Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

NBA, Membuka Peluang Tim untuk Kalah

10 April 2017   14:02 Diperbarui: 15 April 2017   07:00 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang nggak pengen menang? Kura-kura juga pengen menang pas tanding bareng kancil. Tim NBA saling berlomba  jadi delapan tim terbaik di wilayahnya masing-masing  buat memelihara peluang jadi tim terbaik. Faktanya, dalam 69 kali kesempatan, nggak selamanya peringkat pertama masing-masing wilayah wilayah otomatis masuk final playoff  dan jadi juara. Boston Celtics, peringkat 4 wilayah timur tahun 1969 justru jadi juara NBA setelah mengalahkan tim favorit saya (sejauh ini) Lakers yang nyangkut di peringkat pertama wilayah barat di tahun yang sama. Dallas Mavericks, peringkat 4 wilayah barat pada tahun 2006, juga berhasil masuk final NBA  meski harus kalah dari Miami Heat (2). Tentu aja pencapaian paling sensasional adalah Houston Rockets peringkat 6 wilayah barat pada tahun 1995. Hakeem Olajuwon memimpin Robert Horry kalih rencang-rencangipun menang 3-1 dumatengoom Shaq muda, Bryan Shaw, Penny Hardway dkk yang waktu itu membela Orlando Magic.

Itu kalok masing-masing tim masih berpeluang untuk jadi delapan tim terbaik di masing-masing wilayah. Lha kalok nggak berpeluang bijimana? Phoenix Suns musim ini mengistirahatkan Eric Bledsoe (kelahiran tahun 1989) 15 pertandingan sebelum babak reguler berakhir. Lakers juga memberikan waktu istirahat yang sama  Luol Deng (1985) dan Timofey Mozgov (1986). Alasannya simpel. Memberi kesempatan buat para pemain muda untuk lebih berkembang meski mereka merupakan ketiganya adalah pemain bergaji tertinggi di timnya masing-masing. Imbasnya? Tak selamanya negatif. 

Devin Booker yang masih seumuran saya (20 tahun) meraih 70 poin dua mingguan lalu. Gimana masih muda kan? Field goal dik Brandon Ingram (Lakers) juga meningkat jadi 52.5% dalam sepuluh pertandingan terakhir di kala pedenya makin menjulang, padahal di pertandingan-pertandingan awal, Dik Ingram rasanya jadi pemain yang pengen di-traded banyak orang (saya bukan salah satunya) sewaktu musim trade dibuka lantaran, di awal-awal musim, field goal Ingram aduhai nggak bangetnya (39,2%). Jadi keren kan?

 Secara individu emang keren, tapi ntar dulu secara prestasi tim. Meski bikin 70 poin, Suns waktu itu tengah dalam periode kelam lantaran 13 kalah sebelum menang dalam dua pertandingan terakhir melawan tim yang nggak rugi kalok kalah. OKC (46 menang, 34 kalah) tetep akan ada di peringkat 6 wilayah barat meski kalah di dua pertandingan sisa lantaran mereka berselisih tiga kemenangan di atas Grizzlies dan selisih tiga kemenangan di bawah Jazz. Mavericks  dikalahkan  Suns setelah OKC  pun sami mawon. Maverick butuh sembilan kemenangan lebih banyak untuk bisa menggusur Trail Blazers di peringkat delapan wilayah barat sementara mereka hanya punya sisa dua pertandingan lagi untuk dimainkan di babak reguler.


Klo mas ama mbak admin nanya video ini diambil dari channel siapa, jawabannya channelnya NBA  (ada pita birunya)

Prestasi Lakers justru lebih baik belakangan. Mereka menang dalam 3 pertandingan terakhir (kalok ditambah hari ini jadi 4. Lakers menang lewat buzzer beater D’angello Russell Lakers jadi menang 110-109 atas Timberwolves). Menariknya beberapa fans Lakers justru mencak-mencak ngeliat tim favoritnya menang. Udah jadi rahasia umum, tim dengan peringkat terburuk, selama haknya tersebut tidak dialihkan ke tim lain melalui proses trade, punya kesempatan lebih besar ngocok lotere, milih pemain incarannya dalam draft NBA  musim berikutnya. 

