New Orleans Pelicans, Minnesota Timberwolves, Philadelphia 76ers, Toronto Raptors, Milwaukee Bucks dan Miami Heat mungkin bukan tim yang kita kenal musim ini dengan tembakan tiga angkanya, tapi merekalah yang bikin tim yang kala itu sedang bagus-bagusnya kalah setelah 16 pertandingan. Nggak sulit menebak kelebihan Miami Heat atau New Orleans Pelicans, Philadelphia 76ers, Orlando Magic, Los Angeles Lakers, tim yang mengalahkan mereka dalam pertandingan beruntun. Para big man bisa mencetak banyak angka, termasuk Anthony Davis atau Joel Embiid. Klopun tidak mencetak banyak angka, para big man ini memberi ruang bagi para pemain bertempo cepat mencetak angka, seperti Kuzma dan Donovan Mitchell.
Channel: Lanterne Rouge
Tim seperti Minnesota Timberwolves pun sama. Ketika Butler tengah tidak cedera, mereka mengoyak  tim yang pertahanan tiga angkanya bagus lewat dunk dan mid-range jump shot, Indiana Pacers, New Orleans Pelicans, LA Clippers, atau Portland Trail Blazers pernah mereka kalahkan. Meski di saat yang sama, Timberwolves kurang bisa mengimbangi Pelicans dan Warriors  ketika kompetisi masih berlangsung sengit. Ketika tim mulai menyimpan tenaga  demi babak playoff jadinya lain soal.
Shooter memang punya peran menentukan. Sebagian besar poin diciptakan lewat tembakan-tembakan mereka. Nggak heran, Â peran big man sedikit bergeser. Mereka bukan lagi pencetak angka utama dan perannya bergeser menjadi penjaga bawah jaring. Syukur-syukur mereka bisa jadi penyambut para ball handler yang biasanya jago kalok suruh nusuk ke dalam. Nggak heran big man yang kurang lincah bertarung macam Jahlil Okafor sedikit menepi dan justru pemain lama seperti Emeka Okafor bisa masuk kembali ke bursa NBA masa kini. Meski menit bermainnya hanya 5-10 menit, perannya cukup signifikan, terutama kalok Pelicans ketemu tim yang big mannya kebetulan kurang bertenaga.
Bermain Cerdas Selepas Playoff Â
NBA bisa dibilang kompetisi yang ketat. Masing-masing tim bermain 82 kali dalam 168 hari. Tidak perlu jago matematika untuk mengetahui bahwa rata-rata tiap tim bermain dengan jeda sehari, meski ada kalanya dua hari berturut-turut. kadang, jeda dua tiga hari. Lumrah jika para pemain lelah. Begitu juga pelatih. Mereka ditantang meraih kemenangan. Wajar jika mereka tertekan.  Terlebih mereka bikin para pemain dan  jika tim tampil kurang memuaskan. Pelatih sebagus Doc Rivers, mendapat penilaian yang rada kurang dari beberapa pemain. Apalagi Steve Clifford atau  Tyronne Lue. Wajar jika tekanan Clifford bisa dibilang besar lantaran Hornets sempat kalah enam kali dari awal hingga pertengahan November dan kalah lagi sepekan kemudian.
Tim-tim NBA memang diajak untuk tampil bagus setiap kali bermain, meski kadang kudu berhitung ketika bermain back to back, dua hari berturut-turut. Mereka bisa sih mengambil dua di antaranya, tapi saya nggak heran jika mereka cuma memilih salah satu.
Kebetulan di era keemasan untuk mengalah tahun ini, setidaknya 18 tim punya kesempatan besar menang. Setidaknya musim ini ada d sampai enam tim di luar tim yang dijagokan mengimbangi Golden State Warriors jauh-jauh hari yang memanfaatkan kesempatan dengan baik, tentunya dibantu dengan cedera pemain kunci tim-tim yang memintal asa masuk babak delapan besar.
Streak pertama dimulai oleh Boston Celtics setelah kalah di dua partai pertama. Di pertengahan perempat pertama babak reguler, Cavs menang 13 kali, termasuk sewaktu melawan Detrot Pistons yang awal musim sempat masuk tiga besar wilayah timur sebelum mereka menelan tujuh kekalahan beruntun dan Reggie Jackson cedera. Cavs meraihnya hingga 6 Desember.
Streak mulai menghiasi perjalanan tim sebulan kemudian. Utah Jazz memulai kemenangan beruntun ketika mengalahkan Detroit Pistons, 24 Januari, tim yang tengah kalah beruntun lima pertandingan beruntun sebelumnya. Kemenangan beruntun  Utah Jazz akhirnya putus oleh Portland Trail Blazers, tim yang memenangi 13 pertandingan beruntun sejak hari Valentine. Tercatat Golden State Warriors dan Utah Jazz sempat mereka kalahkan di dua pertandingan pertama. Blazers mulai mengendurkan ikat pinggang akhir januari ketika mereka meraih telah meraih 44 kemenangan dan 27 kekalahan. Tiga kekalahan hingga empat kekalahan lebih sedikit dari peringkat empat hingga sembilan. Di sepuluh pertandingan sisa, Portland sempat menang dua kali dari OKC dan Pelicans, saingan mereka di babak delapan besar. Sebelum bermain tidak terlalu ngotot ketika bertemu tim yang punya motivasi lebih untuk meraih jatah terakhir delapan besar ketika itu, San Antonio Spurs dan Denver Nuggets.
Channel: Chris Smoove