Ngeliat materi yang ada, rasanya kita bakal ngeliat Golden State Warriors versi KW, dari starter muda ini aja. Ivica Zubac (Marc Gasol), Julius Randle/ Larry Nance (Draymond Green), Brandon Ingram (Kevin Durant, bedanya cuma di bagian berat badan, Ingram 21 kg lebih enteng), Jordan Clarkson (Russell Wesbrooks), dan D’angello Russell (Stephen Curry KW 3). Terlebih pelatihnya juga nggak asing dengan sistem Warriors.
Perbandingan yang boleh jadi amat ngawuriah lantaran dari sisi manapun. Akurasi tembakan Russell jelas masih kalah sama Curry, dari segi ekplosivitas dan keberanian menembus barikade pertahanan yang lebih kekar, Clarkson bukan cuma masih kalah berani, tapi kalah kelas. Tapi basket aka Warriors bukan semata soal top shot, tapi creating an open space. Lewat gaya begini, kita eh saya justru jarang banget ngeliat tembakan akrobatik, yang ada pemain jadi bisa bikin angka tanpa pengawalan, yaitu lewat skema double exit, salah satunya. Â
sumber video: Basketball Insight.com
Dari ilustrasi  (menit 01:01-01:15) di mari,  kliatan pake banget kenapa skema ini disebut double exit. Di sini, mas Curry berusaha keluar dari penjagaan Jose Calderon (8), dengan cara menjauh dari jaring dan mendekati Andrew Bogut. Karena Calderon terhalang oleh Bogut, Curry jadi punya ruang tembak yang lebih leluasa.
Lantaran Calderon cepat menutup ruang tembak Curry, Curry memberikan bola pada David Lee (10), walaupun tampak bisa menyelesaikan sendiri, Lee justru mengumpankannya pada Harrison Barnes yang punya ruang tembak dan kemampuan fisik lebih bagus. Di luar skema passing game serta banyaknya ruang mencipta peluang, kita rasanya bisa menerka, kenapa Steve Kerr menempatkan Draymond Green jadi starter power forward. Green bisa langsung mencetak angka atau minimal mendapat fault dari saat bertarung dengan DeJuan Blair (45), Dirk Nowitzki (41) atau Jose Calderon.
Peran Curry bisa diisi siapa aja sih sebenernya, selama punya kemampuan untuk menarik lawan untuk menjaga mereka, bukan cuma Curry, Klay Thompson juga punya karakteristik yang sama. Tembakan tiga angka bagus, cepat, dan akurat. Kopun ruang tembak mereka keburu terhalang, Warriors punya pemaen laen yang punya kemampuan yang sama. Tembakan akrobatik sebenernya cuman bonus, tapi kalok bisa kenapa enggak. Toh musim depan Warriors punya Kevin Durant dan David West yang bisa konsisten bikin poin lewat gaya yang keren.
Lakers jelas punya peluang yang sama. Russell dan Ingram punya bekal persentase tembakan tiga angka yang mirip Thompson-Curry, walaupun Curry tetap Curry, shooter yang bisa menembak di mana pun dia mau, minimal Lakers bisa mengadopsi pola yang sama  Â
Luke Walton juga telah menyiapkan Luol Deng untuk mengisi peran Harrison Barnes. Belakangan Deng justru lebih dikenal dengan persentase tembakan tiga angkanya yang makin meningkat, justru saat dipasang sebagai power forward di Miami Heat. Reputasinya berubah dari pemain yang membuat Lebron James mati kutu jadi stretch four, forward yang tembakannya tiga angkanya bagus, seiring menurunnya kemampuan fisik untuk berduel, terlebih Chris Bosh tengah cedera musim kemaren.
Deng emang diproyeksikan untuk jadi mentor bukan cuma Ingram tapi juga Randle, lantaran kunci permainan ala Warriors justru ada pada para pemain bertahannya. Randle, Nance, Clarkson, sampe Russell dituntut bukan cuman bisa ngunci pergerakan lawan sewaktu diserang tapi juga menutup ruang gerak lawan sewaktu Lakers nyerang, supaya guard Lakers leluasa nyusun serangan. Dan di mari peran Thimofey Mozgov jelas amat vital, Dengan postur raksasa, Mozgov jelas makan ruang. Perannya jelas kurang lebih 11-12 sama Bogut, menangin duel di bawah jaring.
Bedanya, dari segi skill, Bogut lebih punya peran buat nyusun serangan, selaen rebound-nya lebih bagus, Bogut juga jago ngumpan. Itulah kenapa dunia persilatan pada rame ketika Lakers ngontrak Mozgov dengan angka fantastis. masih mendingan jugak Biyombo klo ngga Whiteside, yang karuan musim lalu maen bagus. Selain karena punya keleluasaan cap room paling besar untuk ngontrak pemaen musim ini, siapa juga yang mau gabung ama Lakers. Trennya mah sekarang bukan nyari prestise, tapi peluang buat juara, kalok ada ya nilai kontraknya kudu bisa memikat pemaen buat mampir.Â
Oh iya, hampir lupa, belom lagi cerita lama Lakers yang menarik untuk dicermati kembali, terlebih momen-nya dinilai pas, silly season, musim kasak-kusuk free agent dan trade pemaen, yang menurut Kevin Ding, tentang perbedaan visi Buss bersaudara tentang cara dapetin cincin juara. Visi yang diharapkan sama mendiang Jerry Buss, bokap mereka, otak dibalik kesuksekan era Show Time Lakers taon 1980-an sampek era Lakers taon 2010-an, sepuluh dari enam belas cincin juara Lakers, diraih dengan mengumpulkan para bintang mulai dari Kareem Abdul Jabbar sampek Shaquille O'Neal, dari dari Magic Johnson sampek Kobe Bryant. Dalam coretan Ding, diceritain bahwa mendiang Jerry Buss ngeliat bahwa Jim, putranya, kurang punya visi yang ma gereget (baca daya juang dan kerja keras) buat ngebangun Lakers, ngebangun tim bermental juara, tim yang bagus, bukan sekedar ngumpulin para bintang macam Steve Nash atau Dwight Howard, tapi ga tau mo dibikin kayak apa. Itulah yang jadi alasan Jeanie Buss, adek Jim, berencana nunjuk Phil Jackson tunangannya, buat nahkodai Lakers di balik layar. Di era-nya, Jackson punya bukti dan visi permainan  yang jelas buat dapetin cincin juara.Â