter ngeliat, banyak pemain bebas, mereka tinggal oper. Taj Gibson, Tows, bahkan Butler biasanya masih terlalu kokoh buat big man zaman now.
Kelebihan: Makin sering, tim laen nembak dari luar mereka makin senang. Mereka punya banyak rebounder yang bisa nyomot bola kapan aja. Terlebih meski bukan tim dengan pertahanan tiga angka yang baik, postur mereka lebih dari cukup buat mempersulit para shooter nyetak angka. Biasanya makin banyak rebound yang bisa diamankan, kesempatan tim lain ngelakuin fast break dan nembak dari luar makin sedikit.
Kekurangan:Hanya saja, tim yang mereka hadapi kali ini, bukan sekedar tim dengan penembak jitu biasa. Mereka bukan cuma jago nembak, tapi juga ngedistibusiin bola dengan cara yang ga biasa. Lob mungkin mereka jago nangkal, cuman ngoper bola ke belakang yang kadang nggak terduga.
Pemain Cadangan: Tom Thibodeau termasuk pelatih yang amat percaya ama starternya, Thibs kondang memberi waktu minim buat para pemain di bangku cadangan meski sekelas Jamal Crawford atau Tyrus Jones. Terlebih Jones bukan nama sembarangan, bersama Winlsow dan Okafor, Jones ngebawa Duke juara NCAA 2015. Maennya pun nggak buruk. Jump shotnya amat bisa diandalkan seperti juga Namenja Bjelica. Sayang Bjelica ngga terlalu jago bikin angka sembari ngedrive. Â Â
Channel: MLG Highlight
Houston Rockets
Pemain Houston Rockets terbilang rentan cedera. Nggak heran selepas playoff mereka memilih Brandan Wright menjadi pelapis Nene. Hanya saja, Wright cedera. Mereka memilih Joe Johnson untuk alasan yang sama. Melapis Ryan Anderson yang juga cedera. Praktis dengan masuknya para pemain baru, mereka punya dua pemain bagus di setiap posisi. Mereka jago nembak dan punya postur yang lebih dari cukup sebagai defender.
Hampir semua pemain Rockets bisa nembak kecuali center mereka. Penembak mereka pun bukan sekedar bisa menembak. Mereka juga nembak satu lawan satu meski ruang tembak di kata sempit. Selain itu, mereka juga jago nerobos dan Crossover. Seakan akan nembak aja mereka bisa dapet lemparan bebas apalagi beneran
Kelebihan: Shooter mereka bukan shooter biasa. Mereka bisa diem sejenak, ngatur tempo, sepersekian detik bola dioper ke pemain yang bebas tak terkawal di pojokan atau bergerak ke depan tanpa kawalan.
Center mereka juga nggak sembarangan. Meski nggak bisa nembak, mereka jago nutup ruang gerak shooter begitu juga ball handler. Itulah yang bikin pertahanan mereka nggak gampang ditembus termasuk James Harden musim ini.
Kekurangan:Mereka kalah dua kali dari Raptors, tim yang punya dua center tangguh. Mereka bukan cuma jago ngejaga bawah jaring tapi juga pendribel bola. Klo masih kurang mereka juga jago nusuk, bikin pemaen kayak Capela mati kutu. Kebetulan Timberwolves punya tipe big man serupa. Towns dikenal sebagai unicorn timberwolves sekarang. Sayang mereka cuma punya sepasang, bukan dua kayak Raptors.
Pemain Cadangan:Sayang Luc Mbah-a-moute lagi cedera.
Golden State Warriors vs. San Antonio Spurs
San Antonio Spurs
Pertemuan keduanya selalu seru. San Antonio Spurs selalu dianggap pengganggu kenyamanan Spurs hingga musim lalu. Hanya saja musim ini sedikit berbeda. Begitu Kawhi absen, mid-range game yang biasa mereka mainkan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Nggak ada lagi pemain yang bisa narik pemain lain buat ngejaga pemain seperti Kawhi. Terlebih ketika Rudy Gay absen. Nggak ada lagi umpan-umpan pendek nan mepet yang diselesaikan lewat jump shot atau dunk di detik terakhir permainan. Yang ada fade away jump shot ala Lemarcus Aldridge.
Kelebihan: Pemain yang disukai Spurs biasanya khas. Badan lentur, rentang tangan lebar, ulet nutup ruang. Biasanya pemain yang punya karakteristik mirip punya keseimbangan bagus saat jump shot.