Musim depan, Lakers sejatinya nggak punya hak tersebut, lantaran haknya sudah dialihkan ke Phoenix (yang kemudian dialihkan ke Philadelphia) seiring kepindahan Steve Nash musim 2012. Hanya saja, skenario ini berubah belum lama ini sewaktu Lakers mengirim  Lou Williams ke Houston Rockets sehabis all stars kemaren. Sebagai bagian transaksi, Lakers bukan cuma dapet Corey Brewer tapi juga draft pick putaran pertama.  Lakers sendiri ngincer Lonzo Ball yang gaya maennya cocok sama filosofi Luke Walton yang doyan maen melebar dan jago passing, meski buat saya masih asikkan Ben Simmons kemana-mana, meski sejauh ini akurasi tembakan Simmons masih dipertanyakan dan akan tetap selama doi masih belum bermain di NBA lantaran cedera . Peluang Lakers  (atau Suns) buat ngedapetin pemain yang mereka incar justru akan makin besar apabila tim tersebut berada di peringkat bawah. Dengan kata lain, praktiknya, tim NBA punya kesempatan berlomba-lomba untuk kalah demi masa depan yang lebih baik.

Seseru-serunya adu kalah antara Lakers dan Suns, gaya Boston Celtics tetaplah juaranya. Meski mereka berada di peringkat dua wilayah timur, mereka justru punya peluang buat milih draft nomor satu pasalnya mereka mendapat hak tersebut dari Brooklyn Nets. Hak tersebut mereka peroleh lantaran mereka mengirim Paul Pierce dan Kevin Garnett ke Brooklyn musim 2013. Sebagai gantinya Celtics memperoleh hak draft dari Nets musim 2017. Untungnya (bagi Celtics), Nets sudah jelas berada di peringkat buncit  klasemen keseluruhan NBA musim ini (20 kali menang, 60 kali kalah), otomatis Celtics punya peluang guede banget untuk bisa dapet draft nomor wahid. Lewat draft pula, Celtics jadi punya keleluasaan lebih. 

Mau dipakek sendiri atau dituker dengan pemain yang terbukti tokcer, seperti Jimmy Butler atau Paul George. Terlebih keduamya setipe dengan Jae Crowder (draft no. 34, 2012), Avery Bradley (19, 2010), dan Marcus Smart (6, 2014). Kekar, pantang menyerah, dan yang terpenting tembakan tiga angkanya bagus. Meski Brad Stevans bukan pelatih yang fanatik dengan pemain dengan draft bagus selama sesuai dengan kebutuhan tim.  Kita semua juga ngeh, draft nggak selalu cepat beradaptasi (nggak enak bilang draft nggak selalu bagus). Devin Booker dan Steph Curry contoh sahihnya. Meski draft mereka ada di luar peringkat lima besar, sinar mereka justru lebih terang dari D’angello Russell  (2, 2015) dan Hasheem Thabeet (2, 2006).

Buat Suns dan Lakers, draft jadi kunci tim ke depan untuk ngebangun tim yang lebih solid. Ngalah dan mempertahankan draft berarti proses ngebangun tim jadi jauh lebih lama, dua sampek tiga musim mungkin, itu pun kalok pemain yang mereka drafted bener-bener jadi. Cara berikutnya bisa pilih cara yang lebih  praktis. Ngebangun tim lewat trade  dan free agent yang udah kebukti hasilnya.  Terlebih Suns dan Lakers punya aset yang lebih dari cukup untuk dituker sama pemain bintang. Selain menukar pemain draft ke tim lain. 

Randle, Nance, Clarkson, dan bahkan Russell atau Ingram jadi komoditas paling seksi lantaran usia mereka yang masih muda, permainan individu yang keren, meski angin-anginan. Suns juga punya beberapa pemain yang diincer banyak tim. Brandon Knight dan Eric Bledsoe ada di usia produktif. Devin Booker juga jelas nggak perlu dipertanyakan lagi kualitasnya (meski saya kok yakin karena kualitasnya juga, Booker bakal dilabeli trade block alias tidak untuk ditukar dengan pemain dari tim lain. Cuman klo liat peringkat dua tim ini beberapa musim terakhir, saya nggak yakin fans punya kesabaran yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun