Ketika waktu menembak tersisa dua detik, Harris mencoba menusuk dan 0,9 detik kemudian yang mbaurekso pun berhasil dilewati. Sisa waktu itu dimanfaatkan dengan melakukan floater dan ...
Saat-saat mendebarkan itu bukan cuma kita yang menyaksikan tapi juga Embiid, Simmons, Jordan, dan juga Saric. Masuk nggaknya tembakan menunjukan bahwa pertahanan dikreasikan kadang bukan hanya agar bola nggak masuk, tapi juga buat deg-degan yang ngefans Sixers kayak saya #eh.
Serangan selanjutnya dimulai dari Embiid yang kemudian dilanjutkan Simmons. Lewat kecepatan dan kelincahannya Simmons mencoba melewati hadangan Jordan dan floater Simmons kali ini kurang sempurna. Jordan yang lebih kokoh mampu meredam kecepatan dan kegesitan Simmons.
Maaf ilustrasi yang ditampilkan hanya sebentar. Videonya hanya ditampilkan dalam durasi 28 detik kalau diunggah. Terlepas dari versinya yang singkat, kita bisa mendapat gambaran bagaimana switch dalam defense rotation diterapkan, bukan hanya oleh Sixers, Boston Celtics, bahkan Lakers. Konsep dasarnya mirip, praktiknya yang sedikit berbeda, sedikit banyak tergantung pada roster yang dimiliki.
Semakin banyak kemiripan antara starting line-up dengan para pemain cadangannya, biasanya sebuah tim lebih lentur dalam menjalani sisa musim kompetisi. Kemiripan yang sekitar tahun 2008 bisa disebut hybrid player, di mana ketika bermain di lapangan, penonton tidak peduli mana point guard, shooting guard, small forward, atau power forward, Sam Smith, dalam buku Hard Labor: The Battle That Birthed the Billion-Dollar NBA, menyebut bahwa  hybrid players is too quick for centers and too tall as a shooter for forwards Marcus Camby, Andrew McDyess, Rasheed Wallace, Kevin Garnett juga dikenal sebagai pemain hibrid,  meski tidak selalu dihubungkan dengan tembakan jarak jauhnya. Â
Channel: Free DawkinsÂ
Poin di Bawah Jaring
Pemain-pemain hybrid kebetulan belum terlalu banyak hadir musim ini. Meski tinggi dan bisa nembak, mereka belum tentu lugas di lapangan. Kalaupun agresif di lapangan, tembakannya belum sekonsisten yang diharapkan  Setidaknya perlu waktu dua tiga musim, bagi para pemain muda serbabisa  mengembangkan kemampuan fisik sambil belajar membiasakan diri dengan benturan fisik di lapangan. Musim depan kebetulan talentanya boleh dibilang bejibun mulai dari Michael Porter, DeAndre Ayton, Jaren Jackson Jr, Mo Bamba, Marvin Bangley, Wendell Carter, hingga Luca Doncic. Michael Bridges saya sebut belakangan lantaran agak istimewa. Bukan hanya lincah dan jago tembak tapi juga membawa Vilanova jadi juara. Nggak heran, sembilan tim yang memang punya draft pick musim depan rela ngantri dan ngalah demi para pemain muda. Bersamaan dengan kenaikan salary cap musim depan yang kemungkinan tidak sesignifikan musim lalu, berinvestasi pada pemain muda dinilai cukup masuk akal. Beberapa tim berupaya menyimpan tenaga untuk musim depan. Nggak heran, NBA menjuluki musim ini Golden Age of Tanking, di mana tim yang memiliki draft pick urutan pertama musim depan berlomba-lomba kalah, sebagaimana dengan jelas ditunjukkan Bulls yang menang 7 kali beruntun, setelah hanya menang tiga kali dalam 23 pertandingan pertama, Hanya saja kali saya tidak pengen membahas soal tanking wong udah ngelantur terlalu banyak. Yang justru menarik justru adalah peran para bully baller ini dalam mengarungi liga musim ini.