Pemain dengan perawakan khas ini yang bikin tim ini awet jadi tim dengan pertahanan terbaik. Apalagi klo mereka banyak ketemu shooter. Mereka termasuk amat disiplin nutup ruang gerak pemain yang jago tembak bila di kandang.
Kekurangan:Rim Protector jadi kelemahan mereka musim ini. Nggak adanya Dwayne Dedmon, bikin pemain jadi bulan-bulanan  tim yang punya big man tangguh. Â
Pemain Cadangan:Mereka bisa tampil seimbang karena punya Manu Ginobili, Tony Parker, dan Rudy Gay yang jago naikin tempo di lapangan. Manu bahkan nggak keliatan kayak pemain usia 40. Gerakannya masih lincah, gesit, dan mash mampu ngebaca umpan yang diarahin ke Rudy Gobert.
Channel: Lucky Bastard
Golden State Warriors
Golden State dianggap jadi tim dengan roster paling dalam. Mereka bukan cuman mempertahankan starter dan lima  pemain cadangan utama mereka. Andre Iguodala, David West, Shaun Livington, dan David West. Terlebih mereka kedatangan Nick Young dan Omri Casspi (yang kemaren dilepas). Bersama Javale Mcgee, Patrick McCaw, dan Kevon Looney, rasanya tim ini sulit ditaklukan.
Kelebihan: Kalok kita nganggep pemain yang kita pantengin  udah ada paling deket sama keranjang jaring. coba deh nanya Steph Curry, mereka selalu punya satu pemain yang selangkah lebih maju dari pemegang bola dan siap menerima umpan. Permainan umpan ajaib kayak gini, mungkin bisa dillakukan kalok pemain yang megang bola punya tembakan sekeren Curry, Kevin Durant, atau Draymond Green
Kekurangan:Tanpa Curry, permainan Warriors lebih terbaca. Kevin Durant lebih sering bermain satu lawan satu. Meski nggak seatraktif biasa masih tetap efektif lantaran Durant masih sulit dihentikan musim ini. Klopun nggak diselesaikan sendiri, Durant masih bisa, mengirimkannya keluar, ke Klay Thompson yang akurasi tembakannya masih tetep bagus. Terlebih tanpa Curry, semua pemain yang dimainkan praktis jago bertahan, setidaknya lebih rapat dari Curry, meski nggak selalu lebih cepat. Hanya saja, kekurangan tim ini jelas. Nggak perlu diperkenalkan lagi kan siapa Rudy Gobert dan Stevens Adams. Â Â
Pemain Cadangan:Sayang Omri Casspi yang jago bergerak tanpa bola dilepas.
Portland Trail Blazers vs. New Orleans Pelicans
New Orleans Pelicans
New Orleans Pelicans dijagokan bisa masuk peringkat tujuh atau delapan di awal. Mereka emang punya Anthony Davis dan DeMarcus Cousins, cuman yang lain dinilai masih biasa. Meski ada Jrue Holiday yang rentan cedera. Ternyata mereka kurang tepat. Big man Pelicans ngasih warna baru di NBA. Alih-alih ngejogrog di pojokan, mereka diajak bergerak aktif layaknya poin guard. Mereka jelas terlalu cepat dan kuat buat defender. Klopun nggak diselesaikan sendiri, bola bisa dioper ke Jrue Holiday yang maen bagus banget musim ini. Sayang Cousins cedera dan poin masih tetep terjaga lewat kehadiran Mirotic dari bangku cadangan. Meski nggak segarang Cousins, Emeka Okafor masih cukup mengimbangi sebagian besar big man NBA terlebih ada Davis di sampingnya.
Kelebihan: Pemain seperti Anthony Davis masih sulit dihentikan. Davis bukan sekedar jago fade away jump shot tapi juga piawai ngebagi bola jika diperlukan. Terlebih mereka punya Rojon Rondo yang bisa ngedistribusiin bola dengan cara yang nggak bisa kita sangka
Kekurangan:Pelicans biasanya rada kesulitan ketika ketemu tim yang punya shooter bagus dan/atau tim yang intens bermain di bawah jaring. Setidaknya bisa kliatan, dari tim lima besar, mereka hanya unggul dari Oklahoma City Thunder
Pemain Cadangan:Ian Clark dan Deandre Liggins dipilih bukan dengan alasan sembarangan. Keduanya dikenal liat dan jago tembak, meski sekedar pernah jadi pelapis di Golden State Warriors dan Cleveland Caveliers. Solomon Hill juga lumayan. Hill bisa jadi pelapis  paten meski selincah dan seakurat Jrue. Kebeneran mereka juga ketambahan  satu jago four point play ujung musim ini, Jordan Crawford, meski udah uzur, rasanya masih keren.
Channel: True Blazers FansÂ
Portland Trail Blazers
Musim lalu, rasanya nggak ada yang nyangka Porland Trail Blazers bisa sekokoh sekarang. Pertahananan mereka masuk sepuluh besar NBA secara keseluruhan. Maklum tim ini punya duo guard yang kondang sekedar jago tembak. Terlebih roster mereka nggak berubah banyak musim ini. Praktis mereka udah kompak sejak musim lalu
Kelebihan: Pertahanan Blazers dikawal tiga pemaen yang dari tongkrongannya akan ngeheranin klo kaga jago bertahan, Moe Harkless/ Evan Turner, Jusuf Nurkic, dan Al Farouq Aminu. Nama terakhir bahkan bukan cuman jago nutup ruang gerak pemain lawan tapi juga nembak dari luar.Â
Musim lalu, Blazers justru sering kalah selepas Aminu pulih dari cedera lantaran belum menemukan ritme tembakannya kembali. Musim ini akurasinya kembali meningkat jadi 41%, terbilang lumayan untuk pemain sejangkung Aminu. Bukan hanya Aminu sih, Zach Collins juga punya persentase tembakan tiga angka di atas 40%. Praktis dengan gaya bermain seperti itu, Blazers akan sulit ditaklukan. Terlebih mereka punya duet shooter yang bisa nembak dari posisi mana pun mereka mau.
Kekurangan:Blazers cenderung kesulitan ketika Nurkic ketemu lawan sepadan seperti Embiid atau Brook Lopez. Efeknya bukan cuman ke bawah jaring tapi bikin CJ McCollum nggak bisa nembakin mid range jump shotnya dengan nyaman Â
Pemain Cadangan:Blazers punya pemain cadangan yang cukup dalam. Ketika Blazers membutuhkan pemain yang lebih bertenaga, mereka bisa memainkan Ed Davis klo mau.Evan Turner juga bisa mengisi peran Harkless dengan baik. Terlebih tembakannya makin membaik. Ketika mereka membutuhkan penembak jitu di lapangan, Shabazz Napier, jarang mengecewakan dari bangku cadangan. Nggak heran Lebron ngefans pisan ma ni anak #eh Â
Oklahoma City Thunder vs. Utah Jazz
Big Three Thunder (clutchpoints.com)
Oklahoma City Thunder
Peran Andre Robertson amat kentara. Robertson bukan pemain yang jago nyetak angka, tembakan tiga angkanya sama sekali nggak bagus, 22%, mirip dik Lonzo ya. Perannya sederhana, mastiin pemain paling berbahaya di tim kaga nerima bola. Boleh jadi Curry atau Derozan. Mirip Gattuso gitu di sepakbola. Bedanya mungkin Gattuso ngincer pemegang bola, doi justru sebaliknya. Off-ball defender bahasa sononya. Meski begitu, Robertson juga sering deberi mandate menjaga pemain paling berbahaya dari sebuah tim, kayak Durant.
Tugas kotor inilah yang bikin pemain seperti Westbrooks bebas gangguan ketika menyusun serangan. Hanya saja serangan mereka kurang begitu rapi di awal musim. Maklum mereka punya tiga pemain yang biasa megang bola, Russel Westbrooks, Carmelo Anthony dan Paul George. Permainan baru mulai tertata ketika Carmelo Anthony lebih berperan sebagai spot-up shooter, bukan lagi doyan duel satu lawan satu.
Pertahanan Thunder emang udah kelihatan kokoh dari tongkrongannya. Siapa pun akan percaya klo Steven Adams, Paul George, dan tukang triple double, Russell Westbrooks ngga gampang dilewatin pemain lain. Begitu juga Melo, klo diliat sekilas.
Kelebihan: Oklahoma City Thunder boleh dibilang tim petarung. Mereka ulet menutup ruang gerak, berebut bola sampai jumpalitan, bahkan nggak segan melompat demi memetic rebound, Klo nggak punya dasar atletik yang baik, rasanya pemain seperti Russel Westbrooks nggak akan setangguh itu. Â Â
Kekurangan:Sayang, tim ini punya kelemahan yang cukup mencolok. Kita bisa melihat bagaimana dominannya Westbrooks musim lalu. OKC dibawanya ke babak playoff seorang diri. Kita tinggal ngasih ruang yang luas dan biarkan Westbrooks berkreasi. Westbrooks akan makin menjadi klo pemain lain tidak diberi ruang berkreasi
Pemain Cadangan:Kekurangan Thunder bukan cuma egonya yang besar, mereka boleh dibilang nggak punya pemain cadangan bagus. Â Raymond Felton cuma jago nembak, Tembakan Alex Arbrines lebih sering luput meski bebas tak terkawal. Â
Patrick Petterson juga sama aja. Jelek mungkin bukan kata yang pas hanya saja mereka kurang pas dengan sistem permainan yang dikembangkan Billy Donovan. Pemain yang dinilai cocok dengan gaya Thunder musim ini mungkin baru Jerami Grant
Channel: MVP HighlightÂ
Utah Jazz
NBA dikenal cukup mendewakan statistik. Tim dengan tembakan tiga angka terbanyak, tim dengan pertahanan terbaik, atau tim yang paling sedikit kemasukan angka dari tembakan tiga angka. Klo kita nyebutin kategori defense, sepertinya, nama Utah Jazz hadir di sana. Kehadiran Rudy Gobert selepas absen 36 pertandingan emang amat vital. Mereka jadi tim paling sulit ditembus dari tembakan tiga angka karena Gobert, dari bawah jaring juga karena Gobert.
Utah Jazz makin sulit ditaklukan lantaran punya Donovan Mitchell yang bisa mencetak angka dengan langkah yang ringan. Josh Hart dan Kentavious Cadwell-Pope yang menjaga berdua dengan mudah dibelah tepat di tengah. Tangannya malah selangkah di depan pemain yang menjaganya
Kelebihan: Saya justru melihat bukan Gobert pemain kunci tim ini, melainkan Joe Ingles. Ingles yang membuat aliran bola sulit ditebak lantaran, akurasi tembakan tiga angkanya tepat di bawah Klay Thompson. Inges bisa langsung menerobos ke dalam lantaran jalurnya sudah diamankan Gobert. Bola juga bisa dioperkan ke kiri atau ke kanan lewat skip pass, tergantung siapa yang lebih bebas.Â
Sisi kanan atau kiri pertahanan tim lawan biasanya bebas hambatan lantaran ruang gerak penjaganya telah disterilkan Gobert. Selain lantaran jump shotnya yang sudah lebih baik, faktor itulah yang bikin tembakan tiga angka Rubio makin akurat Â
Kekurangan:Saya sendiri belum menemukan sisi lemah tim ini, selama Gobert, masih bermain baik, Mungkin baru ball movement yang dikreasikan CP3 saja yang bikin serangan tim lawan tidak ditutup oleh lengan panjang Gobert. Portlamd sendiri baru bisa menjinakan Jazz sekali dalam tiga kesempatan. CJ McCollum dan Damian Lillard. Aminu dan Nurkic mencetak kurang dari lima angka lantaran sibuk membebaskan para shooter dari hadangan lengan Gobert.
Pemain Cadangan:Utah Jazz termasuk tim yang rutin menurunkan empat pemain cadangan tetapnya. Dante Exum terbilang cukup gesit dan licah membelah pertahanan lawan meski menyelesaiannya nggak sebagus Mitchell. Royce O'Neale memberikan energy tersendiri di atas lapangan dan tembakan angkanya cukup lumayan buat pemain yang baru mentas di NBA.Â
Pengalamannya melanglang buana di Eropa sepertinya memudahkannya beradaptasi dengan iklim NBA dan tugasnya sebagai pemain bertahan semasa di Eropa tampaknya bisa diterapkan dengan baik di NBA musim ini. Bersama Jae Crowder, O'Neale menjadikan pertahanan Jazz tetap tangguh meski Gobert tengah memulihkan diri di bangku cadangan. Jarebko? Rasanya doi salah satu kisah sukses alumni Boston Celtics lain musim ini. Â
Monggo bagi yang mau nambahi, ngereksi, hingga meluruskan, akan diterima dengan senang hati dan senyum ramah :)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H