Sayang pemain NBA yang punya tekad sekukuh itu termasuk langka di NBA. Danny Green, Tonny Allen, dan Patrick Beverley termasuk pemain mungil langka yang bisa dengan lengket menjaga pemain yang jauh lebih tinggi dari yang ngejaga. Sebagian lagi rerata punya tembakan tiga angka bagus dan postur yang mirip, bertinggi 6'7-6'9. Jimmy Butler, Paul George, Draymond Green, Otto Porter Jr., Kawhi Leonard, boleh dibilang sebagai sosok defender ideal lantaran tidak terlalu jangkung dan kalah lincah bagi guard yang sekali lagi punya tinggi antara 6'3-6'7 dan/ atau tidak keder ketika berhadapan dengan sosok kokoh center yang rata-rata bertinggi mulai dari 6'11 hingga 7'3.
Menarik klo kita mau menengok ke Houston Rockets. Mereka punya Trevor Ariza sebagai forward, klo-pun cedera seperti sekarang, mereka punya pelapis sebagus Luc Mbah-a-Moute dan PJ Tucker yang punya keterampilan mirip, perimeter defender yang bagus dan jago nembak tiga angka. Nggak heran Mike D'antoni ternasuk pelatih yang cukup seing hanya memasang delapan pemain di tiap laga. Gordon dan Nene biasanya jadi menu wajib Rockets dari bangku cadangan. Pemain sebagus Gerald Green aja bisa ngga masuk rotasi kalok Capela/Nene- Anderson/Mbah-a-Moute/Tucker/Ariza- Harden/Paul/Gordon bugar.
Ryan Anderson jadi contoh gimana power forward jaman sekarang. Stretch four, jangkung dan punya tembakan tiga angka yang bagus. Syukur-syukur rajin memberi umpan buat pemain lain masuk ke arah jaring tanpa bola. Bukan apa-apa, meski umumnya stretch four jelas membuka ruang buat pemain lain, ngga semuanya punya insting untuk mengoper bola kea rah pemain yang punya posisi tembak lebih nyaman.Â
Anderson termasuk yang saya liat jarang ngasih backdoor cut ke pemain yang tiga empat langkah lebih maju darinya lantaran sistemnya emang begitu. Justru CP3 yang rajin memberi umpan ke Tucker atau Anderson yang entah gimana udah ada di deket jaring aja. Ngomomg-ngomong soal stretch four yang nggak egois, saya jadi inget Boris Diaw. Kenapa kaga ada yang ngundang doi balik ke NBA yak, gaya maennya pan cocok ama kebanyakan tim NBA zaman sekarang?
Meski udah berumur, gerakannya masih lincah loh. Lewat gerakannya yang lincah, pemaen kayak beliau, Kevin Durant, ma Jordan Bell bisa jadi center klo timnya maenin small ball. Center lincah yang bukan cuma jago jadi interior defender tapi juga perimeter defender sekalian macam Nerlens Noel, yang sekarang asik ngejogrog di bangku cadangan Mavericks lantaran cedera jari. Syukur-syukur mid-range jump shot-nya sekeren Embiid. Klop dah.
Itulah kenapa pemaen kayak Roy Hibbert nyaris kehilangan panggung. Klo-pun ada posisi tawar mereka juga nggak begitu tinggi, seperti layaknya Dwight Howard yang selepas cedera punggung, sedikit kehilangan kelincahannya (emang Howard bisa dibilang lincah yak #eh). Minimal posisi tawarnya kini nggak setinggi reputasinya, draft NBA no 1 2004, finalis NBA 2009. Saya nggak bermaksud bilang kalok Marco Bellinelli bukan shooter bagus loh ya, doi masih salah satu shooter terbaik NBA. Hanya saja, nilai barter Howard tidak sementereng yang dikira. Howard menyeberang ke Charlotte bersama draft pick no. 31, ditukar dengan Marco Belinelli, Miles Plumlee dan draft no. 41. Memang nggak gampang terlebih kontraknya terbilang lumayan, di atas 14 juta dolar dan masih bersisa dua musim ini. Buat saya, bahasa sederhananya, dengan keterampilan yang kurang sesuai dengan tren NBA belakangan ini, klo ada yang mau ambil peluang itu maka kasih aja. Terlebih Atlanta Hawks perlu cap yang lega untuk membangun tim berisi pemain muda.
Lewat uraian panjang kali lebar di atas, kita bisa ngeh tren NBA sekarang di mana pemain yang jago bertahan dan punya tembakan (tiga) angka yang bagus jadi primadona. Terlebih jika pemain-pemain ini dikontrak jauuuuuuuuuuuuuuuuh sebelum salary cap naik di tahun 2016-17 dan akan berakhir musim ini atau paling lama satu hingga dua musim ke depan, terhitung musim ini. Pada periode sebelum salary cap naik, pendapatan pemain per musim cenderung kurang atau sama dengan 17 juta dolar, setara dengan kontrak maksimal pemain yang telah berbakti kurang dari enam musim di NBA, layaknya Klay Thompson waktu itu. Dengan masa kontrak yang akan berakhir dua musim lagi, akan ada tim yang bakal rayahan, bahasa jawanya, jika Golden States Warriors berminat melepas salah satu shooter terbaiknya sebelum masa kontrak berakhir.
Nilai segitu aja banyak yang mau apalagi punya nilai dan durasi kontrak di bawah Klay musim ini. Terlebih bila harga eh skillnya cocok. Lou Williams dan Avery Bradley salah duanya. Sebelum dipinang Detroit Pistons, nggak heran berhembus kabar kalok OKC berhasrat memakai jasanya #halah, terutama sejak Robertson cedera.
Lou Williams juga punya (calon) nasib yang mirip, selain rekor kekalahan Clippers dan pendapatannya yang cukup bersahabat (dan akan berakhir akhir musim ini), Lou punya keterampilan yang amat didamba SEMUA TIM NBA. Sweet Lou adalah volume scorer yang mampu memimpin Clippers mengalahkan Warriors dengan 50 poinnya. Kemampuannya lengkap. Nembak tiga angka one-on-one, drive jago, pump fake apalagi.Â
Nembak yang kayak  bukan nembak tapi ngasilin free throw. Konon di NBA ada dua jagonya Lou Williams dan James Harden. Drivenya juga lumayan, nyaris ga bisa dihentikan kecuali dengan pelanggaran. Bisa juga disebut absorb contact,di mana pemain yang lebih gesit kaga jiper pas ngadepin pemaen yang punya tenaga lebih, malah cenderung terdorong ke belakang.